Curious

1K 108 8
                                    

   Sekarang mereka tengah menonton film horor diDVD player. Tentu saja Nara tidak kuat menonton hal seperti itu. Tapi mungkin keadaannya sekarang jauh lebih horor dari film itu. Ren menonton dengan santai sambil memakan camilan seperti tengah menonton film biasa. Sedangkan Nara tidak mau membuka matanya sama sekali. Mendengar alunan musiknya saja sudah membuat Nara merinding.

   " kau akan melewatkan filmnya begitu saja kalau kau terus menutup matamu. Lagipula ini tidak seram sama sekali. " ujar Ren mencoba melepaskan tangan Nara yang terus saja menutup matanya.

   " tidak. Aku tidak mau melihatnya." ucap Nara menepis tangan Ren. Tiba-tiba terdengar suara adegan penusukkan dengan suara darah yang menyembur. Seketika Nara menutup rapar mata dan telinganya. Itu..mengerikan. bagaimana bisa pria disampingnya ini tahan dengan suara yang mengerikan seperti itu.

   " apa..kau tidak takut..melihat hal seperti itu? " tanya Nara pelan. Ren menoleh.

   "hm? Kenapa aku harus takut? Aku ini laki-laki. Aku tidak mungkin takut dengan hal seperti itu. Hm.. Lagipula aku cukup sering melakukannya." Ren kembali fokus dengan filmnya.

   " kau..pernah membunuh?" Nara menatap Ren yang tengah fokus melihat adegan kesukaannya, pembantaian.

   " ya.." 

   Gila. Dia mengatakan 'ya' seolah itu seperti hal yang sepele. Pria tinggi yang memiliki wajah seperti anak-anak. Tapi dari wajahnya bisa dilihat dia memiliki gangguan mental. Lingkar hitam dibawah matanya menunjukkan rasa lelah. Tapi tatapannya yang kosong menggambarkan kehampaan. Nara sangat dibuat penasaran, tapi itu bukanlah hal penting karena tujuannya sekarang adalah kabur dari pria ini. Tapi rasa penasarannya sangat besar.

   " kau...tinggal seorang diri disini. Dimana orang tuamu?" tanya Nara. Tiba-tiba Ren mematikan TV itu, dan menoleh.

   " kenapa kau menanyakan hal tidak penting seperti itu?."

   " ah.. Tidak,aku hanya penasaran saja. Kenapa kau tinggal seorang dir-"

   " CUKUP!!" Ren kesal sekarang. Ia sangat benci dengan orang yang ingin membuka masa lalu kelamnya. Ren tidak ingin mengingat apapun tentang orang tuanya.

   " maaf-" sebuah tamparan memdarat lagi dipipi Nara. Ia sangat terkejut. Ren terlihat sangat marah.

   " ahh.. Kau merusak suasana hatiku yang sudah bagus!. Berhenti menanyakan hal bodoh seperti itu lagi. " Ren pergi berlalu.

   Nara masih memegangi pipinya yang memerah. Sepertinya Nara sudah menyinggung hal yang sangat Ren hindari untuk dibicarakan. Mungkin Ren memiliki masa lalu yang buruk bersama orangtuanya.

   " aku akan keluar sebentar. Kau jangan kemana-mana. Mengerti?" ucap Ren sudah memakai sweater hoody hitam dan membawa kunci mobil.

   Nara hanya mengangguk. Renpun keluar dan mengunci pintu dari luar. ' hah.. Aku tahu dia tidak akan membiarkanku kabur dengan mudah.' batin Nara setelah mendengar suara mobil melaju.

   Nara bangkit dan mulai menyusuri seluk beluk rumah itu. Ia akan mencari pintu keluar lain. Mungkin sebuah jendela, atau pintu belakang. Tidak masalah jika itu dilantai atas sekalipun, ia bisa mencari caranya nanti. Yang penting, ia bisa keluar dari rumah ini dan lari sejauh mungkin. Mungkin ia akan kerumah ibunya untuk sementara. Atau selamanya?. Entahlah.

   Nara menyusuri setiap ruangan yang ada. Sayangnya semua jendela sudah dilengkapi dengan terali besi. Mungkin hanya kucing yang bisa keluar masuk. Ia beralih kedapur. Tapi pintu disana juga dikunci.

   Iapun kembali dan melihat satu ruangan yang belum ia cek. Gagang pintunya agak macet, tapi akhirnya ia bisa membukanya. Gelap. Ia menekan tombol lampu didinding kamar dan betapa terkejutnya ia saat melihat semua gambar yang ada didinding kamar itu.

   Berbagai gambar korban pembunuhan. Banyak darah. Tubuh tak berbentuk. Kepala. Seketika Nara merasa mual. Itu seperti kejadian difilm horor tadi, tapi ini versi potret kamera polaroit. Pria itu tidak main-main dengan ucapannya. Ia mengira pria itu hanya menakut-nakutinya.

   Nara tertarik untuk membuka sebuah laci yang setengah terbuka. Ia kembali kaget dengan apa yang ia lihat. Semua tangkapan gambar dirinya. Ini sangat banyak. Gambar Nara yang akan pergi bekerja, dirinya saat bekerja ditoko, dirinya ditoko buku dan yang mengejutkan, ada gambar Denji dan Gin duduk disamping dan didepan Nara. Dan banyak gambar lainnya.

   Pria ini benar-benar menguntitnya. Dan kenapa Nara tidak menyadarinya sejak lama?. Ia baru menyadarinya beberapa hari sebelum ia dibawa kemari. Ini semua membuat Nara semakin yakin untuk pergi dari tempat ini. Ya.. Setidaknya jika tidak bisa hari ini, ia akan terus mencoba.

   " aku...harus bisa keluar dari sini. Tapi bagaimana? " ujar Nara pelan. Ia melihat jendela kamar ini juga tidak bisa dilewati.

   " mungkin kau butuh kunci cadangan? "

   " ah.. Benar. Aku akan..." Nara terdiam. Siapa yang memberikan usulan itu. Ren? Bodohnya Nara tidak menyadarinya.

Dengan sekali pukulan dileher belakang Nara, iapun jatuh pingsan. Ren menatap Nara yang tergeletak lemah dilantai.

   " hah.. Ternyata benar. Kau ingin pergi. Ahh.. Aku kecewa dengan keputusanmu." Ren berjalan keluar kamar.

   " baiklah.. Ganbatte kudasai.. Haha." iapun mengunci kamar itu dengan Nara masih pingsan dilantai..

   ' hah.. Semakin kau mencoba untuk kabur, aku akan semakin mempersempit pergerakkanmu.' batin Ren. Iapun menghirup kopi yang ia buat saat ia melihat Nara ada didalam kamarnya sedang memandangi dinding kamar yang penuh dengan potret. ' gadis ini sangat ingin tahu dan berani mencoba apapun untuk kabur. Belum ada yang berani masuk kekamarku sebelumnya. Tapi dia masuk tanpa ragu dan melihat semuat hasil perbuatanku. ' bibirnya tertarik. Senyum seorang psychopath.

   " apa aku harus menyembunyikannya lebih dalam lagi? Hihi.."

---- next part😊
      Vote dan komen terbuka💓

Cowok Yandere [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang