Gracia berjalan melewati lorong sekolah untuk menuju kelasnya. Karena kebetulan, pagi ini ia tidak berangkat bersama Shani. Karena Shani yang ternyata lagi kurang sehat.
"Astaga, Shan?!!! Kita ke dokter ya? Demam kamu tinggi banget!"
"Gak apa-apa kok sayang. Aku udah mendingan sih."
Bagaimana bisa, wajah Shani yang tampak pucat dengan mata sedikit sembab karena demamnya itu bilang kalau ia gak apa-apa. Tentu, Gracia yang mendengarnya malah sedikit kesal oleh ucapan kekasihnya tersebut.
"Kok kamu bisa bilang gak apa-apa sih?!! Kamu tuh lagi sakit gitu. Aku gak bisa biarin kamu kayak gini! Pokoknya, kita ke dokter sekarang, titik!" Ucap Gracia dengan nada sedikit tinggi. Baru kali ini, seorang Shania Gracia berani berbicara dengan nada yang tidak biasa dihadapan Shani Indira Natio.
Tangan Shani terulur dan mendaratkan telapak tangannya dipipi Gracia seraya tersenyum dengan sedikit lemah lalu mengusapnya dengan lembut. Gracia dapat merasakan telapak tangan Shani yang panas itu akibat demamnya yang cukup tinggi.
"Kamu jangan khawatir kayak gitu. Aku baik-baik aja kok. Iya, aku bakalan ke dokter kok. Kamu jangan panik gitu ya?"
"Gimana aku gak panik, Shan?! Kamu tuh demam tinggi, sampe tangan kamu juga panas banget. Ya udah, aku anter kamu ya? Aku bakalan izin gak masuk sekolah."
Namun, Shani menggelengkan kepalanya begitu mendengar ucapan Gracia yang sangat yakin itu.
"Kamu sekolah aja, aku ke dokternya biar sama orang rumah. Plis! Jangan belain gak masuk sekolah cuma demi aku. Tapi, aku pengen minta sesuatu sama kamu, boleh kan?"
Gracia menatap serius atas permintaan yang Shani lontarkan, "Kamu mau minta apa? Aku bakalan turuti permintaan kamu."
Tentu, Shani tersenyum sumringah mendengar perkataan Gracia yang penuh keyakinan tersebut.
"Aku mau nanti sepulang sekolah kamu kesini, ya? Kalo bisa, nginep dan temenin aku disini sampe sembuh."
Sebenarnya, Gracia agak ragu kalau harus nemenin Shani secara terus-menerus sampai sembuh seperti yang Shani minta. Namun, dorongan dalam dirinya seolah mengiyakan untuk menuruti permintaan kekasihnya tersebut.
"Aku usahain ya, Shan? Aku harus izin dulu sama mamah."
Shani tersenyum makin sumringah dan lega setelah mendengar jawaban Gracia.
"Akh, sayang."
Ya, sedari tadi juga Gracia memikirkan tentang kondisi Shani yang lagi kurang sehat dan juga bagaimana caranya untuk meminta izin kepada sang ibu agar ia dapat menemani Shani selama ia sakit. Hah! Rasanya, otak Gracia terus berputar memikirkan itu semua.
Saking seriusnya memikirkan itu semua, Gracia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memanggilnya beberapa kali dari belakang dirinya.
"Kak Gracia?!!"
"Kakaaakkk!!"
Gracia menoleh begitu menyadari bahwa ada seseorang yang memanggilnya untuk mengetahui siapa orang yang memanggilnya.
"Ka---kamu?!"
Gracia cukup terkejut dibuatnya begitu mendapati orang yang memanggilnya ternyata adalah seseorang yang pernah menyakitinya.
"MAU APA KAMU?! MAU NYERANG AKU LAGI, HAAAHHH!!"
Dialah Azizi, adik kelas yang menurutnya sangat kurang ajar dan menganggapnya sebagai seorang musuh sama halnya seperti Shani. Namun, untuk keberanian ia tidak seperti Shani yang berani menyakitinya secara fisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...