chapter 8

9.2K 703 4
                                    

Masih setia sama ceritanya author nggak nih? Moga aja kalian masih setia ya, soalnya nyari yang setia sekarang itu susah. Btw cerita yang ini agak panjang nih guys hihihi.

Happy reading<3

Tempat gelap yang tak berujung membawa Pita kesana kemari tanpa tujuan, entah tempat apa ini? Dan entah di mana ini? Yang jelas kakinya terus membawa Pita berjalan tanpa arah. Hingga dirinya melihat seseorang yang tak asing di depannya.

"Aku? Bagaimana bisa?" Tanya Pita pada gadis yang berdiri di depannya, wajah dan bentuk tubuh mereka sangat mirip, membuat Pita seolah berkaca pada cermin yang menampilkan dirinya dari ujung rambut sampai ke ujung kaki.

"Ya, aku adalah kamu."

"Ini dimana sih?"

"Kenapa kamu membunuh Kak Aksa, Pita?"

"Aku bukan pembunuh."

"Jangan lupakan aku adalah kamu."

"Kamu memang aku, tapi kamu sama sekali nggak tau apa apa tentang aku."

"Kamu adalah seorang pembunuh!" Teriak bayangan nya pada dirinya.

"Gue bukan pembunuh anjing. lo nggak tau apa apa tentang gue!" Ucapan bayangan Pita membuat emosinya tersulut.

"Aku tau karena aku adalah kamu. Kamu adalah Pita seorang pembunuh. Pita yang memiliki banyak memori berisi luka, kecewa dan penderitaan. Pita yang menjadi masalah dalam keluarga Bram." Bayangannya memperlihatkan tatapan kosong, Pita ingin berteriak membantah sang bayang. Tapi, mulutnya seolah terkunci, tak membiarkan Pita menjawab kebenaran yang dilontarkan.

"Pita yang tak pernah di anggap lagi oleh Agam yang berjanji akan ngelindungin nya sampai kapanpun, Pita yang di anggap benalu pada orang orang di sekitar nya. Pita yang terlalu pandai menyembunyikan rasa sakit yang dia alami. Pita yang selalu menangis tanpa suara hingga terlelap. Pita, aku dan kamu adalah seorang gadis tanpa kebahagiaan."

Pita menggeleng kuat, namun semakin dia berusaha membuka suara sejelas itu juga raut kesedihan yang di perlihatkan bayangnya.

"Aku akan bahagia!" teriak Pita dari sudut kelas.

Siswa siswi dan juga guru yang sedang melakukan kegiatan proses belajar mengajar nya terganggu dengan teriakan Pita.

Semua menoleh ke sudut kelas, dimana Pita mengusap wajah nya kasar, bahkan tak urung seisi kelas menatap nya dengan raut wajah yang berbeda,kepo, kasihan, jijik, bahkan ada yang sama sekali tak peduli.

"Pita Alena Syahira, kamu tertidur dan menganggu  proses mengajar saya. Silahkan keluar atau saya yang akan keluar."

"Tapi Buk..."

Guru dengan badan yang tidak bisa di bilang kurus itu menunggu kelanjutan sang murid yang sukses mengusik jam pelajaran nya pada hari itu. Menaikkan alisnya meminta Pita melanjutkan ucapannya.

"Saya akan keluar Buk, permisi." Tanpa basa basi lagi, Pita bergegas keluar kelas diiringi suara sorakan dan juga tawa dari warga kelasnya.

Pita masih mengingat dengan jelas bagaimana bayangan dalam mimpinya mengatakan bahwa dia bukanlah seorang gadis yang akan dapat merasakan bahagia. Bahkan raut yang amat sedih dari bayangnya membuat Pita berfikir apakah setiap malam raut wajah itu yang dia perlihatkan pada dinding dan langit langit kamar nya?.

Kalau benar itu adalah raut kesedihan yang di perlihatkan nya, miris sekali. Bahkan gadis itu lupa kapan dia tersenyum lepas dan bahagia? apa sejak kejadian itu?

F I G U R A N  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang