Chapter 23

8.4K 561 59
                                        

Hai para readers. Malmingan kali ini keluar sama doi? Keluar sendiri? Atau justru rebahan aja? Nah bagi kalian yang rebahan mendingan baca cerita author. Tapi, sebelum itu vote yang menjadi vitamin buat auhtor jangan lupa diberi ya.

Happy reading<3

Meja Agam akhirnya menjadi tontonan seluruh pengunjung cafe yang lumayan ramai malam itu.

"Kira-kira cowoknya ngizinin nggak ya kalau pacar nya saya ambil?" Sean tersenyum sinis kearah Agam.

"Mbaknya juga cantik. Sayang dong kalau mbaknya harus dapat cowok brengsek. Mendingan mbak nya sama saya!" Ucap Sean melirik Pita sekilas, kemudian menatap Agam lagi "Ya nggak mas?"

Pengunjung cafe masih menikmati drama didepan mereka. Mereka berfikir jika ini sebuah film maka penulisnya harus diberi acungan jempol, empat jempol sekaligus.

"Gue rasa siapapun cowo dia," Tunjuk Agam ke arah Pita "Nggak bakal nyesal kalau ninggalin cewek kayak gitu."

"Gam-" baru saja Pita ingin bersuara kembali, Sean lebih dulu mengambil kedua tangan Pita dan menggenggamnya.

"Lo salah. Justru siapapun yang dapetin dia bakal sangat bahagia!" Sean berujar lantang. Emosinya sedikit meninggi disaat Agam dengan mudahnya memojokkan Pita.

"Gue nggak peduli!" Ucap Agam datar "Dia bukan siapa siapa bagi gue. Kehidupan gue akan terus berjalan, dengan dia maupun nggak sama sekali. Jadi, silahkan ambil."

Kedua tangan Sean mengepal erat. Jika saja Pita tak memberikan gelengan yang menjadi isyarat, bisa saja Sean lebih dulu membuat Agam terkapar di sana. Tak peduli ini tempat umum atau bukan.

Mencoba menetralkan emosi nya, Sean mengambil nafas dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Sedikit melirik ke arah Pita, ternyata gadis itu masih berdiri di sampingnya dengan tangan yang sama sama dikepal.

"Pit, Gue mau ngomong sesuatu." Sean menoleh sepenuhnya ke arah Pita.

"Apa kita bisa bicara di luar aja? Kalian tentu nggak mau jadi bahan tontonan orang kan?" Keyhsa menyela walau sama sekali tak ada yang berniat menjawab pertanyaan nya.

"Sebelumnya, siapapun yang ngeliat dan mendengar apa yang dikatakan cowok ini," Sean melirik Agam memberitahukan pada semua bahwa cowok yang dimaksud itu adalah Agam "Dia adalah cowok yang nggak punya hati! Ninggalin cewek yang udah bertahun-tahun dia kenal dan lebih memilih cewek yang baru beberapa tahun dia kenal."

"Pita, gadis di depan gue sekarang adalah gadis paling baik yang gue pernah temui." Sean berkata mantap.

"Cukup balas dengan gelengan ataupun anggukan apapun yang gue katakan atau tanyain nanti." Manik mata Sean menatap lekat mata Pita. Membiarkan gadis itu menyelami ketulusan yang dia berikan.

"Mungkin gue belum cukup lama kenal sama lo, Pit. Tapi, gue bisa merasakan bahwa lo butuh seseorang untuk selalu ada di samping lo." Ucap Sean "Sekarang waktunya emang nggak tepat, hati lo ngerasain lagi yang namanya dikecewakan, di samping itu gue nggak pengen liat lo kayak gini. Senyum diwajah seorang Pita Alena Syahira terlalu cantik untuk digantikan dengan lengkungan kesedihan."

Pita balas menggenggam kuat tangan Sean. Mencoba menyalurkan rasa sakit dalam hatinya.

Dirinya ingin menangis. Namun, air mata yang semula menggenang di pelupuk matanya hilang ditelan rasa kecewa.

Sekali lagi Pita menatap mata Sean. Mata yang selalu memancarkan ketulusan. Bahkan sebelumnya Pita berfikir bahwa Sean adalah pemuda yang jauh dari kata laki-laki baik.

Beralih dari mata Sean kemata Agam, Pita dapat melihat kilatan amarah disana, membuat nyalinya menciut dan spontan langsung melepaskan genggaman tangan Sean.

F I G U R A N  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang