"Kak, kita main lempar-lemparan, yuk?"
"Main lempar-lemparan?! Lempar apa?"
Azizi mengambil sebuah pecahan genteng yang tergeletak didekatnya. Lalu, Azizi mengambil posisi ancang-ancang untuk melempar pecahan genteng tersebut.
"Ini." Jawab Azizi sembari memperlihatkan sebuah pecahan genteng yang ia pegang.
"Kakak lihat ini, ya?!" Katanya lagi.
Hap!
Azizi melempar pecahan genteng tersebut dengan kencang. Lemparan pecahan genteng yang ia lempar melesat sejauh mungkin disepanjang aliran sungai yang mereka diami saat ini.
"Nah, gitu kak? Kakak bisa gak nih?!" Kata Azizi dengan tatapan menantang kepada Gracia.
Merasa ditantang bocil yang selalu percaya diri itu, membuat Gracia cukup tertantang. Walau sebenarnya, ia gak ada bakat melempar jauh seperti Azizi barusan. Tetapi, ia percaya bahwa ia bisa melakukannya.
"Oke! Aku bakalan kalahin kamu loh, Zee."
"Ya udah, buktiin aja dulu sih kak."
Gracia mendengus kesal mendengar perkataan Azizi yang menganggap remeh dirinya. Ia tidak terima dengan perkataan Azizi. Gracia pun bersiap dengan posisi siap melempar pecahan genteng yang ia pegang kemudian.
"Ppffttt....lucu banget sih, kak."
Gracia menoleh sekilas ke arah Azizi dengan tatapan sinis. Bisa-bisanya anak kecil itu mentertawakan dirinya. Tapi, masa bodo dengannya.
Hap!
Gracia melempar pecahan genteng dengan lemparan yang tidak sekencang Azizi. Azizi yang melihatnya lagi dan lagi mentertawakan kakak kelasnya itu.
"Huuuu....kakak payah!" Kata Azizi dengan gestur jempol yang diturunkan olehnya.
Gracia memutar malas kedua bola matanya. Ia menyadari bahwa dirinya tidak seperti Azizi. Azizi pun bersiap untuk melempar (lagi) pecahan genteng yang ia pungut dari bawah kakinya.
"Lihat nih, kak?!"
Hap!
Lemparan Azizi yang begitu kencangnya terlihat sangat jauh melintasi sungai yang mengalir. Ia tersenyum angkuh dihadapan Gracia sembari mengibaskan rambut panjangnya.
"Siapa dulu, dong. Azizi gitu, loh!"
"Nyenyenyenye!"
"Hihi, gemes banget deh kamu kak!!" Kedua tangan Azizi mencubit gemas Gracia.
"Sakit ih, Zee!!" Kata Gracia sembari mengusap-ngusap kedua pipinya akibat cubitan Azizi.
Azizi tertawa cekikikan melihat raut wajah Gracia yang kesal terhadapnya. Walaupunn gadis dihadapannya itu lebih tua darinya, image anak kecil yang menggemaskan masih terlihat darinya.
Tidak disadari oleh keduanya, bahwa hari sudah terlihat sore. Saking asyiknya mereka quality time yang membuat keduanya bahagia. Tentunya, segala pikiran Gracia dan permasalahannya yan membludak. Gracia ingin seperti ini. Otak dan dirinya membutuhkan refreshing yang bisa membuatnya sedikit tenang.
"Pulang, yuk? Udah sore." Kata Gracia. Azizi menganggukan kepalanya.
"Iya, kak. Oh, iya?! Aku mau beli minum dulu ya, kak? Kakak tunggu disini." Ucap Azizi yang kemudian meninggalkan Gracia begitu keduanya telah sampai diparkiran taman.
Suasana parkiran yang begitu sepi. Paling, hanya ada beberapa orang yang tampak berlalu lalang dari parkiran tersebut. Namun, selagi Gracia menunggu Azizi yang belum juga muncul, ada seseorang yang berjalan perlahan menghampirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...