Chapter 39

7.3K 471 66
                                        

Tak jauh dari kediaman Samuel dan Shinta, terletak sebuah restoran. Nuansa klasik berbalut aesthetic membuat restoran itu digemari dari berbagai kalangan.

Disini, sudah duduk Samuel beserta Shinta juga Diano didepannya.

"Bagaimana? Kapan hasilnya akan keluar?"

"Akan kuusahakan secepatnya, mungkin dua atau tiga hari," jawab Diano.

"Jangan beri tau ini kepada Cipta, jika dia bertanya jawab saja kita bertemu sebagai teman lama."

"Kalian tidak perlu khawatir..." Diano menyesap coffe latte miliknya, "Oh iya, bagaimana kabar putri kalian? aku lupa namanya," lanjut Diano.

"Keysha, namanya Keysha. Dia baik-baik saja, tapi akhir-akhir ini watak tempramennya mulai muncul itu semua karena gadis ini..." Samuel meletakkan handphone yang menampilkan foto seorang gadis disana.

Untuk beberapa saat, Diano termenung, melihat kearah Shinta lalu melihat kearah ponsel lagi.

"Gadis ini,"

"Ya, itu dia." Samuel menatap lekat Diano.

"Dia sangat mirip dengan mu waktu muda Shin."

Shinta mengangguk membenarkan perkataan Diano.

"Hanya saja dia terlihat lebih tirus, kantung matanya juga terlihat sangat jelas, kurasa jam tidurnya berantakan."

"Aku juga merasa seperti itu, tapi kondisinya saat ini jauh lebih baik daripada saat kami bertemu dengannya dirumah sakit beberapa hari lalu."

"Kapan foto ini diambil?"

"Saat ingin kesini, aku pergi kesekolanya dan menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang, untung saja pikiran ku bekerja sangat baik, sebelum sampai dirumahnya aku meminta dia untuk berfoto bersama ku." Shinta menjelaskan  dengan panjang lebar.

"Apa ini sebagian dari rencanamu itu?" Shinta mengangguk dan mengulas senyum kecil.

"Istri mu sangat cerdas, Sam."

"Karena itu dia hanya pantas bersanding dengan ku." Ketiganya lalu tertawa.

"Sebentar-sebentar, aku sepertinya melupakan sesuatu," ucap Diano, sepasang suami-istri itu lalu saling menatap satu sama lain.

"Kau mengantarnya berarti kau tau dimana letak rumahnya bukan?"

"Iya, kami tau!" Serempak keduanya.

"Rumahnya terletak tak jauh dari SMA Garuda 01, kau hnya perlu lurus dan berbelok di perempatan lampu merah, lalu lurus dan tak jauh dari Cafe Almond, disitulah rumahnya."

"Kau bertemu kedua orang tuanya?"

"Tidak!" Serempak keduanya lagi.

Diano menggangguk, ketiganya melupakan masalah itu sejenak dan sedikit berbincang tentang masalalu.

***

Rumah minimalis milik keluarga Bram terlihat jelas dimata Pita, sesudah Samuel dan istrinya mengantar dia sampai didepan rumah, gadis itu masih enggan masuk kedalam rumahnya sendiri.

Dirinya menghela nafas, kali ini semoga saja keberuntungan berpihak pada dirinya. Masalah di SMA tadi sudah cukup membuat dirinya tak mampu untuk berkata apapun, apalagi untuk menghadapi kegilaan yang akan diberikan kedua orangtuanya.

"Hufff!"

Pintu rumahnya berdecit, menimbulkan kesan seram.

"Siapa itu tadi?" Bram berkata dengan fokus menatap serta membaca koran.

F I G U R A N  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang