Pagi itu, langit biru kota Bandung begitu cerah. Secerah hati dan penampilan seorang, Shania Gracia. Hatinya yang sedang bersemangat untuk bersekolah, karena ada jadwal salah satu pelajaran yang sangat ia sukai. Pelajaran itu adalah, Sejarah.
Menurutnya, pelajaran sejarah itu cukup mudah dan sangat menarik. Apalagi, mempelajari salah satu sejarah tentang perjuangan bangsa tercinta untuk bebas dari para penjajah dan merdeka, benar-benar mood banget buat, Gracia.
Tetapi, langit mendung seketika mendadak muncul. Bukan langit mendung beneran yang mendadak muncul, melainkan langit dalam diri, Gracia. Ketika berjalan memasuki gerbang sekolah, untuk yang entah keberapa kali, udah gak kehitung, dia lagi dan lagi harus bertemu sang ratu kelas yang sangat ingin ia hindari. Siapa lagi kalau bukan, Shani Indira Natio.
Tampak dari penglihatan Gracia, Shani sedang berdiri menyender dipagar gerbang sekolah layaknya seorang security sekolah yang memperhatikan satu per satu siswa-siswi sekolah yang masuk ke dalam sekolah.
Oh, Tuhan, hari hari menghadeuh bagi Gracia. Melihat Shani yang selalu menindasnya disetiap kesempatan adalah sebuah kesialan dalam hidupnya. Terlebih, Shani itu adalah teman satu kelasnya. Teman sih teman, tapi kalau selalu saja menindas dan berbuat seenaknya, apa pantas itu disebut sebagai teman(?)
Begitu Gracia melewati gerbang sekolah dengan menundukkan kepalanya, berharap Shani tidak akan melihatnya, justru jauh dari harapan yang ia bacakan secara komat kamit. Tangan sebelah kirinya, ditarik secara paksa dengan tiba-tiba oleh Shani yang seketika membuat langkahnya terhenti. Bahkan, ia hampir saja terjatuh karena keseimbangannya yang goyah.
"Aduuhh!"
Shani menatap datar nan dingin kepada Gracia yang berada didekatnya, "Kenapa? Gak suka?"
Gracia menunduk terdiam. Memang benar, Gracia selalu tidak menyukai perlakuan Shani yang suka semaunya dan juga berbuat kasar.
Pernah disuatu waktu, Shani menampar Gracia dihadapan teman-teman satu kelasnya, hanya gara-gara, Gracia yang salah membelikan minuman boba yang disuruh oleh Shani. Shani meminta rasa cokelat, sedangkan Gracia malah memberikannya rasa stroberi. Bukan tanpa alasan, sih, mengapa Gracia bisa salah membelikan minuman boba tersebut. Gracia yang terlalu takut jika berlama-lama berada didekat Shani. Aura negatif Shani terlalu kuat, itu yang Gracia rasakan.
"Kamu tahu bego gak sih, Gre? Tahu gak! HAAAHHH!!! GUE TUH, MINTA RASA COKELAT, KENAPA LO KASIH GUE RASA STROBERI.... GRACIAAAAA!!!"
"I-iya... Ma-maaf... Maafin aku, Shan. Tadi, a-aku... Aku lupa rasa boba yang kamu pengen."
Plaakk!!!
Satu tamparan keras dari tangan kanan Shani, mendarat sempurna di pipi sebelah kiri, Gracia. Gracia yang merasakan sakit sekaligus panas dipipinya itu, hanya mengusap-ngusap pelan pipinya. Ada tangis yang rasanya ingin pecah dari benak, Gracia. Tapi, sekuat tenaga ia menahannya untuk tidak meneteskan deretan air mata dihadapan Shani.
Byuurrr!!!
Sudah jatuh tertimpa tangga, begitulah yang Gracia rasakan. Setelah tamparan keras yang ia terima, kini, minuman boba yang berada ditangan Shani, dilemparkan tepat mengenai wajah cantik Gracia.
"BEGO BANGET JADI ORANG!!!" Shani mendorong kepala Gracia dengan penuh emosi. Setelah selesai meluapkan emosinya, ia berjalan keluar meninggalkan ruangan kelas.
Hanya tatapan rasa kasihan yang Gracia terima tanpa berniat membantunya dari teman-teman satu kelasnya, setelah melihat pertunjukkan Gracia yang dimaki-maki oleh Shani. Sisa air boba yang membasahi wajah serta turun ke bagian seragam sekolah Gracia, ia bersihkan dengan tangannya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...