Loh, itu kan---
Kak Shani?
Dan,
Kak Gracia, ya?
***
"Aku tahu, tadi terlalu kelewatan nyebut kamu dengan sebutan bego. Kadang, aku terlalu kelepasan kalau udah ngejalanin sandiwara kita yang semestinya perlahan mulai aku kurang-kurangin kata-kata yang terlalu nyakitin kamu. Tapi, entah kenapa aku gak bisa ngontrol diri aku sendiri!"
Shani tampak putus asa dengan perkataannya. Ia merasa, ingin menyudahi semua sandiwara yang ia lakukan sendiri. Berpura-pura membenci Gracia dengan setiap perlakuannya. Walau perlakuannya terasa nyata untuk secara fisik yang ia lakukan.
Gracia yang memahami tentang perasaan Shani, lantas memegang kedua bahu Shani. Menatapnya dengan lekat nan dalam.
"Loh, kok mereka saling natap gitu sih? Apalagi, kak Gracia sampe megang-megang bahu kak Shani. Mereka lagi ada masalah atau gimana ya?"
Tidak disadari oleh keduanya, bahwa ada yang memperhatikan mereka dari balik tembok gudang penyimpanan barang-barang bekas sekolah.
"Shan? Look at me. Aku gak tahu kenapa kamu tiba-tiba jadi gini. Tapi, percayalah aku baik-baik aja kok. Aku ikutin semua alur yang kamu mau tentang sandiwara kita. Aku gak pernah nyesel, sekalipun kadang apa yang kamu lakuin sampe nyakitin fisik dan hati aku. Aku tetap cinta sama kamu kok. Perasaan aku ke kamu gak pernah sedikit pun berkurang. Kenapa? Karena aku ngerasain ketulusan kamu sama aku. Aku jadi inget, pas kamu nolongin aku waktu diculik sama Dheo kala itu. Aku ngeliat gimana perjuangan kamu nyelametin aku. Waktu itu, kamu bener-bener jadi supergirl aku yang datang tepat waktu." Gracia tersenyum berbinar dengan ucapannya. Ia merasa, Shani adalah segalanya untuk dirinya.
"Apa jadinya waktu itu kalau kamu gak dateng tepat waktu?! Mungkin, kesucian aku udah bener-bener direnggut sama Dheo." Tetesan air mata Gracia kini perlahan turun membasahi kedua pipinya.
"Gre?" Shani menatap lirih Gracia. Dengan segera ia menghapus tetesan air mata Gracia.
"Sorry, aku emang bisanya cuma nangis." Ucap Gracia dengan sedikit tertawa. Begitupun dengan Shani.
"Loh, kok kak Gracia nangis? Mereka berantem atau gimana sih?" Seseorang yang sedari tadi memperhatikan Gracia dan Shani begitu penasaran dengan apa yang terjadi terhadap dua gadis tersebut.
"Kamu kan emang cengeng." Tangan Shani mencubit gemas sembari tertawa pelan.
"Enak aja. Lihat tuh, kamu juga ikutan nangis. Siapa yang cengeng sekarang?" Seolah tidak mau kalah, Gracia kini mengulurkan tangannya untuk menghapus tetesan air mata yang membasahi pipi Shani.
"Astaga. Aku gak sadar loh ini kok bisa sama nangisnya kayak kamu."
"Bohong banget!"
"Bodo amat!"
Semula, situasi yang awalnya mellow berubah menjadi saling tertawa satu sama lain karena tingkah mereka sendiri. Tidak mempedulikan situasi saat ini disekolah bahwa keduanya ada yang sedang diam-diam memperhatikan.
Jujur saja, kadang Shani sudah merasa lelah dengan sandiwaranya yang selama ini ia jalankan. Berpura-pura menyakiti Gracia dihadapan teman-temannya agar terlihat superior.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...