"Aku bakalan ceritain yang sebenarnya."
Shani menceritakan mengapa dirinya menjadi terlihat tidak tenang dan hanyut dalam pikiran kacau yang mengganggunya saat ini. Ia menceritakan lebih jelasnya tentang kata-kata dari Azizi yang intinya mengapa dirinya selalu meneror keduanya. Semua tidak lain karena satu hal, Azizi yang ternyata menyukai Gracia secara terang-terangan dengan mengatakannya langsung kepada Shani.
"Di---dia..... su--suka sama aku?!"
Shani yang menatap ekspresi terkejut sekaligus tidak percaya dari Gracia itu, mengangguk pelan.
"Dia suka sama kamu. Dia bakal rebut kamu dari aku. Dia yang mengetahui segalanya tentang kita. Dia juga tahu, kalau aku sering nyakitin kamu walau itu cuma bohongan."
Gracia yang sedari tadi mendengar penuturan Shani tentang Azizi yang menyukainya, hanya menutup mulut sembari dengan rasa penuh ketidakpercayaan. Bagaimana bisa, seseorang yang ia anggap sebagai penjahat itu justru memiliki perasaan suka kepadanya.
Atau, memang sebenarnya dibalik teror Azizi kepada Gracia itu, adalah bentuk cari perhatian yang sebenarnya Azizi lakukan demi mendapat perhatian Gracia? Ya, bisa dikatakan seperti itu, kalau akhirnya memang semua yang ia alami itu, atas dasar rasa suka.
"Gre?" Panggil Shani dengan pelan, Gracia menoleh ke arah Shani yang menatapnya.
"Iya, Shan?"
Tangan Shani tiba-tiba terulur ke arah pundak Gracia. Lalu setelahnya, menatap lekat-lekat kedua bola mata Gracia. Tatapan yang sulit diartikan oleh Gracia. Shani benar-benar terlihat beda saat ini.
"Aku mau kamu janji sama aku, kalau kamu gak bakalan berpindah hati dari aku. Aku mau, hati kamu cuma buat aku. Dan, aku gak mau siapapun bisa ngerebut kamu dari aku. Aku mau janji kamu pokoknya, kalau kamu bakalan selalu sama aku. Bisa kan, Gre?"
Sebelum menanggapi penuturan Shani, seutas senyum terpancarkan dari sudut bibir Gracia. Menatap sendu nan tenang sembari dengan senyuman khasnya melihat Shani yang terlihat sangat bersungguh-sungguh. Dalam benaknya, baru kali ini melihat seorang Shani Indira yang begitu takut akan kehilangan dirinya. Dan, takut bahwa dirinya akan menjadi milik orang lain. Apakah ini sosok sebenarnya dalam diri Shani?
"Kamu gak minta pun, aku bakalan selalu sama kamu. Aku gak mungkin berpindah hati ke yang lain kok. Cuma kamu yang ada dihati aku." Ucap Gracia sembari mengusap lembut pipi Shani. Shani yang mendengarnya, lantas memeluk erat Gracia.
"Kamu kenapa jadi gini? Kamu bukan Shani yang ku kenal pemberani dan berhati dingin. Kenapa?!" Tanya Gracia disela ia mendengar Shani yang justru dari pendengarannya seperti terisak (?)
Shani masih diam, tidak langsung menjawab pertanyaan dari kekasihny itu. Namun, benar dalam dugaan Gracia. Shani terisak dibalik pelukan eratnya kepada Gracia.
Shani menangis (?)
"Ka---kamu nangis?!" Sekali lagi Gracia bertanya dibalik pelukan erat yang dilakukan Shani dengan raut wajah penuh pertanyaan.
"A---aku nyesel pernah jahat sama kamu dulu. Aku bener-bener keterlaluan sama kamu dulu. Maafin aku, Gre?! Maafin akuu!! Hiks! Hiks!" Ucap Shani yang akhirnya tangisannya pun pecah bagaikan gelas berisikan air.
Lantas, Gracia melepas pelukan dari Shani. Meraih kedua pipi Shani dan menatapnya dengan kedua bola mata yang berkaca-kaca. Rasanya, ia sangat tidak tega melihat Shani yang seperti ini. Shani yang terkenal angkuh, dingin nan kejam itu kini seperti luluh lantah oleh gelombang perasaan cinta yang mengalir dari dalam dirinya. Meruntuhkan semua sifat yang sebelumnya jauh seperti sekarang.
"Jangan nangis, jelek tahu gak!" Tangan kanan Gracia menghapus tetesan air mata yang membanjiri kedua pipi Shani. Serta, kedua bola matanya yang begitu basah dari tangisannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...