Hukuman

6.2K 449 23
                                    

Warning!

Ada sedikit adegan +17

Hehe.

Sedari tadi, Dheo menggerutu kesal. Bagaimana bisa, ia dibohongi oleh Gracia karena alamat rumah yang dituju bukanlah alamat rumah miliknya. Niat hati ingin menjadi kang supir Gracia yang bisa antar-jemput ke sekolah harus tertunda.

"Bisa bisanya gue dibohongi kak Gre! Padahal, gue tuh pengen deket sama dia."

Terselubung. Begitulah maksud Dheo. Maksud terselubung dia adalah ingin mengenal sosok Gracia lebih dalam lagi. Langkah awal yang harus Dheo lakukan adalah, mengetahui dulu dimana tempat tinggal Gracia. Setelah mengetahuinya, tentu rencana demi rencana untuk bisa mengenal sosok Gracia lebih dalam lagi akan ia lakukan.

"Gue gak boleh nyerah, gue harus tahu dimana rumahnya dia." Dheo tersenyum smirk. Meyakini dalam benaknya, ia pasti akan kembali berusaha untuk mengenal sosok Gracia lebih dalam lagi.

Sedari dulu, Dheo memang selalu memperhatikan sosok Gracia, kakak kelasnya itu. Pertama kali ia bisa mengetahui seorang Shania Gracia adalah, ketika dirinya yang tidak sengaja bertemu dikantin sekolah beberapa waktu yang lalu.

***

"Aduh! Mana sih dompetnya?"

Seorang gadis tampak kebingungan didepan penjaga kantin sekolah. Ia kebingungan karena beberapa kali meraba-raba saku rok nya yang tidak mendapati dompet yang ia cari.

"Bentar ya Bu? Maaf dompet aku kayaknya ketinggalan, deh." Ia tampak malu, begitu seharusnya membayar makanan yang selesai ia nikmati dikantin sekolah, namun tidak ada.

"Ya ampun! Ya udah ambil dulu aja dikelas sana." Untungnya, Ibu-ibu kantin tersebut sedikit memaklumi kesulitan gadis tersebut. Tetapi, gadis itu tampaknya tidak ingin menyerah. Ia kembali memastikan bahwa dompet yang ia bawa tidak ketinggalan.

"Bentar, Bu."

Ditengah perempuan tersebut yang tengah kebingungan. Seorang anak laki-laki yang tengah duduk melingkar dimeja kantin dengan tertawa bersama-sama karena candaannya yang terkesan receh, memperhatikan gadis tersebut. Laki-laki tersebut memperhatikan gestur perempuan yang tepat dipandangannya, tengah kebingungan itu.

"Guys, bentar ya?" Laki-laki itu beranjak dari kursi kantin. "Mau kemana, lo?" Salah satu temannya mempertanyakan akan kemana laki-laki yang sudah berdiri itu.

"Ada deh." Kini, ia beranjak dan meninggalkan perkumpulan teman-temannya.

"Yeeee! Si kampret!" Celetuk salah satu dari teman laki-laki tersebut yang lain.

Laki-laki itu ternyata berjalan ke arah perempuan yang masih dengan kebingungan sekaligus kepanikannya. Lalu, ia berdiri tepat berada dibelakang perempuan yang ia dekati. Perempuan itu masih belum menyadari kehadiran laki-laki yang mendekatinya.

"Kamu, gak apa-apa?" Mendengar satu pertanyaan secara tiba-tiba yang terlontarkan tepat dibelakangnya. Ia menoleh mendapati seorang laki-laki yang tampak ingin membantunya kemudian.

"Eh! A-aku... Aku gak apa-apa kok." Lantas, karena mengetahui perempuan tersebut tengah kebingungan perihal bayar membayar setelah selesai makan dikantin, laki-laki itu dengan sendirinya mengambil dompet miliknya disaku celana yang ia kenakan. Mengeluarkan satu lembar uang bernilai lima puluh ribu rupiah.

"Kakak ini habis berapa Bi makannya? Biar aku yang bayar semuanya." Laki-laki itu menyerahkan uang yang ia keluarkan sebelumnya.

"Oh, si Teteh ini totalnya jadi lima belas ribu." Penjaga kantin itu menerima uang pemberian laki-laki yang ternyata membantu si perempuan tersebut. Perempuan tersebut jelas merasa tidak enak karena sudah dibantu secara tiba-tiba.

KromulenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang