Di salah satu meja kantin sekolah yang berbentuk lingkaran, Shani dengan seksama mendengarkan cerita-cerita dua orang gadis dihadapannya yang terkesan garing dan membosankan. Cerita kedua gadis dihadapannya gak jauh dari gosip sana-sini.
Kalau bukan sahabat, Shani mending cabut dari tempat duduknya. Mencari tempat duduk disalah satu meja kantin untuk menyendiri. Meskipun Shani orangnya memang selalu kasar kepada Gracia, tapi dia untuk urusan gibah menggibah bukan bagian kesukaannya. Paling juga, mendengarkan sih, iya. Tapi, tidak sampai andil dalam dunia gibah mereka.
"Oh, gue baru tahu, Nin! Kalo dia orangnya kayak, gitu. Untung dah, gue yang semula emang kepincut karena dia tuh keren banget, ternyata setelah gue denger cerita lo, gue jadi ogah. Hiihhh!"
"Iya, Sis. Kalau aja aku gak ngingetin kamu dari awal. Pasti ujungnya bakalan nyesel banget."
"Kalian ngomongin apaan, sih? Kayaknya, daritadi asyik banget. Gibahin siapa lagi kali ini?" Shani menimpali gibahan kedua gadis dihadapannya sembari meminum santai es cokelat miliknya.
"Ini, Shan. Si Siska, dia hampir aja kepincut sama si Zee. Adik kelas yang lagi jadi bahan perbincangan belakangan ini. Tapi, pas aku tahu dia ternyata ceweknya banyak, ya aku ingetin Siska aja, jangan mau deh deketian dia." Raut wajah gadis yang bernama Anin, begitu serius kala mengingatkan gadis disebelahnya yang bernama, Siska.
Shani hanya tertawa cekikikan mendengar ucapan Anin, "Lagian, kalau emang suka sama orang tuh, cari tahu dulu informasi orangnya yang lengkap. Jangan gampang kepincut karena tampang doang!"
Mendengar ucapan Anin dan Shani, sepertinya dalam benak Siska, ada benarnya juga.
"Iya... Iya! Makasih loh, udah ngingetin tentang si Zee. Eh, by the way any way busway, si Gre lama amat sih! Udah hampir sepuluh menit, loh pesenan kita belum nyampe juga." Tangan kiri Siska melihat jam tangan yang melingkar. Sesuai perhitungannya.
"Tahu, tuh. Udah anaknya bego, lemot, lama lagi!" Timpal Anin yang sama-sama kesal seperti halnya Siska.
Anin dan Siska adalah sahabat dekat Shani sedari SMP. Meskipun saat ini, Shani harus terpisah dari keduanya karena beda kelas, tetapi apabila di jam istirahat seperti sekarang, ketiganya pasti bakal kumpul bersama. Melingkar duduk bersama. Hanyut dalam dunia mereka dalam setiap membicarakan keseruannya, entah itu membicarakan soal fashion, seseorang, dan lain-lainnya.
Namun, baik Shani ataupun kedua gadis itu, sama-sama selalu menindas Gracia.
"Ma-maaf, ini pesenan kalian." Suara Gracia yang akhirnya muncul didekat ketiga gadis itu, dengan nampan yang berisikan 3 mangkuk mie ayam.
Untuk yang kesekian kalinya, bahkan tidak terhitung berapa keseluruhan yang Gracia lakukan untuk menjadi pelayan pribadi ketiga gadis tersebut. Menjadi pelayan pribadi mereka adalah derita tambahan yang Gracia terima. Disuruh-suruh beli ini-itu yang tidak ada habisnya demi kepuasan mereka. Rasanya, dunia Gracia disekolah benar-benar diselimuti badai penderitaan.
Mendengar suara Gracia, yang tersulut rasa kesalnya terlebih dahulu adalah, Siska. Siska ini, selalu paling terdepan soal urusan memaki-maki Gracia dari segi kalimat. Terkadang pula, ia juga bertindak secara kasar dalam hal berbau fisik.
"Lama amat, sih!! Gak tahu apa gue sama mereka kelaperan banget, HAAHH!!" Suara Siska begitu menggema tepat ditelinga Gracia. Gracia yang mendengarkannya hanya tertunduk lesu.
"Ma-maaf, Sis. Ta-tadi tuh, ngantri banget. Makanya, pesenan kalian agak lama."
Alasan Gracia hanya angin lalu yang diterima oleh Siska. Siska yang masih dengan kekesalannya menggebu-gebu, menoyor kepala Gracia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...