Chapter 28

6.1K 412 15
                                    

Kelamaan up, soalnya author kemarin sedang menghadapi ujian semester + lagi ikut lomba puisi, doain author menang ya hehehe.

Happy reading readers tercintahhh<3

Tangan putih bersih itu sedikit menggigil ketika memegang kenop pintu rumahnya sendiri. Rasa cemas serta was-was mengahantui dirinya begitu cepat. Semesta tampaknya senang bermain dengan perasan, tadi pagi dia senang dan sekarang dia harus kembali merasakan rasa yang berbeda saat pulang.

Kenop pintu berhasil diputar, membawa dirinya memasuki rumah. Namun, tampaknya tak ada tanda-tanda bahwa Papa dan Mamanya berada dirumah.

"Ma, Pa?" Pita memanggil memastikan bahwa memang orang tuanya belum pulang ke rumah.

Untuk lebih meyakinkan dirinya Pita bergegas menghampiri kamar orang tuanya, mengetuk pintu dan, hasilnya sama, tak ada sahutan dari dalam yang berarti keduanya masih diluar.

"Kira-kira Mama dan Papa bakal pulang jam berapa ya?" Pita menoleh kearah jam dinding yang terpajang di ruang tamu.

"Aku masak aja deh, siapa tau pas pulang Papa dan Mama laper. Saat itu makanan udah tersaji jadi Mama nggak perlu capek-capek lagi masak." Niat tulus Pita membawa dirinya kedapur mengecek bahan bahan apa saja yang berada di dapur lalu berkutat dengan alat masak siang itu.

Aroma sup ayam buatan Pita sangat menggiurkan, dirinya sendiripun bahkan sempat menelan ludah.

Sup ayam, tempe goreng dan perkedel kentang sudah tersusun rapi diatas meja makan. Pita hanya harus menunggu Papa dan Mama nya pulang kemudian makan dengan tenang.

"Aku nggak sabar ngeliat reaksi Papa dan Mama nanti." Gadis itu berlalu dari dapur menuju kamarnya merebahkan diri mencoba menghilangkan rasa penat yang sudah ada sejak lama.

"Masih pukul setengah 5, apa aku tidur sebentar aja ya? Kelihatannya Papa dan Mama juga bakal lama." Dirinya yang lelah langsung terlelap saat beberapa menit dia memejamkan mata.

Gadis itu meringkuk di bawah selimut nya, mencoba mencari kehangatan di antara dinginnya suasana subuh kala itu.

Satu tepukan di punggungnya terasa begitu nyata, membawa dia perlahan membuka matanya yang entah kenapa seperti ingin terus tertidur.

"Dek, ayok bangun! Mama udah bikin sarapan buat kita." Seorang pemuda memaksa sang adik untuk terjaga dari tidurnya.

Dia Pita, tersenyum ketika sang kakak tak lagi menggoyangkan tubuhnya dan berganti mengusap sayang puncak kepalanya.

"Sebentar lagi kak."

"Ayok bangun! Kakak nggak mau sarapan sendiri."

"Memangnya Papa sama Mama kemana?"

"Mereka ada meeting. Jadi tadi pagi buru buru pergi, Tapi, Mama udah siapin sarapan kok buat kita."

Pita bangkit, mengucek matanya sebentar sambil mengumpulkan nyawanya terlebih dahulu.

"Siap-siap cepat! Kakak tunggu di bawah, kalau nggak turun dalam sepuluh menit, kakak bakal habisin sarapannya."

"Kak Aksa mah gitu!" Rajuk Pita.

"Makanya ayo bangun." Mau tak mau Pita bangkit dan memasuki toilet untuk menyegarkan diri setelahnya dia ikut bergabung dengan sang kakak yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.

"Ayo makan!" Ucap kakaknya, Aksa. Nampaknya pemuda itu tak memperhatikan sang adik yang tampak kebingungan menatapnya dalam.

"Kenawha nggak mawkwan?"

F I G U R A N  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang