Chapter 24

6.5K 429 61
                                    

Ada yang nungguin nggak ni? Vote nya jangan lupa ya, happy reading prend<3

Lagi-lagi Pita harus berada di satu mobil yang sama dengan Agam. Bedanya perjalanan mereka kali ini hanya diisi keheningan yang permanen. Pita tak cerewet seperti pada saat dia dibawa kerumah Agam serta kedua temannya.

Laju nya mobil membuat Pita sesekali menahan nafasnya sedangkan jalanan lengang membuat Agam leluasa menambah laju kecepatan mobilnya.

Dua belokan lagi akhirnya kedua insan dengan keheningan itu sampai dirumah milik Pita.

Sejenak Pita menarik nafasnya, berkaca pada ponsel miliknya lalu keluar mobil. Pada saat yang bersamaan ternyata Agam juga keluar dari mobil.

Tak ingin terlalu lama di sana, kakinya membawa Pita menuju pintu, menekan bel rumah dengan sedikit gemetar karena disampingnya ada Agam yang ntah kenapa seperti tak sabaran menunggu pintu terbuka.

Dimata Pita yang berdiri disampingnya, Agam seperti seorang monster berdarah dingin. Membunuh siapapun tanpa mengenal mana lawan dan mana kawan.

Pintu terbuka lebar menampilkan Vera dengan baju tidur berwarna maron miliknya.

"Agam?" Sinta sedikit terkejut ketika Agam tersenyum singkat di tempatnya. Pasalnya sejak kepergian Aksa pemuda itu serta dua temannya yang lain jarang sekali bahkan sudah tak pernah lagi menginjakkan kaki mereka di sana.

"Malam Tante," Ucap Agam sopan. Pita yang berada di sampingnya menunggu kelanjutan ucapan Agam berikutnya dengan sedikit keringat yang ntah kapan membanjirinya.

"Maaf menganggu istirahat Tante malam-malam."

"Nggak apa apa, kebetulan Tante dan om belum tidur kok."

"Saya nggak lama kok Tan, cuman mau menyampaikan sesuatu aja."

Pita melirik Agam. Dia sendiri tau pemuda itu melihat lirikannya tetapi sikap bodo amat yang tertanam di dalam diri Agam membuat pemuda itu tak peduli.

"Kita bicarakan di dalam aja, mari." Agam mengikuti Sinta menuju ruang tamu. Meninggalkan Pita sendiri dengan kembimbangan nya sembari menutup pintu rumah.

"Bagaimana kabar kamu, Gam? Semenjak Aksa pergi rumah ini jadi sepi."

"Kabar Agam baik-baik aja Tan," Ucap Agam "Agam sama yang lain bukannya nggak mau kesini, cuman ketika kami mau kesini kenangan tentang Aksa membuat kesedihan tersendiri di hati kami Tan." Lanjut Agam lagi.

"Tante paham. Tante dan Om juga merasakan hal yang sama seperti kalian para sahabat nya Aksa. Oh ya, apa yang mau Agam bicarakan?"

"Ini tentang Pita Tan," Ucap Agam.

Pita yang baru saja ingin bergabung bersama mereka ketika itu langsung mematung.

"Anak Tante udah mempermalukan Agam di depan umum. Agam sendiri udah berusaha agar dia nggak mempermalukan dirinya sendiri dan juga Agam. Tapi, Tante tentu nggak percaya kalau Pita udah berbuat kayak gitu kan?" Sinta menatap Pita garang.

"Bukan gitu Ma, Pita nggak berniat untuk mempermalukan siapapun-"

Tatapan mata Sinta sudah cukup membuat Pita tak bisa melanjutkan kalimatnya.

"Tadi saya di sebuah cafe Tan, mungkin Pita cemburu karena Agam bawa perempuan lain. Namun, Pita nggak dengerin penjelasan saya dulu, bahwa yang saya bawa tadi adalah adik sepupu saya sendiri."

"Nggak gitu cerita nya ma-"

"Apa saya menyuruh anda untuk berbicara?" Pita menggeleng cepat.

"Selain itu apa yang dia perbuat?"

F I G U R A N  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang