Hallo guys, Arra kembali dengan cerita yang lebih hot, janda-janda, eh maksudnya canda. Ada yang kangen nggak? Masa sih nggak? Tinggal bilang iya aja susah banget. Ya udah nggak usah lama-lama, langsung vote and happy reading para readers tercintahhh<3
"Namanya siapa?"
"Namanya Pita, Yah."
"Boleh kan?"
"Iya boleh, bawa aja kerumah."
"Makasih Bunda, makasih Ayah." Cipta bangun dari duduknya dan langsung memeluk Kedunya.
"Sekarang kamu juga masuk ke kamar, istirahat." Ucap Samuel, kemudian dengan langkah riang Cipta masuk ke kamar dengan terus tersenyum.
"Ternyata Cipta udah gede ya bun?"
"Anak-anak kita makin gede, kita makin tua."
Keduanya justru menatap punggung Cipta yang menaiki tangga. Mereka berharap masih bisa melihat anak-anak mereka menggendong cucu-cucu mereka dan membuat rumah ini semakin ramai.
***
Dikamarnya Cipta merenung memikirkan cara bagaimana mengajak Pita untuk bertamu ke rumahnya, sedangkan dia sendiri tau bahwa Pita dan Keysha dalam sebuah hubungan yang jauh dari kata baik baik. Apalagi dirinya dan Pita juga tengah dilanda badai tak kasat mata hingga mereka tidak lagi bertegur sapa sejak saat itu.
Cipta tak sepenuhnya kecewa atas apa yang dilakukan Pita terhadap Adiknya. Dirinya hanya mencoba tidak membuat Keysha berfikir bahwa dirinya lebih membela orang asing daripada keluarganya sendiri.
Tentang kalimat kecewa yang dilontarkan Cipta, pemuda itu bahkan tak bisa mengontrol ucapannya sendiri kala itu.
"Gimana caranya biar gue dapet maaf dari Pita?"
"Gue salah satu orang yang menciptakan luka dalam dirinya, apa maaf dari gue masih bisa diterima dengan mudahnya sama Pita?" Hati Cipta gelisah ketika dia mengingat kembali ucapan Pita tempo waktu lalu.
Melihat jam dinding di kamarnya, waktu menunjukkan pukul setengah dua pagi. Begitu lama dirinya memikirkan cara agar Pita mau menerima maaf darinya dan bersedia untuk bertamu ke rumahnya.
"Apa gue telpon dia aja ya?" Cipta menimang ponsel dalam genggaman tangannya.
"Kira-kira Pita udah tidur belum ya? Kalau dia udah istirahat berarti telpon dari gue menganggu dong."
"Tapi, kalau nggak dicoba, gue nggak bakal tau hasilnya."
"Telpon, nggak, telpon, nggak, telpon, nggak, telpon."
"Eh masa telpon sih? Ntar kalau nggak diangkat gimana ya ampun?" Tak mengenal waktu, Cipta berguling-guling di atas kasur miliknya. Kesana kemari hingga terjatuh dari kasur.
"Lo kenapa sih? Cemburu? Tenang aja! Lo tetap no satu di hati gue!" Cipta memeluk erat kasurnya. Pemuda itu seperti orang gila didalam kamar. Walau belum sampai satu hari didiamkan oleh Pita efeknya terlalu besar bagi Cipta.
"Mana udah mau pagi lagi. Bisa nggak ya waktu berhenti sejenak? Biarin gue tenang mikirin gimana caranya biar bisa cairin hati Pita yang kembali membeku?"
Cipta mencoba menelpon gadis itu, hanya sekali. Karena operator yang menjawab sambungan itu, Cipta tak lagi menelpon Pita. Dirinya kembali bergelut dengan pikiran nya yang merancang ide ide gila untuk esok hari.
Namun, tak ada jawaban atas semua pertanyaan untuk dirinya sendiri. Hingga lelah menguasai tubuhnya, Cipta terlelap diatas karpet berbulunya. Melupakan bahwa dikamar besarnya memiliki kasur pemuda itu lebih nyaman berbaring di bawah sana, hingga dirinya berguling masuk di bawah kolong kasur.
KAMU SEDANG MEMBACA
F I G U R A N (END)
Ficção Adolescente⚠️WARNING⚠️ FOLLOW SEBELUM MEMBACA OKEY!! And semoga suka sama cerita nya. Mengalah bukan berarti kalah, hanya saja ada yang harus direlakan kala kita tau tak semuanya adalah milik kita. Ini tentang seorang gadis yang menghadapi dunia bersama bayang...