70 : Scroll Skill

172 35 18
                                    

Sekarang Oze berada di ruang pertemuan, salah satu ruang di gedung pemerintahan yang diperuntukkan khusus menjadi ruang rapat.

Dia ruangan tersebut, Oze sudah mengumpulkan beberapa NPC bawahannya untuk mendiskusikan pembangunan hotel mewah di hulu sungai – yang sekarang dinamai Sungai Ennor oleh Oze sendiri.

Doulass, Vesta, Arlan, Caroline dan Berta siap membantu apa pun yang diperlukan tuan mereka.

"Ini apa yang ingin aku buat," ujar Oze sambil membentangkan hasil rancangannya. Sebuah hotel mewah gaya renaisans di pinggir danau yang cukup lebar, restoran apung tepi danau dan taman bunga yang indah. Hotel itu sendiri memiliki fasilitas melihat bawah tanah yang terhubung dengan danau sehingga tempat itu nantinya akan mirip dengan akuarium raksasa. "Bagaimana pendapat kalian?"

"Ini sangat bagus, Yang Mulia," sahut Douglass. Dia cukup bersemangat melihat sahil karya tuannya itu.

"Aku akan membuat semacam taman bunga kecil di sepanjang jalur sungai," jelas Oze lagi.

"Pasti sangat cantik," sahut Berta. Imajinasi akan keindahan bunga-bunga berjejer di pinggir sungai langsung memenuhi otaknya.

"Bagaimana dengan biayanya, apa keuangan kita cukup?" tanya Oze lagi. Dia tidak begitu khawatir mengenai uang. Namun, tidak ada salahnya untuk waspada. Kalau anggarannya kurang, konyol rasanya proyek ini berhenti di tengah jalan. "Vesta?"

"Maaf, Tuan. Kemampuanku tidak bisa digunakan untuk menghitung anggaran yang belum dihitung." Vesta tampak kecewa karena tidak berguna untuk tuannya saat ini.

Kemampuan dari kelas Maha Mengetahui Vesta hanya berguna dalam lingkup masa kini dan masa lalu. Tidak untuk masa depan. Dia tidak akan mengetahui jumlah yang belum diketahui sama sekali.

"Douglass?" tanya Oze pada iblis yang sekarang menjadi walikota.

"Aku rasa lebih dari cukup, Yang Mulia. Namun, kita tidak akan tahu kebutuhan sampingan yang tidak terduga," jelas Douglass.

Masuk akal bagi Oze. Dia berpikir sejenak dan menemukan satu solusi. "Baiklah. Douglass, langsung saja kita mulai pembangunannya dengan biaya yang kita punya sekarang. Aku akan mencari alternatif untuk mendapatkan dana tambahan. Arlan, aku ingin kau memperbaiki struktur tanah di pinggiran sungai supaya bunga-bunga tumbuh dengan baik. Berta, bekerjasamalah dengan Arlan. Cari bibit bunga berkualitas."

"Baik, Yang Mulia," sahut ketiganya serentak.

"Ada tambahan atau masukan?" tanya Oze lagi.

"Anu, Tuan." Vesta mengangkat tangannya. Mungkin, karena kemampuannya tidak terlalu dibutuhkan dalam proyek ini, setidaknya dia memeberi sendikit saran yang menurutnya bagus.

"Ya, Vesta?"

"Kita akan membangun hotel di sini, kan?" tanjukknya ke lokasi yang sudah Oze gambar di rancangan. "Aku pikir akan sangat bagus jika kita membangun taman bunga, benar-benar taman bunga, di sisi sebrang danau. Supaya tidak satu sisi sungai saja yang kita perhatikan."

"Kau benar. Ini ide yang jenius." Pemikiran lain pun terlintas di kepala Oze. "Berta, taman ini akan menjadi milikmu. Kau olah dan urus sesuai pengalamanmu, oke?"

Berta tercengang. Mimpinya sejak kecil untuk membuat sebuah taman, justru menjadi tugasnya sekarang. Tidak ada respon lain selain kebahagiaan di dirinya. "Aku tidak akan mengecewakan Anda, Yang Mulia."

"Rekrut juga beberapa iblis yang sehobi denganmu sehingga kau tidak kewalahan bekerja sendiri," tambah Erix.

"Anda sungguh baik hati, Yang Mulia." Berta membungkuk dengan loyalitas penuh.

Sang PengoleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang