Chapter 15

9K 572 12
                                    

Author butuh nutrisi dari readers. Yaitu dengan vote yang kalian berikan.

Cinta itu bisa hadir secara tiba-tiba dan juga tanpa alasan apapun. Manusia tidak bisa menolak kepada siapa jatuh cinta dan marah ke diri sendiri saat dia mencintai seseorang yang jelas tak mencintai nya.

Pita termenung di balkon kamarnya. Dia sedikit meragu apakah selama setahun belakangan ini Agam memang sudah mengahapus namanya dalam hati pemuda itu? jika begitu kebenaran nya, lantas kenapa Agam tak tak kunjung memberitahukan bagaimana Pita harus menjalani hari-hari nya tanpa pemuda itu?.

Pita bimbang pada perasaan nya. Kata-kata Sean sore itu membuat perasaan nya kian tak karuan. Kalau ada yang bertanya apakah Agam masih peduli terhadap nya? maka jawaban Pita adalah iya kenapa? karena nasi bungkus dan obat yang berada di balkon kamarnya cukup menjelaskan semuanya.

Namun, kalau ada yang bertanya pada Pita apakah orang yang tempo hari memberinya nasi bungkus dan obat adalah Agam? maka jawaban Pita adalah mungkin.

Keasikan melamun membuat Pita tak menyadari bahwa pintu kamarnya di ketuk keras orang di luar sana. Bergegas dia langsung menuju pintu dan membuka nya.

"Mama."

"Saya dan suami saya akan keluar kota besok," ucap Vera kepada Pita "Saya tidak ingin mendengar kejadian seperti ini lagi di sekolah kamu atau nilai kamu yang turun satu angka pun," lanjut Sinta. Wanita itu berbalik dan ingin pergi dari sana. Akan tetapi, dengan cepat Pita mencekal tangan sang Mama yang berakhir tepisan kasar oleh Vera.

"Mama dan Papa pulang kapan?"

"Bukan urusan kamu," jawab Sinta sinis.

"Tapi Ma, aku takut kalau tinggal sendiri, Ma. Mama tau kan dulu aku nggak pernah ditinggal sendiri kalau kalian keluar kota, karena ada Kak Aksa yang jagain aku."

Plaakk

Sebuah tamparan dengan enteng nya mendarat di pipi Pita, gadis itu masih mencerna apa yang salah dengan kalimat nya barusan.

"Jangan sebut nama anak saya dengan mulut kotor kamu itu."

Menangis? tentu saja Pita ingin. Tetapi, air matanya seperti nya paham dimana dan di saat bagaimana dia harus keluar.

Vera berlalu dari sana. Pita masih bertahan untuk tidak menangis, menarik nafas dan menghembuskan nya secara perlahan-lahan guna meredam sakit hati nya.

"Aku nggak boleh cengeng." Kemudian Pita masuk ke dalam kamarnya. Mencoba mencari pelampiasan yang tepat. Tatapan nya jatuh pada ponselnya yang menyala di atas nakas miliknya.

Di sana terlihat jelas ada notif dari salah satu aplikasi dengan nama Cipta tertera di sana.

Cipta
Malam kekasih gelap yang tersamyang:)

Pita
Sembarangan!

Cipta
Lo gabut atau bosen nggak? gue harap jawaban nya adalah iya.

Pita bosan? gadis itu tak pernah merasakan bosan, yang dia tau hanyalah rasa lelah yang terus menghampiri nya setiap waktu. Demi menyenangkan hati seseorang di seberang sana Pita menjawab sesuai dengan apa yang di harapkan Cipta.

Pita
Iya

Centang biru terlihat sangat cepat, secepat panggilan Vidio call dari Cipta. Pita menggeser icon hijau di ponselnya dan terlihat wajah Cipta dengan cengiran khas miliknya.

"Ternyata gini ya rasanya Vidio call langsung di sambut wajah bidadari." Perkataan pemuda di seberang sana membuat Pita berlagak ingin muntah.

"Tumben vc, kenapa?" Pita tampak nya penasaran kenapa pemuda itu tiba-tiba Vidio call dengan diri nya. Mengingat bahwa ini adalah kali pertama Cipta seperti ini.

F I G U R A N  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang