Disuruh, ketemu lagi sama author nih. Gimana hatinya? Udah luka? Hehehe happy reading.
Suara mesin mobil mengikuti setiap detik dan setiap detak jantung Agam. Pikiran nya masih berkelana kepada seorang gadis yang sekarang tengah menghantui pikirannya.
"Shit!" Agam memukul stir mobilnya "Seharusnya gue nggak mikirin si pembunuh."
Entah berapa lama lagi Agam akan berkeliling tanpa tujuan. Namun, pemuda itu tampak nya masih betah untuk sekedar berkeliaran di jalanan dengan membawa mobil kesayangan nya.
"Seharusnya gue nggak ngebawa Keysha ke pantai." Ucap Agam.
Sebuah nada dari ponsel nya membuat mata tajam nya perlahan menoleh, dan membuka rommchat dari seseorang yang terus menerus menganggu hari nya.
Pembunuh
Agam, kamu lagi sibuk nggak? Aku boleh minta tolong?Agam
GPembunuh
Tapi aku nggak tau lagi harus minta tolong ke siapa.Sebenarnya apa yang di telah terjadi pada Pita sehingga membuat gadis yang tak pernah meminta tolong pada dirinya itu sekarang malah meminta pertolongan kepada dirinya.
Seperti Agam enggan lebih lanjut membalas pesan dari Pita, karena sekarang ini dia hanya membaca pesan tersebut membuat seseorang di seberang sana menatap nanar akan dua centang biru yang di perlihatkan oleh ponsel nya.
Usaha yang di lakukan Pita tak sampai di situ. Pita malah menelpon Agam yang membuat pemuda itu emosi seketika.
"Lo ngapain nelpon gue si anjing!"
" Ak...aku cuman mau minta tolong Gam." Ucap Pita di seberang sana.
"Nggak bisa. Gue lagi sama Keysha."
Agam tentu saja berbohong karena dia sudah lebih dahulu mengantar kan Keysha sesuai dengan kemauan gadis itu.
"Tap..."
Tuuutt Tuuutt tuut
Panggilan di putuskan sepihak oleh Agam. Dia tidak ingin peduli walau sedikit dari hati nya masih penasaran tentang apa yang ingin di minta oleh Pita.
Jam sudah menunjuk kan pukul 11.16 malam. Agam memutuskan untuk kembali. Mungkin dengan mengistirahatkan dirinya, Agam tak perlu memikirkan hal yang membuat pikirannya pening.
***
Di lain tempat, Cipta serta Alex tengah memainkan sebuah permainan truth or dare. Alex sudah menolak tapi karena paksaan dari Cipta dia dengan malasnya menuruti keinginan pemuda itu.
"Oke, Lo tau kan permainan nya kayak gimana?" tanya Cipta kepada Alex.
"Hmm," jawab Alex singkat.
"Berhubung cuman kita berdua yang main, kita nggak pake botol."
"Trus?"
"Tapi kita pakai batu gunting kertas." Alex mengangguk, membiarkan Cipta berkuasa atas permainan yang hanya membuang waktu nya itu "Siap ya?" Alex lagi lagi mengangguk.
"Batu, gunting, kertas!" Cipta kalah, yang berarti Alex lah yang memberi nya truth or dare kali ini.
"Truth or dare?"
"Truth" Ucap Cipta mantap.
"Lo suka sama Pita?" Pertanyaan macam apa itu? bahkan Cipta sendiri sudah menutup mulutnya rapat-rapat menahan tawanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
F I G U R A N (END)
Fiksi Remaja⚠️WARNING⚠️ FOLLOW SEBELUM MEMBACA OKEY!! And semoga suka sama cerita nya. Mengalah bukan berarti kalah, hanya saja ada yang harus direlakan kala kita tau tak semuanya adalah milik kita. Ini tentang seorang gadis yang menghadapi dunia bersama bayang...