40 : Menuntut Keadilan

256 54 38
                                    

Iris kecoklatan Oze begitu tajam menatap Leon yang sekarang terikat tali listrik. Ia tampak tidak berdaya dengan mulut yang tersumbat. Meringkuk seperti ulat yang jatuh ke tanah.

"Aku menuntut keadilan. Aku akan membuat kau dan semua orang yang terlibat menyesal," ujar Oze yang tampak menahan emosi. "Kenapa? Kau pikir aku tidak mampu?" Dengan senyum bagai iblis, Oze berjalan menghampiri meja komputer. "Wulan, aku pinjam mainanmu sebentar."

"B-baiklah ...." Melihat senyum itu membuat gadis cantik bergaun putih dan bermantel putih yang dihiasi dengan ikuran dari benang emas memilih untuk tidak menghalangi. Ia merasakan niat buruk dari diri laki-laki tersebut. Seperti singa yang bangun dari tidurnya. Tampak buas dan berbahaya.

Oze menyentuh satu tombol membuat semua dokumen yang bermunculan di layar, seketika menghilang dan tertutup. Nampaklah sebuah logo Nusantara Corporation. Berupa gambar peta Indonesia yang diikat cincin emas.

Setelah itu, Oze mulai memainkan jemarinya di permukaan meja. Tangan pemuda itu begitu lincah bagai seorang pemain piano. Ia memencet secara cepat seakan kesepuluh jemarinya itu hidup dan bergerak sendiri.

Wulan pun tampak makin takut dengan Oze. Senyuman di bibir pemuda itu sekarang tampak lebih lebar. Persis seperti seorang psikopat.

Gambar yang muncul di layar pun berubah-ubah mengikuti instruksi tangan Oze. Panel-panel sistem silih berganti muncul di layar. Sampai sebuah panel menunjukkan alamat ip dari virtual diver yang dikenakan Leon di dunia nyata.

Kemudian Oze mencari alamat rumah dari nomor ip tersebut. Dalam waktu kurang dari satu menit, dia berhasil mendapatkannya.

"He ... he ... he .... Ketemu juga sarangmu. Tapi, ini tidak cukup. Aku akan membongkar semuanya," gumam Oze. Ia terlihat benar-benar psikopat sekarang. Begitu senang memainkan dan menyiksa buruannya.

Ia mulai beralih mengerjakan sesuatu yang lain. Tangannya masih sangat cepat dalam mengetik. Hingga, ia berhasil membobol jaringan keamanan milik kepolisian. Dari sana, ia bisa membongkar semua cctv di seluruh Indonesia. Mulai dari cctv keamanan, kamera ponsel, kamera atm; apa pun asal memiliki fitur merekam. Namun, Oze hanya fokus di kota tempat tinggal Leon.

"Selamat siang, Bos." Tiba-tiba muncul sebuah suara di layar. Beberapa saat kemudian, sebuah animasi karakter yang berbentuk tikus putih muncul di permukaan layar.

"Siang, Jarry," jawab Oze.

"Oze, apa itu? Setahuku aku tidak pernah menciptakan AI seperti itu," tanya Wulan penasaran.

"Itu bukan AI, itu adalah virus," jawab Oze seadanya. Ia masih fokus dengan apa yang dia kerjakan.

Gambar di layar sekarang berganti dengan data-data dari alamat pemilik cctv di sekitar tempat tinggal Leon.

"Jarry, scane wajah orang ini!" Sekarang di layar muncul data diri Leon, bernama asli Roy Arangga. "Buat daftar semua orang yang ia temui selama sebulan terakhir."

"Siap, Bos!" Animasi karakter tikus tadi berbalik dan pergi. Beberapa detik setelahnya, muncul gambar peta Kota Jakarta dengan beberapa titik hitam. Dari sana, muncul beberapa garis merah menghubungi beberapa titik mengikuti jalan yang tertera di peta.

Hanya Oze yang tahu maksud dari titik hitam itu. Merupakan lokasi yang pernah didatangi Leon, atau bernama asli Roy, selama sebulan terakhir. Dan garis merah tadi adalah jalan yang biasa ia lewati terlepas kendaraan apa yang di pakai.

Setelah itu, gambar scanner beberapa wajah dan daftar nama-nama orang muncul. Proses itu berlangsung sangat cepat, bahkan seseorang tidak akan sempat menyeduh mi instan.

Sang PengoleksiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang