01 : Newbie

905 129 101
                                    

Sore itu, Reni menenui dokter yang merawat abangnya. Ada sesuatu yang ingin ia bicaraan pada dokter tersebut.

"Oh, Reni. Masuklah." Dokter cantik yang terlihat sempurna dengan kaca mata, tampak duduk santai dengan ponsel pintar di tangannya. Beliau bernama Salsabila Gorkiy, berdarah campuran Indonesia-Rusia.

Namun, di ruangan itu, tidak hanya ada Salsabila. Ada dokter cantik lain bersamnya.

Reni masuk ke ruangan dengan sungkan. "Permisi ...." Lalu ia duduk di kursi berhadapan dengan dokter berkaca mata tadi.

"Ada apa?" tanya dokter Salsabila.

"Aku ingin mengajukan permohonan untuk abangku, dokter," sambar Reni cepat.

"Permohonan apa?" Salsabila tampak penasan. Ini pertama kalinya ia melihat Reni begitu semangat selama tiga tahun terakhir.

"Aku ingin minta supaya abangku diizinkan menggnakan virtual diver."

"Apa Erix yang mengingnkannya?" tanya Salsabila lagi.

"Tidak, ini ideku. Aku hanya tidak tega melihatnya. Setiap hari, ia hanya duduk termenung menatap pantai seperti seorang yang menunggu kematiannya sendiri. Aku ... aku ...." Reni mulai menangis. Ia tidak sanggup memikirkan situasi terburuk dimana abangnya akan meinggalkannya.

"Ini akan sulit karena bisa mengganggu proses penyembuhan Erix," sahut dokter teman Salsabila.

"Aku rasa tidak, dokter Dewi," potong Salsabila. Ia diam sesaat dan tampak memikirkan sesuatu. Tanpa bicara, ia beranjak dari kursinya dan keluar ruangannya.

Dewi menghela napas. Melihat Salasabila sudah seperti itu, artinya tidak ada yang bisa menghentikannya. Ia menghampiri Reni yang masih bingung karena ditinggal begitu saja. "Reni, untuk sekarang kau pulang dulu. Sisanya serahkan pada Salsabila. Besok tunggu kabar baiknya, oke?"

Reni mengangguk dan keluar dari ruangan tersebut.

Esok harinya, saat Reni keluar dari lift gedung rumah sakit, Salsabila sudah menunggunya di lorong. Reni awalnya kebingungan dengan senyum yang merekah di wajah dokter cantik itu.

"Taaraa ...." Salsabila mengeluarkan sebungkus kotak yang sejak tadi ia sembunyikan.

Mata Reni seketika melebar. Itu adalah alat virtual diver yang ia inginkan. "Dok, itu ...."

"Ayo kita buat kejutan untuk Erix."

Reni tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya dan ia langsung memeluk Salsabila. "Terima kasih, dok. Terima kasih."

"Sudah. Ayok."

Keduanya kini berjalan cepat menuju ruangan tempat Erix dirawat. Tidak sabar rasanya Reni ingin memberikan hadiah tersebut pada abangnya.

Bergegas Reni membuka pintu membuat Erix kaget bukan kepalang. "Abang lihat! Virtual diver!"

"Apa kau memintanya pada kakek?" tanya Erix. Dia sedikit khawatir kalau Reni membebani kakeknya.

"Tidak. Dokter Salsabila yang memberikannya padaku," jawab Reni dengan senyuman ceria.

Erix menoleh ke dokter cantik itu. "Dokter mendekati adikku dulu untuk mendapatkan restu, baru setelah itu mendekatiku. Dokter, kau membuatku malu."

"Ini untukmu, goblok!" seru Salsabila sambil menjitak kepala pasiennya.

"Sebegitunya kau tertarik padaku!"

Uratdi dahi Salsabila seketika berdenyut dan Erix mendapatkan jitakan keduanya.


*****

Sang PengoleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang