Chapter 4

11.8K 896 37
                                    

Eh ketemu lagi, gimana kabarnya? Udah di ghosting Ama doi belum?😂
Seperti biasa, sblm baca vote dulu biar author semangat melawan para buaya.

Waktu berjalan cepat, secepat luka yang terus tertoreh. Wajah sendu gadis yang berjalan menyusuri rumahnya sendiri terhenti di depan sebuah Pintu kamar dengan tulisan Kamar orang ganteng.

Pita mencoba sekuat tenaga menahan air matanya. Membuka pintu dengan jari-jari indah miliknya.

Bau mint kesukaan sang Kakak menyeruak masuk ke indra penciuman Pita. Ruangan dengan nuansa abu abu khas anak laki-laki remaja pada umum nya terlihat bersih meski sudah tak pernah di tempati, bahkan foto-foto kakak dan keluarga nya masih setia di tempat tak berpindah.

"Kak Aksa apa kabar? Pita kangen Kak. Pita mau ikut Kakak, Pita nggak mau ninggalin Mama sama Papa sendirian."

Pita duduk di pinggiran kasur, mengusap foto sang Kakak dan dirinya yang tersenyum lebar ke arah kamera sambil merangkul satu sama lain.

"Pita capek Kak, salah paham yang terjadi dulu ngebuat orang orang yang Pita sayang berubah benci dan jijik sama Pita. Walaupun begitu Pita tetap sayang dan selalu maafin perbuatan mereka ke Pita." Setetes air mata jatuh tanpa seizin Pita, membuat gadis itu mengusap cepat air matanya.

"Pita kuat kok Kak, kayak yang Kakak bilang dulu."

Seorang gadis berusia empat tahun berlari kesana kemari, mengejar kupu-kupu dengan gembira bersama seorang anak laki-laki bberusia satu tahun lebih tua darinya.

"Ayo Kak Aksa, kita kejar kupu-kupu ya."

Anak laki-laki yang di panggil Aksa itu mengangguk girang, mengikuti sang adik yang masih setia mengejar hewan bersayap itu.

"Kak Aksa ayo cepat, nanti kupu-kupunya terbang jauh."

"Lari nya jangan kenceng kenceng Dek, nanti jatuh." Anak perempuan itu tak menghiraukan sang Kakak dan malah memelet kan lidahnya kemudian berlari menjauh dengan mengangkat gaun pink-nya tinggi-tinggi.

Kedua pasutri yang melihat anak-anak mereka dari kejauhan itu tersenyum bahagia, sesekali menertawakan kelakuan anak-anak nya.

"Adek berhenti lari larinya, nanti Adek jatuh."

"Nggak bak..." Belum sempat anak perempuan itu menyelesaikan ucapannya dia sudah lebih dulu terjatuh, membuat pasutri yang dan anak laki-laki yang mengikuti nya dari belakang dengan cepat menghampiri nya.

"Huaa...sakit hikss...sakit..."

"Cup cup cup anak Papa, jangan nangis ntar kalau nangis makin jelek." Usaha sang Ayah yang membujuk anak perempuan itu tak membuahkan hasil, malah membuat anak itu menangis tersedu-sedu.

"Papa apa apaan sih. Pita mau nangis atau nggak tetap cantik Pa," ucap perempuan yang di panggil mama itu, memeluk tubuh mungil anak perempuan nya.

"Adek jangan nangis. Adek Kak Aksa itu kuat, nggak boleh cengeng." Hanya seperkian menit setelah kata kata Aksa terucap, anak perempuan yang berada dalam pelukan mama nya itu berhenti menangis.

"Adek nggak cengeng!"

"Kalau Adek nggak cengeng, Adek nggak boleh nangis lagi ya." Aksa mengusap lembut surai hitam miliknya.

"Kakak nggak suka liat Adek nangis." Dengan telaten Aksa mengusap air mata sang adik, membuat mama dan papanya tersenyum atas perlakuan anak-anaknya.

"Tapi nanti beliin Adek es krim dua." Ujar anak Perempuan itu yang langsung di angguki oleh Aksa.

"Sebelum beli eskrim, Adek sama Kakak foto dulu gimana?"

F I G U R A N  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang