"Kenapa, Shan?" Gracia menatap intens ketika Shani melepaskan ciuman lembut dibibirnya.
Sesaat, Shani menatap Gracia dengan sangat lekat. Shani sangat menyayangi sosok didepannya itu.
"Aku sayang kamu." Ucapnya lembut. Gracia tersenyum mendengarnya.
"Aku juga. Kenapa berhenti, Shan? Aku rela memberikan apa aja buat kamu termasuk tubuhku ini. Asalkan, aku selalu sama kamu. Dan juga, menyudahi keinginan kamu buat ngehabisi Dheo. Pliiisss Shan?! Pliiisss!! Udah ya jangan terlalu berlebihan? Aku mohon banget sama kamu. Aku takut kamu kenapa-napa nantinya." Tatapan lekat nan berbinar itu terpancarkan dari kedua bola mata Shania Gracia. Seiring dengan ucapannya yang ia lontarkan.
"Aku akan baik-baik aja, kamu tenang aja ya?" Kedua tangan Shani memegang bahu Gracia. Meyakinkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.
Jari telunjuk Gracia nampak berselancar menelusuri setiap inci kulit putih nan lembut tubuh Shani. Selain itu, jari telunjuknya juga menyentuh lembut wajah dan bibirnya yang selalu menjadi candu baginya ketika Shani menciumnya.
Dalam setiap sentuhan lembutnya itu berharap akan mengurungkan niat Shani yang ingin menghabisi Dheo. Gracia sangat mengkhawatirkan Shani yang kadang bisa berbuat sangat kejam apabila emosinya tidak terkontrol maupun memiliki dendam kepada orang lain.
Untuk itu, dengan cara sensual tersebutlah yang bisa Gracia lakukan demi orang yang ia cintainya.
Menerima perlakuan lembut nan sensual dari Gracia, Shani tahu betul pasti ada maksud lain dari kekasihnya tersebut. Tidak seperti biasanya, seorang Shania Gracia akan seperti ini kalau ada sesuatu yang tidak biasa.
Gejolak nafsu yang sedari tadi sudah memuncak dalam diri Shani rasanya akan segera meledak. Ketika Gracia benar-benar memancingnya. Namun, Shani berhasil mengendalikan dirinya. Gejolak nafsu yang semula sudah memuncak, seketika turun dengan sangat drastis.
"Gre?" Panggil Shani, dengan salah satu tangannya mengusap lembut pipi Gracia.
"Apa sayang?" Nada Gracia yang terlontarkan dengan dibuat selembut nan sensual mungkin. Namun, Shani justru mengeluarkan senyuman penuh arti dari kedua sudut bibirnya.
"Maafin aku, ya?"
Senyuman serta kalimat dari Shani yang terucap benar-benar membuat Gracia tidak mengerti sama sekali.
"Maaf? Untuk apa?"
Pertanyaan itu lantas tidak dijawab oleh Shani. Melainkan, justru tangan kanan Shani yang tiba-tiba membekap mulut Gracia.
"HMMMPPPHHHH!!!"
Gracia sangat terkejut menerima perlakuan Shani yang secara tiba-tiba itu. Mulutnya yang ia bekap dengan sedikit kencang serta dekapan erat ditubuhnya yang dilakukan oleh Shani benar-benar membuat tubuh Gracia tidak bisa bergerak sama sekali.
"Maafin aku. Aku harus ngelakuin ini. Aku sayang kamu." Ucapnya, dengan tetesan air mata Shani yang perlahan berjatuhan silih berganti membasahi kedua pipinya.
Apa yang dilakukan oleh Shani membuat kesadaran Gracia perlahan menghilang. Hingga akhirnya, kesadaran Gracia pun benar-benar menghilang. Ia jatuh pingsan akibat dekapan dimulutnya yang dilakukan oleh Shani.
Setelah Gracia tidak sadarkan diri, Shani membaringkan tubuh kekasihnya itu. Rasanya, Shani sangat menyesal sekali harus melakukan tindakan yang tidak semestinya tersebut. Namun, sekali lagi ia terpaksa. Karena, apabila tidak melakukan cara seperti ini, maka Gracia akan bersikukuh untuk melarang Shani melakukan apa yang seharusnya ia lakukan terhadap Dheo.
"Sekali lagi, maafin aku sayang. I love you."
Menatap wajah Gracia sesaat lalu ia beranjak untuk keluar dari dalam kamarnya. Ada sesuatu yang harus ia lakukan tentunya mengapa dirinya membuat Gracia tidak sadarkan diri.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fiksi Penggemar"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...