Chapter 29

7.5K 400 12
                                        

Hallo gurl, Arra kembali nih hehe.
Ada yang kangen? Sudah Arra duga, pasti nggak ada. Emang nggak pantes dirindukan sih haha.
Oh iya tombol bintang nya tolong pencet dong.
Happy reading para readers tercintahhh<3

"Udah lama ya, kita nggak ngumpul kayak gini," celetuk Cipta.

"Baru beberapa hari yang lewat kita ngumpul bareng," cibir Alex menatap jengah Cipta yang tengah duduk bersila sambil memakan cemilan yang dibawa.

"Dan lo bilang itu lama?" tambah Agam menatap tak percaya pada Cipta.

Cipta mengangguk tanpa berniat menjawab, membiarkan kedua temannya mengobrol dengan suara yang dibuat sekecil mungkin.

"Pada bahas apaan sih? Kok gue nggak diajak?"

"Nggak bahas apa-apa!" Jawab keduanya serempak.

"Ada yang kalian sembunyikan dari gue?" Cipta memicing tajam melihat keduanya bergantian.

Agam dan Alex saling pandang melihat kelakuan Cipta yang tak pernah berubah dari dulu.

"Besok, pagi-pagi gue udah berangkat sama papa."

"Calon CEO mah beda," goda Cipta.

"Daripada elo, beban keluarga!" sergah Alex, Cipta yang mendengar itu terlonjak kaget dengan ciki yang memenuhi mulutnya.

"Jleb banget sampai nusuk ke hati nembus ke jantung." Agam dan Alex memutar bola mata mereka secara bersamaan.

Alex yang duduk diseberang Agam mencoba membuat kode agar tak ketahuan oleh Cipta. Pemuda itu sampai kebingungan sendiri ketika Agam sama sekali tak memperhatikan dirinya, malahan Cipta yang sering menoleh kearah pemuda itu.

"Lo kenapa? Kebelet?" Tanya Cipta.

Alex menggeleng dengan tegang sambil memperhatikan sekitar berharap dia tidak bersitatap dengan tatapan mengintimidasi dari Cipta.

Sedangkan Agam melihat sebentar ke arah Alex, pemuda itu tau apa yang ingin dilayangkan oleh teman seperjuangannya itu, tetapi, untuk kali ini biarlah Agam yang akan bertindak sendiri.

Bukan karena hal apapun, dirinya hanya ingin rencana ini berjalan dengan lancar tapi harus ditahan lagi.

Alex yang sedari tadi mengalihkan pandangannya pada sekitar malah harus melihat sesuatu yang sedari dulu tak ingin dilihat oleh Agam, dan lebih mengejutkan lagi Agam akan selalu melayangkan tatapan tajam jika benda itu disentuh oleh siapapun.

"Kenapa fotonya?" tanya Cipta mengikuti arah pandang Alex.

Cipta terkekeh pelan "Dulu ada seseorang yang marah banget kalau foto itu ditarok disana, dan pas mau dibuang pemiliknya kesetanan." Cipta tak berhenti sampai disana "Foto itu memberikan banyak kenangan, tapi juga kembali mengingatkan kita betapa terlukanya kita sekarang. Mustahil rasanya kalau gue bilang kita bakal kayak gitu lagi, tersenyum tanpa ada masalah besar yang hinggap."

Agam menghela nafas pelan, apakah Cipta sangat senang mempermainkan emosi seseorang sekarang?

"Bukan tanpa alasan gue kayak gitu," Agam memejamkan matanya sejenak "kalaupun kalian mau buang silahkan tapi, apa kalian yakin menghilangkan salah satu kenangan kita dengan Aksa? Kalau difoto itu nggak ada Aksa gue nggak bakal marah kalau sekiranya foto itu sudah berada di tempat sampah atau sudah menjadi abu sekarang!" ya, benar benda yang di maksud ketiganya adalah foto mereka berlima termasuk Pita.

"Gue nggak mau ngebahas hal itu lagi, terlalu menguras emosi!" ucap Agam sambil menghadiahi tatapan tajam ke arah Cipta.

"Besok kalian nggak perlu nganterin gue ke bandara," ucap Agam.

F I G U R A N  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang