Overthinking

1.8K 225 8
                                    

Malam yang perlahan larut, namun Shani masih belum terlelap menuju alam mimpinya. Kedua bola matanya masih menatap langit-langit kamarnya. Ia masih terjaga tanpa menguap sekalipun.

Shani yang masih terjaga itu, berkelut dengan pikirannya yang berkecamuk. Memikirkan apa yang ia dengar dari seseorang yang ia benci. Setiap untaian kalimatnya, entah kenapa seolah mengunci otaknya untuk selalu memikirkannnya.

Mana sosok Shani Indira yang dulu masa bodo dengan sesuatu? Sosok Shani yang bermental kuat dan pemberani itu seolah telah menghilang secara perlahan. Kini, sosok Shani itu malah menjadi seseorang yang terpengaruh akan perkataan yang berhubungan dengan Gracia.

Akh, Gracia.

Keberadaannya saat ini, seolah membuat hatinya menjadi lemah lembut begitu dihadapannya. Seorang Shani Indira yang begitu bucin kepada Gracia apabila sedang bersama diluar lingkup sekolah. Mungkin, dampak dari rasa cintanya itulah yang perlahan membuat sosok dirinya yang dulunya keras dan kejam mulai menghilang.

Kenapa jadi kepikiran terus omongan itu anak, ya?

Tapi, bener juga sih. Kadang, gue terlalu kelewatan sama Gracia kalo udah di sekolah.

Gre?

Aku sayang kamu.

Ini bukanlah menggambarkan sosok seorang Shani Indira Natio. Tidak seperti biasanya yang kini seolah terpengaruh untaian kalimat Azizi yang menusuk hatinya. Membenarkan bahwa ia memang sangat jahat kepada Gracia.

"Aaarrrggghh!!!"

Shani meremas kasar wajahnya. Seperti kerasukan setan yang mengakibatkan dirinya begitu tidak karuan saat ini.

Ia beranjak dari tidurnya. Tangannya meraih ponsel yang tergeletak diatas nakas samping tidurnya. Ada keinginan darinya bermaksud untuk menghubungi seseorang yang jauh disana.

"Halo, Shan? Kenapa?" Terdengar suara jawaban sekaligus pertanyaan dari panggilan teleponnya.

"Aku ingin ketemu di taman sekarang. Gak pake lama!"

"HAAAHHH!!! Ma---malam-malam gini?! Kenapa gak besok aja sih?!"

"Gak ada penolakan pokoknya. Titik!!"

Shani memutuskan panggilannya secara sepihak. Lalu, ia bersiap untuk menuju taman yang dimaksud sebelumnya.

Sementara itu, gak terlalu jauh dari rumah Shani, seorang gadis tampak sedikit menggerutu dengan apa yang ia dengar sebelumnya. Gadis itu menghela nafasnya pelan sembari meletakan ponsel yang baru saja ia selesai gunakan setelah percakapan singkatnya telah usai.

"Orang gila emang!! Masa, malem-malem gini ngajak ketemuan sih?!"

Walaupun berat rasanya ia beranjak dari tempat tidurnya, tetapi ya pada akhirnya ia pun menuruti permintaan bos yang mau gak mau harus dituruti.

Tapi, kebetulan juga sih aku juga pengen ketemu dia.

Aku pengen tahu, kenapa dia kayak ada sesuatu yang disembunyiin dari aku.

Aku ngerasa, Shani kayak mikirin sesuatu.

Aku harus cari tahu pokoknya.

Dialah Shania Gracia. Malam-malam begini yang seharusnya sudah memasuki jam tidurnya, malah bersiap untuk bertemu Shani, seperti yang dibicarakan sebelumnya lewat ponsel.

Gracia telah bersiap untuk pergi ke taman, tempat dimana ia akan bertemu Shani. Tidak mempedulikan bahwa waktu sudah menunjukan malam hari yang semakin larut. Dengan langkah kaki yang sengaja ia pelankan, karena takut ketahuan sang ibu, Gracia melangkahkan kakinya sangat berhati-hati. Lalu, disusul membuka pintu rumah yang terkunci pun dengan begitu hati-hati seperti maling yang takut ketahuan mencuri dari tempat sasarannya(?)

KromulenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang