Cipta tak benar-benar pergi ke rumah Pita. Dirinya terlalu lapar hingga akhirnya memutuskan untuk berhenti di salah satu penjual makanan di pinggir jalan.
"Mas, sate nya satu porsi ya."
"Sebentar ya." Cipta mengangguk, memilih duduk dan memainkan ponselnya. Membuka salah satu aplikasi dan sebuah akun yang menunjukkan foto Pita di sana.
"Gue nggak tau perasaan apa yang ada dalam hati gue Pit. Tapi yang jelas gue nggak mau ngeliat lu sedih. Gue pengen ngejaga lo selama yang gue bisa."
"Tapi sekarang gue yang bakal jagain Pita!"
Cipta sedikit kaget akan kehadiran Sean. Ya, pemuda yang barusan menjawab gumaman Cipta adalah Sean.
"Ngapain lo di sini?" Cipta tampak malas meladeni Sean.
"Menurut lo?"
"Gue nggak punya waktu buat main tebak-tebakan."
"Gue juga nggak berminat ngasi tau kenapa gue ada di sini." Cipta memutar bola matanya jengah "Tapi, untuk kalimat mengenai Pita gue serius."
Cipta berdecih memandang remeh Sean "Lo pikir Pita bakal mau di jagain cowok banci kayak lo?"
"Banci? bukannya temen lo yang tempo hari lalu kalah berantem sama gue yang kayak banci?"
"Tutup mulut busuk lu anjing!" Sungguh Cipta tak ingin membuat keributan di tempat ini.
"Gue lebih bisa jagain Pita dari pada manusia yang katanya pacar tapi sama sekali nggak bisa ngejagain Pita."
"Lo nggak tau apa-apa mending lo diam," ucap Cipta dingin. Urat-urat dilehernya mulai timbul karena menahan amarah.
"Gue memang nggak tau apa-apa tentang elo, bahkan dua teman lo yang lain yang gue tau adalah Pita. Tatapan cewek itu nggak bisa bohong ke gue. Bahkan saat tadi sore gue bawa dia jalan-jalan gue ngeliat tatapan yang belum pernah dia perlihatkan belakangan ini."
"Sampai akhirnya Agam nyalip gue sama Pita," lanjut Sean.
Jadi yang dikatain itu benar, batin Cipta.
"Sebenarnya apa rencana lo?" tanya Cipta kemudian.
"Ngebuat Pita nyaman, sayang, nggak mau kehilangan gue dan ngebuat Agam nyesal." Sean menjawab mantap.
"Untung nya bagi lo?"
"Cinta gue terbalas tanpa paksaan." Cipta mengepalkan tangannya. Hal itu tak luput dari pandangan Sean karena tangan Cipta sedari tadi memang berada di atas meja.
"Perlu gue peringatkan sama lo, kalau gue nggak akan ngebiarin Pita sampai jatuh cinta sama cowok brengsek kayak lo."
"Kita lihat aja." Setelah mendapatkan pesanan nya, Sean langsung bergegas pergi dari sana meninggalkan Cipta yang sudah menggeram marah di tempatnya.
Gue pastiin itu nggak bakal terjadi.
***
Gelisah. Satu kata itu patut di sematkan pada Agam malam ini. Bukan karena apa dia menjadi seperti ini, hanya saja mimpinya terasa begitu nyata, membuat perasaan yang tak seharusnya bersarang di hatinya membuat sarang tanpa izin perlahan-lahan.
Ruangan putih tanpa batas terus di telurusi Agam, tak ada sudut yang terlihat, tak ada seseorang pun di sana kecuali dirinya.
"Aksa!" Agam terkejut mendapati Aksa dengan tatapan sedih berada tepat di depannya.
Agam mencoba merengkuh tubuh Aksa. Akan tetapi, Aksa menjauh perlahan. Membuat Agam terheran atas perlakuan sahabat nya ini.
"Lo nggak kangen sama gue? sama Cipta? sama Alex? biarin gue meluk lo sebentar aja Sa. Sebentar aja." Mohon Agam.
KAMU SEDANG MEMBACA
F I G U R A N (END)
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ FOLLOW SEBELUM MEMBACA OKEY!! And semoga suka sama cerita nya. Mengalah bukan berarti kalah, hanya saja ada yang harus direlakan kala kita tau tak semuanya adalah milik kita. Ini tentang seorang gadis yang menghadapi dunia bersama bayang...