Jari Kelingking

5.6K 503 16
                                    

Gracia terbangun dari tidur lelapnya semalam. Kilauan cahaya mentari masuk ke dalam kamar tidur diantara celah-celah gorden kamar. Kini, setelah ia terbangun, ia beranjak dan menyenderkan punggungnya ditepian tempat tidur yang ditempati.

Tatapannya melirik ke seseorang yang tengah tertidur dengan pulasnya. Rambut panjangnya yang berantakan menutupi wajah cantiknya. Seutas senyum terukir dari sudut bibir Gracia. Lalu, tanpa seizin dari seseorang tersebut, dengan inisiatif sendiri, tangan kanannya terulur dan merapihkan rambut gadis yang masih terlelap dalam tidurnya.

Selain merapihkan rambut si gadis itu, jemari tangannya yang lembut sesekali bermain-main disekitaran wajah gadis itu. Sentuhan lembutnya mengenai wajah, hidung, dan bibir manisnya.

Kamu tuh jahat, tapi ternyata cantik banget.

Wajar sih, cowok-cowok disekolah tergila-gila sama kamu.

Tapi, kenapa kamu malah mau sama aku dan ngejalani hubungan yang salah ini?

Cowok-cowok yang mau sama kamu tuh, ganteng-ganteng tahu.

Shan, aku gak tahu kenapa? Sekaliber aku bener-bener gak yakin sama hubungan kita ini, tapi setiap perlakuan kamu diluar sekolah, rasanya beda banget sama disekolah.

Kamu yang perhatian banget sama aku, kamu yang bener-bener ngebuktiin tulusnya kamu sama aku.

Beda lagi kalau disekolah. Sangat berbanding terbalik.

Kenapa kamu pengen ngejalanin sandiwara kita yang bodoh ini? Apa kamu malu punya pacar sesama cewek kayak aku?

Perdebatan batin Gracia. Tentang keraguannya menjalani hubungan yang dianggapnya salah dengan gadis yang masih tertidur dengan pulasnya, dialah Shani.

Shani yang semalam setelah pertemuannya ditaman dekat rumah Gracia, mengajaknya untuk menginap. Ia jadi teringat, ketika Shani mengajaknya dengan penuh paksaan.

"Nginep dirumah aku!"

"Tapi, Shan... A-aku-."

"Ssttt... Gak ada tapi-tapian. Pokoknya, temenin aku malam ini. Tidur sama aku, dirumah aku lagi gak ada siapa-siapa. Lagi pada keluar kota semua."

Hanya helaan nafas dari Gracia. Rasanya, enggan banget untuk menerima ajakan Shani. Tapi, bukan Shani Indira Natio namanya, kalau tidak memaksa. Bedanya kali ini, gak ada ancaman membunuh(?)

"Ya udah, deh. Aku nginep dirumah kamu. Tapi, aku harus kasih tahu mamah dulu. Bisa berabe kalau aku gak ngasih tahu mau nginep dirumah kamu." Tangan Gracia meraih ponsel dari saku celana panjangnya. Lalu, memberitahukan kepada ibunya, bahwa ia akan menginap dirumah Shani.

Pip!

Helaan nafas lega yang Gracia hembuskan ketika selesai menghubungi ibunya. Shani yang menatapnya sembari melipat kedua tangannya di dada, tentu menunggu informasi selanjutnya dari Gracia.

"Gimana? Mamah ngizinin kamu nginep, 'kan?"

"Iya. Mamah ngizinin aku nginep dirumah kamu."

Shani tersenyum senang mendengarnya. Lalu, wajahnya ia dekatkan tepat dipipi Gracia.

Cup!

"Gitu dong, sayang." Ucapnya seduktif mungkin tepat ditelinga Gracia setelah selesai memberikan ciuman kilatnya di pipi Gracia, lalu berjalan meninggalkan Gracia yang mematung menatap punggung Shani.

Ada debaran jantung yang seketika berdebar cukup kencang. Ketika si 'kekasih jahatnya' itu lagi-lagi menciumnya.

Kurang ajar kamu, Shan. Bikin aku mleyot mulu!

KromulenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang