"Loh kok kalian doang sih yang kesini?! Gracia mana?!"
Seutas pertanyaan itu muncul dari mulut Shani begitu mendapati dua cewek sahabatnya yang rempong itu berdiri dihadapan pintu rumahnya yang terbuka oleh sang tuan rumah.
"Euuuhhhh...jadi gini?! Tadi kita udah minta sama dia buat nemenin kita-kita kesini. Karena kita tahu kalo dia yang ngejaga dan ngerawat lo pas lagi sakit, 'kan? Nah, pas udah mau jalan kesini, tiba-tiba dia dapet telpon gak tahu dari siapa gitu. Soalnya, pas dia mau jawab itu panggilan telpon tuh, kek sedikit ngejauh dulu dari kita. Gue gak tahu apa yang si Gre omongin ditelponnya tuh soalnya gak denger juga. Nah, pas abis beres tuh tiba-tiba dia malah ngedadak gak bisa nemenin kita buat jengukin lo, Shan. Alesannya sih, disuruh pulang dulu sama ibunya karena ada sesuatu yang penting. Gitu loh, Shan."
Kring!
Kring!
Gracia meraih ponselnya dari saku rok sekolahnya. Ada panggilan darinya dari nomer yang sangat tidak asing baginya. Karena kebetulan sekali, ia berjalan dibelakang antara Anin dan Siska, maka ia meminta izin sebentar buat menjawab panggilan tersebut.
"Guys?! Kalian duluan aja dulu, aku ada telpon nih, bentar ya?" Ucap Gracia yang kemudian tanpa dipersilahkan terlebih dahulu oleh kedua gadis yang berada dihadapannya itu untuk menjawab panggilan telpon tersebut.
Gracia sedikit menjauh dari keduanya. Anin dan Siska saling memandang sesaat satu sama lain. Masing-masing keduanya pun tidak tahu siapa yang menghubungi Gracia dikejauhan sana.
"Kamu tahu itu telpon dari siapa?" Tanya Anin, Siska mengangkat kedua bahunya sebagai pertanda 'tak tahu'.
"Mana gue tahu Aninditha. Kalo gue tahu mah, udah gue kasih tahu."
"Tahu Sumedang atau tahu bulat, Sis?"
"Anin gue pukul juga lo lama-lama sampe bunyi BUGH, ya?!" Ucap Siska dengan kepalan tangannya yang teracungkan dihadapan Anin. Sedangkan Anin, hanya tertawa cekikikan karena berhasil membuat Siska kesal terhadapnya.
Tidak berselang lama, Gracia kembali menghampiri keduanya dengan raut wajah yang sulit diartikan baik oleh Anin maupun Siska.
"Ma---maaf udah buat kalian nunggu ya? Ta---tapi, aku juga mau minta maaf lagi sama kalian. Ka---kayaknya aku gak bisa nemenin kalian ke rumah Shani deh sekarang."
Ucapan yang terlontarkan dari mulut Gracia, tentu membuat Anin dan Siska cukup terkejut sekaligus sedikit kecewa.
"Yaaahhh!! Kok gitu sih, Gre?! Kita udah bela-belain nungguin lo lama-lama loh. Masa lo batalin gitu aja sih?!" Ucap Siska tentunya dengan wajah yang kesal dan kecewa. Campur aduklah pokoknya.
"Ma---maaf Sis? Barusan ibu aku telpon suruh pulang dulu. Soalnya, ada yang harus diberesin dulu dirumah. Gak lama sih, kalo udah beres aku langsung nyusul kalian ke rumah Shani. Gapapa, 'kan?" Tampak, antara raut wajah penyesalan dan penuh harap agar Siska dapat menerima penjelasannya sangat jelas terpancarkan dari wajah Gracia.
Siska menghela nafasnya pelan. Mau gak mau, ya gimana lagi. Dia pun mempersilahkan Gracia untuk membatalkan rencananya saat ini dan menyelesaikan apa yang semestinya ia selesaikan.
"Ya udah kalo gitu. Gapapa kok Gre, gue masih ada Anin."
Gracia membungkukkan badannya sepintas, lalu tersenyum sumringah karena Siska telah memahami alasannya.
"Makasih ya Sis? Nin? Aku pergi dulu kalau gitu?" Dengan segera mungkin, Gracia meninggalkan kedua gadis itu. Kini, hanya tersisa Anin dan Siska yang saat ini masih berada di area sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...