Sesekali, Shani melirik ke arah Gracia ditengah dirinya dan anak-anak lainnya yang sedang memperhatikan materi pelajaran sejarah yang diterangkan. Merasa diperhatikan dari arah samping, Gracia melirik sekilas ke arah Shani. Buru-buru, Shani membuang wajahnya dan kembali fokus ke materi yang sedang diterangkan. Gracia tahu, Shani barusan saja melirik ke arah dirinya. Ia pun hanya menghela nafasnya pelan.
Akh, ini pelajaran sejarah. Pelajaran yang sangat disukai oleh Gracia. Shani mengetahuinya karena Gracia pernah menceritakan kepada dirinya, bahwa ia sangat menyukai pelajaran tersebut. Terlebih, Gracia selalu mendapat nilai tertinggi dipelajaran tersebut.
***
"Serius amat sih?! Sampe dianggurin gini."
Gracia tidak mempedulikan celetukan Shani yang berada disebelahnya. Sedari tadi, Gracia memang sangat serius sekali mengerjakan tugas sejarah yang akan dikumpulkan besok.
"Gre? Beb? Sayang? Woooyyyy!!! Budek!"
Gracia melirik tajam ke arah Shani. Shanii malah terkekeh mendapati tatapan tajam Gracia yang menurutnya jauh dari kata menakutkan.
"Bisa diem gak sih?! Aku lagi serius ngerjain tugas buat besok!"
"Nyenyenyenye!"
"Bodo amat, Shan!"
Gracia kembali fokus mengerjakan tugasnya. Sedangkan Shani, dia asyik sekali memperhatikan wajah serius Gracia. Sesekali, ia menggodanya dengan mencubit hidungnya atau menusuk-nusuk gemas pipi gembulnya dengan jari tangannya.
"Kenapa sih?! Kayaknya, seneng banget sama pelajaran sejarah."
Gracia kembali menghentikan aktivitas dirinya yang ingin menyelesaikan tugas sejarah. Menatap Shani sembari menghela nafasnya pelan.
"Aku dari dulu tuh paling suka pelajaran ini. Kamu tahu, aku pertama kali menyukai pelajaran ini dari kelas 5 SD." Ucapnya dengan antusias.
Gracia kemudian menceritakan tentang dirinya yang dulu menyukai pelajaran sejarah. Ia menceritakan tentang sedari dulu selalu mendapatkan nilai tinggi untuk pelajaran tersebut. Bagaikan seorang ibu yang menceritakan dongeng kepada anaknya, Shani menyimaknya dengan tersenyum. Entahlah, hati kecilnya sangat bahagia melihat Gracia yang menceritakan dirinya dulu dengan antusias.
Terlalu menggemaskan melihat ekspresi Gracia saat ini. Padahal, ia sudah menginjak masa remaja. Akan tetapi, mengapa dirinya kadang terlihat seperti anak kecil yang sangat menggemaskan(?)
***
Kenangan itu, hadir kembali dalam ingatannya. Kenangan bisa tercipta dari situasi apapun. Termasuk saat ini tentang kenangannya dulu kala Gracia menceritakan asal muasal dirinya menyukai pelajaran sejarah.
Hati kecilnya tidak dapat dibohongi. Ia merindukan sosok Gracia walau Gracia telah melakukan kesalahan besar. Sesaat, bayangan kala Gracia merintih sembari berharap akan memaafkan kesalahannya kembali merasuki bayang-bayang ingatan Shani. Bagaimana ketika raut wajah Gracia yang begitu ketakutan akan emosi dirinya yang meledak. Serta, tetesan air matanya yang sangat lirih. Semuanya kini terekam jelas oleh Shani.
Jika boleh jujur, ia menyesali semua perbuatannya. Tetapi, ketika ego masih menguasai dirinya. Ia masih belum siap memaafkan Gracia. Rasa kecewanya masih melekat didalam dirinya.
Setelah melewati jam pelajaran, inilah saat-saat yang ditunggu. Ketika jam pelajaran sepenuhnya telah usai. Seluruh anak-anak di sekolah telah bersiap untuk pulang menuju rumah masing-masing. Begitupun sama halnya dengan Shani dan juga Gracia. Masing-masing dirinya telah bersiap untuk pulang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...