"Oh, jadi ini kelakuan lo ya?! Gak salah sih, kalo lo emang terkenal dengan sebutan buaya seantero sekolah. Dasar, murahan!"
Shani tersenyum sinis dengan perkataannya dihadapan Azizi dan juga Chika sembari melipatkan kedua tangannya dengan angkuhnya begitu mendapati beberapa saat yang lalu, Azizi tengah dipeluk oleh Chika. Lantas, Azizi yang mendengar perkataan pedas dari kakak kelasnya itu, tampak biasa-biasa saja dan malah tidak terpancing emosi sama sekali.
"Tunggu?! Tunggu! Aku, murahan?! Gak salah denger apa ya? Perkataan murahan dari seseorang yang hobinya selalu nyiksa pacar sendiri baik secara fisik maupun perkataan. Bahkan, kakak sendiri gak segan-segan sampe ngelukai loh. Ngaca kalo sebelum ngomong tuh harusnya!" Ucap Azizi dengan santainya sembari tersenyum sinis menatap Shani.
Shani naik pitam. Azizi benar-benar pandai sekali memancing amarah rivalnya itu. Setiap kalimat yang dilontarkan Azizi, ada benarnya. Azizi memang memperhatikan betul gerak-gerik orang yang ia sukai dan juga rivalnya tersebut.
"Lo gak tahu permasalahannya kayak gimana. Gak usah sok tahu deh!"
Azizi berjalan perlahan menghampiri Shani. Begitu didekatnya, Azizi berjalan memutari Shani yang masih berdiri dengan emosi yang memuncak.
"Ckckckck! Begitu kah wahai kak Shani Indira Natio? Seorang ratu sekolah yang begitu ditakuti oleh siapapun. Bahkan, gak segan-segan buat ngehabisi orang yang dianggapnya sebagai musuh. Apa itu artinya, aku akan dihabisi juga sama kakak?"
Kedua bola mata Shani seolah mengikuti keberadaan Azizi yang memutari dirinya. Rasanya, seketika ia ingin langsung saja memukul Azizi yang berada didekatnya.
Azizi menghentikan langkahnya, dan berdiri tepat dibelakang Shani.
"Uuuppsss! Takut banget loh." Ucapnya lagi dengan pelan sembari tersenyum menyeringai dibelakang Shani.
Sepertinya, Shani sudah tidak dapat menahan amarahnya lagi. Dengan cepat, ia menarik kerah kaos olahraga yang dikenakan Azizi. Lalu, kepalan tangan kanannya terayunkan dan meluncur dengan cepat untuk menuju pipi Azizi.
Namun, seseorang dengan cepat menahan tangan kanan Shani yang hendak memukul Azizi. Sontak, Shani menatap tajam seseorang tersebut.
"Lepasin!? Lo Chika, kan? Ceweknya si brengsek ini!"
"Iya! Aku Chika. Dan stop bilang Azizi dengan sebutan brengsek!!"
Shani melepaskan tangannya dari genggaman Chika yang menahannya. Lalu, menatap sinis keduanya.
"Cih! Gak disangka-sangka. Banyak juga yang belain lo!"
"Aku gak bakalan ngebiarin kakak buat nyakitin atau nyentuh Azizi. Kalau sampai itu terjadi, lihat aja akibatnya."
Sontak, Shani sedikit tercengang mendengar penuturan Chika yang sangat berani mengancamnya. Lantas, Shani kembali tersenyum dengan sinis atas apa yang ia dengar.
"HAHAHAHAHAHA! LO BERANI NGANCEM GUE?! LUCU BANGET DEH!"
Begitupun halnya dengan Chika yang seolah tidak mau kalah dengan Shani, ia pun membalas senyuman Shani dengan senyuman khasnya.
"Baiklah kalau gitu. Ayo Zee, kita pergi!" Tangan Chika pun menarik tangan Azizi untuk segera keluar dari dalam toilet. Sedangkan Azizi, hanya menurut saja tanpa sepatah katapun.
Memang benar, kak Shani itu orangnya sangat menarik. Mari kita bermain ya kak?
Sementara itu, Shani masih berdiam diri di toilet. Setelah peperangan kecil dengan rivalnya itu, ia berusaha kembali menenangkan diri. Sebagai upaya untuk meredam emosinya, Shani membasuh wajah cantiknya itu dengan air wastafel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...