25 : Pertemuan Singkat

297 50 100
                                    

Seorang laki-laki tiba-tiba keluar dari celah gang sempit antar bangunan dan menabrak Oze membuat pemuda itu terjatuh, bahkan terhempas kuat.

Undine yang tampak santai bertengger di pundah Oze, ikut terlempar.

"Anata!" Yozora segera menghampiri dan membantu mengangkat suaminya. Begitu pula dengan keempat pelayan Oze lainnya.

"Tuan, Anda tidak apa-apa?" tanya Caroline.

"Ya, aku tidak apa-apa." Oze segera berdiri. Lagi pula, dia tidak meraskaan sakit apa pun.

"Oy, di mana kau meletakkan matamu saat berjalan?" tanya Yozora. Matanya menyorot tajam seakan ingin menerkam laki-laki asing itu.

Oze justru menyentil telinga istrinya berniat untuk menenangkannya. Yozora seketika mendesah. Telinga merupakan salah satu titik rangsang Yozora. "Anata!" seru Yozora kesal sambil melindungi kedua telinganya. Oze malah tertawa.

Laki-laki yang menabraknya itu tampak gagah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laki-laki yang menabraknya itu tampak gagah. Berambut pirang pendek dengan manik mata merah sehingga terlihat seperti kerasukan. Karena tubuh tingginya, ia menatap ke bawah saat melihat ke kelompok Oze seakan merendahkan. Namun, dia tidak berniat seperti itu sama sekali.

Mengenakan jas mantel musim dingin warna biru dengan pinggiran kain dijahit menggunakan benang warna emas. Sahingga sangat cocok dengan rambut pirangnya.

Oze langsung menebak kalau laki-laki itu seorang Petualang karena tubuh yang mungkin mencapai dua meter itu hanya bisa dimiliki seorang Player. Apa lagi perlengkapan yang dikenakan dan tatto di pipi kirinya mempertegas pemikiran Oze tersebut.

"Ma-maaf sudah menabrakmu," sahut Oze. Sebisa mungkin, ia tidak mau berurusan dengan laki-laki gagah itu.

"Tidak, itu salahku," sahut laki-laki tersebut. Ia tersenyum menunjukkan kalau ia pria yang ramah.

"Apa yang kau lakukan di dalam gang itu?" tanya Oze penasaran.

"Aku pikir di tempat-tempat seperti itu akan ada penduduk lokal yang bisa memicu quest. Sayangnya yang kudapat hanya lelah," jawabnya.

Oze sedikit tercekat saat ia mengatakan penduduk lokal. Pilihan kata yang bagus menurut Oze. Kebanyakan orang tidak akan sungkan menyebutnya NPC.

Undine yang tadinya terlempar, kini melayang mendekat dan kembali bertengger di pundak Oze. Laki-laki jangkung itu terperangah saat menatap Undine dan dia yang tercekat sekarang. Bola matanya tampak serius menatap roh air suci itu.

"Kau ... apa kau seorang penjinak monster?" tanya laki-laki itu menggebu.

"Ah, tidak," jawab Oze. Ia langsung tahu kalau yang dimaksud itu Undine.

"Monster itu ... aku tahu itu bukanlah monster biasa. Di mana kau mendapatkannya?" tanyanya lagi. Ia cukup penasaran sekarang.

"Dari quest. Aku hanya beruntung mendapatkannya."

Sang PengoleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang