Holaaaa, selamat pagi, gimana kabarnya? Kabar Arra baik kok, siapa tau ada yang kepo hahaha. Yaudah tanpa basa-basi lagi, yok baca.
Sebelumnya vote dipencet dulu ya, biar Arra semangat buat up lebih cepat, komennya juga selipin biar Arra tau tiap chapter yang Ara buat bagus atau nggak hehehe.
dia menyempatkan diri untuk bertemu Pita sebentar dirumah sakit untuk mengecek apakah gadis itu sudah memakan sarapan dan minum obat dengan baik dan baru pemuda itu akan pergi kesekolah dengan langkah yang cukup berat, berat karena harus meninggalkan gadis itu sendiri.
"Gue tinggal." Entah berapa kali pemuda itu mengatakan hal yang sama, tetapi untuk keluar dari ruangan itu saja dia tidak melakukannya.
Pita menanggapi hanya mengangguk singkat, kemudian kembali menatap air putih diatas nakas samping tempat tidurnya.
"Bye," ucap Alex ntah untuk yang keberapa kali, Pita tak menanggapi dan itu membuat Alex mengulang ucapannya.
"Bye." Pita menoleh dan sedikit melambaikan tangan yang masih berinfus itu kearah Alex.
"Bye." Alex kembali mengulang ucapannya dan itu berhasil membuat Pita jengah.
Alex menggaruk belakang telinganya yang tiba-tiba terasa gatal, dirinya ingin tersenyum tapi bibirnya terasa kelu hingga dia tak bisa menampakkan lengkungan rupawan.
"Pit?"
"Bye, Lex. Lebih baik lo buruan kesekolah atau lo pasti bakal telat." Sebenarnya agak sarkas mengusir orang yang mencoba perhatian terhadap kita, hanya saja Alex terlampau cerewet hingga Pita jadi jengah sendiri.
Raga Alex perlahan hilang dibalik pintu. Pintu kamar rawat inap ini lah yang menjadi saksi bahwa ada raga yang kosong setiap dia mencoba untuk baik-baik saja.
Kembali ke aktivitas awal, Pita menatap kosong gelas berisi air putih. Lelah memandangi gelas itu Pita membalikkan dirinya menghadap tabung infus yang digantung, helaan nafas terasa berat ketika keluar dari mulut gadis itu.
Perlahan rasa kantuk kembali menyerang dirinya, mungkin karena obat yang dia minum beberapa menit lalu memberikan efek mengantuk pada dirinya.
***
Diluar sana seorang pria paruh baya dengan masker hitam tampak sibuk dengan layar ponselnya. Gelegatnya tak diketahui orang, karena dia berpakaian seperti seseorang yang menunggu keluarganya yang sakit dan itu tak membuat dirinya mencolok diantara keramaian.
Beberapa detik dia sibuk dengan layar ponselnya, pria paruh baya itu terlihat menjauh dari kamar Pita. Ternyata dia sedang menelepon seseorang yang sudah lama menunggu kabar darinya.
Tak menunggu lama, panggilan itu tersambung...
"Gimana?" Suara diseberang sana langsung terdengar ketika panggilan terhubung.
"Pemuda tadi keliatannya sudah pergi kesekolah bos, sekarang gadis itu tinggal sendiri didalam."
"Pastikan ketika aku sampai disana tidak ada seorangpun yang akan masuk dan berada dalam kamar gadis itu."
"Baik bos," jawab pria paruh baya itu cepat, dan kembali duduk disebuah kursi depan kamar rawat inap Pita.
Kewaspadaan pria paruh baya itu semakin meningkat ketika tahu bahwa Agam akan ke rumah sakit sebentar lagi.
Sebentar-sebentar dirinya menoleh kearah kiri dan kanan kemudian mengintip Pita yang sepertinya sedang tertidur lewat kaca kecil dipintu kamar itu.
"Permisi, bapak keluarga pasien?" Seorang suster mengagetkan pria paruh baya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
F I G U R A N (END)
Novela Juvenil⚠️WARNING⚠️ FOLLOW SEBELUM MEMBACA OKEY!! And semoga suka sama cerita nya. Mengalah bukan berarti kalah, hanya saja ada yang harus direlakan kala kita tau tak semuanya adalah milik kita. Ini tentang seorang gadis yang menghadapi dunia bersama bayang...