"A---Azizi?"
Chika cukup terkejut dengan kehadiran Azizi yang muncul secara tiba-tiba itu. Sontak, Chika melepaskan cengkraman tangannya dari leher Gracia. Gracia yang sudah lepas dari cengkraman Chika barusan, lantas pergi begitu saja sembari berlari meninggalkan Azizi tentunya.
"Kakaaakk?!" Azizi ingin sekali mengejar Gracia. Namun, Chika justru menahannya.
"Kak Chika?"
Chika menatap Azizi dengan mata yang berkaca-kaca. Mengapa dalam benaknya Azizi sangat memperdulikan Gracia? Mengapa ia tidak pernah perduli akan perasaannya? Mengapa ia tidak pernah menyukainya? Rentetan pertanyaan dalam benaknya itu seolah ingin sekali ia utarakan saat ini juga dihadapan Azizi. Namun, mulutnya seperti terkunci rapat untuk menahan semua yang ingin ia katakan langsung kepada Azizi.
"Kenapa kak? Kenapa kakak begitu sama kak Gracia? Kenapa, kaakk?!!"
Chika masih diam sembari tangannya masih memegang erat tangan Azizi. Azizi dibuat menjadi serba salah disituasi saat ini. Ingin sekali memarahi Chika karena hampir saja mencelakai Gracia. Namun, hati kecilnya tidak tega untuk melakukannya. Baginya, Chika adalah segalanya untuknya.
"Zee?"
"Iya, kak?"
Chika menarik tangan Azizi. Lalu, dipeluklah tubuh Azizi dengan eratnya sembari menenggelamkan kepalanya dicuruk leher Azizi. Azizi mempersilahkan Chika untuk memeluknya. Salah satu alasan kenapa Azizi begitu nyaman bersama Chika, karena pelukannya itu. Ya, walaupun mereka tidak memiliki status apapun.
"Kamu bisa gak sih peka sama aku. Aku harus gimana lagi biar kamu bisa suka sama aku, Zee!!" Ucap Chika dengan suara isak yang terdengar oleh pendengaran Azizi.
Kalau sudah begini, Azizi gak tahu harus jawab apa. Perasaannya benar-benar dilema besar. Sebenarnya, Azizi pun sama halnya menyukai Chika. Karena Chika adalah gadis yang sangat menarik sekaligus perhatian. Namun, entah kenapa hati kecil Azizi lebih terdorong kepada sosok Gracia yang jelas-jelas udah milik Shani.
"Jawab, Zee?! Kenapa kamu gak pernah bisa suka sama aku?! Apa karena kak Gracia?! Haaaahhh!!!"
"Bukan gitu, kak." Azizi melepaskan pelukannya dari Chika. Lalu, memegang kedua bahu Chika dan menatapnya dengan lekat.
"Terus, apa? Apa yang buat kamu gak pernah bisa suka sama aku, Zee?! APAAA?!!"
Bukannya menjawab pertanyaan Chika, Azizi malah mendekatkan wajahnya ke arah wajah Chika. Lalu, sebuah ciuman dari bibir Azizi tepat mengenai bibir Chika. Azizi mencium bibir Chika dengan singkat lalu kembali menarik wajahnya. Sontak, ciuman kilat itu membuat Chika mematung seketika dengan wajah memerah dan sisa-sisa air matanya yang membasahi kedua pipinya.
"Kita bahas ini nanti aja ya, kak?" Setelah sukses mencium Chika dengan singkat, Azizi pergi begitu aja dari hadapan Chika. Tidak mempedulikan Chika yang ingin sekali tahu kenapa ia tidak pernah membalaskan perasaannya.
Chika memegang dadanya yang detakan jantungnya menjadi cepat akibat ciuman singkat Azizi. Lagi dan lagi, anak kecil itu berhasil membuatnya salah tingkah dan semakin membuatnya mencintai Azizi.
Anak kecil kurang ajar. Selalu saja bikin gue makin sayang sama dia.
Sementara itu, setelah merasa tenang, Gracia hendak kembali ke kantin tempat dimana Shani masih menunggunya. Namun, begitu diperempatan koridor sekolah, ia berpapasan dengan Shani yang justru berniat menyusulnya.
"Gre, kamu kenapa?" Tanya Shani begitu mendapati raut wajah Gracia yang tidak biasa. Bisa dikatakan, raut wajah Gracia yang seperti ketakutan.
"A---aku gak apa-apa. Kamu kenapa kesini?" Gracia malah bertanya balik agar Shani tidak curiga dengan dirinya yang sebenarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...