"Aaaahhhhh.... Sshhaaann! Pelaanhh... Dongghh... Emmhh!"
"Mendesahlah sayaanngg! Aku mencintaimu."
"Aahhh... Aaahhh... Shaann! Akuuhhh... A-akuuu-," Gracia mendorong tubuh Shani seketika. "Kenapa sih?!" Bukan Shani namanya jika dikit-dikit gampang kesal. Ia kesal karena dirinya yang tengah asyik menciumi Gracia itu didorong secara tiba-tiba.
"Aku lupa matiin mesin cucinya."
Shani tersenyum merekah jika mengingat moment yang terjadi beberapa saat yang lalu diruang mencuci rumahnya. Kala sebuah percintaan kecil antara dirinya dan Gracia. Memang tidak terlalu berlebihan, hanya sebatas ciuman belaka dan saling memberikan sentuhan-sentuhan lembut satu sama lain. Terlebih, Shani merasa kentang karena ucapan Gracia yang lupa akan mematikan mesin cuci yang sedang digunakan olehnya.
Punya pacar gini amat. Sedikit lugu, polos dan kadang bodoh, sih. Tapi, dia bener-bener bikin aku nyaman banget.
Aku gak tahu kenapa? Awal kita sekelas kok aku benci banget sama kamu. Padahal, kamu gak salah apa-apa.
Jujur sih, kalau kamu tahu kenapa dulu aku benci banget sama kamu, karena aku gak tahu harus gimana biar bisa kenal dan deket sama kamu.
Karena dari awal pas ketemu kamu dikelas, aku udah suka sama kamu.
Jadi, dengan cara kayak gini yang bisa aku lakuin ke kamu biar kenal sama kamu.
Aku gak tahu cara yang bener-bener romantis tuh kayak gimana buat deketin kamu.
Aku janji sama kamu. Di waktu yang tepat, aku bakalan jujur ke semua orang termasuk Anin dan Sisca, kalau kita pacaran. Biar sandiwara yang kita jalani, bener-bener berakhir. Dan, ngejalani hubungan kita yang normal layaknya orang yang pacaran.
Aku mencintaimu Gre.
***
"Amit amit dah gue punya temen bego kayak si Gracia! Untung bukan gue yang sekelas sama dia. Kalau sampe sekelas sih, males banget gue. Hueeekkk!!" Dengan ucapannya sendiri, Seorang Sisca sangat jijik terhadap Gracia yang selalu ia perlakukan secara kasar.
"Gitu banget sama si Gre sih, Sis? Kan, gitu-gitu juga bisa kita manfaatin tuh. Ya enggak, Shan?" Anin melirik ke arah Shani sembari meminum jus jeruk yang ia pegang. Shani tersenyum sinis mendengarnya.
"Iya juga sih. Tapi, ya gimana ya? Dia tuh kalo soal disuruh-suruh gak pernah bisa sesuai dengan kemauan kita. Selalu aja kadang salah mulu kalau disuruh tuh. Mana gue yang sekelas sama dia lagi! Apes banget deh hidup gue." Shani meraih gelas yang berada dihadapannya, lalu meminum gelas yang berisikan es cokelat kesukaannya.
Baik Sisca dan Shani, sama-sama menampilkan ekspresi jijik akan seorang gadis bernama Shania Gracia. Padahal, salah apa sama ketiga gadis yang selalu saja menindasnya itu?
"Itu si Gre!" Tunjuk Anin yang membuat Anin dan Shani menoleh ke arah Gracia yang Anin sebutkan.
"GREE!! SINI LO?!" Teriakan Sisca sekeras toa bervolume tinggi, membuat Gracia yang berada sedikit dari kejauhan, berlari kecil menghampiri panggilan Sisca.
"Kenapa Sis?" Gracia tahu, ketiga gadis dihadapannya ini sangat superior terhadapnya. Ia sedikit menundukkan kepalanya karena ketakutan.
Sisca menarik dagu Gracia dengan kesal, "Biasain kalo lagi sama orang tuh tatap mukanya, bego!"
"I-iya ma-maaf Sis."
"Akh, bisanya cuma bilang maaf mulu! BEGO LU!" Sisca menoyor kepala Gracia dengan kesalnya. Gracia tidak berani melawan gadis dihadapannya ini karena benar-benar tidak ada sama sekali keberanian dari dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kromulen
Fanfiction"Gre, aku suka sama kamu. Aku mau kita jadian, dan kamu harus terima aku mau gak mau. Kalau gak, aku bakalan bunuh kamu!" "HAAHHH!!!" Well, Gracia sangat terkejut karena Shani menginginkan dirinya untuk menjadi pacarnya. Terlebih, cara Shani menyat...