Sleep

833 88 3
                                    

   Nara tengah merapikan selimut yang membungkus setengah badanya. Ia masih bersandar dikepala ranjang. Matanya tidak terlalu mengantuk dan pikirannya melayang jauh memikirkan pelariannya esok hari. Ia tahu tidak akan semudah itu. Oleh karena itu ia harus tahu kemana Ren akan membawanya pergi besok. Semoga tidak ketempat yang sepi seperti taman atau padang bunga. Karena yang ia cari adalah keramaian agar bisa membaur.

Tok..tok..tok

   " hei.. Apa aku boleh masuk?." Ren menyandarkan kepalanya kepintu.

   Nara bangkit dan membukakan pintu. Wajah Ren terlihat lelah dan mengantuk. Setelah berenang tadi pagi, Ren memang terlihat lelah. Tapi sepertinya ia mencoba menyembunyikannya dari Nara.

   " apa kau..baik-baik saja?" Tanya Nara.

   "aku ingin tidur bersamamu. Bolehkah?" tanya Ren mengalihkan pertanyaan Nara.

   " aku..hm.. Baiklah." Narapun membiarkan Ren masuk dan kembali menutup pintu. Tanpa diminta, Ren sudah berbaring diranjang dan merentangkan tangan kanannya agar ia bisa memeluk Nara. Dengan ragu, Nara ikut tidur disamping Ren. Renpun memiringkan tubuhnya dan langsung menarik Nara kedalam pelukkanya.

   Nara terkejut. Tubuh Ren panas. Apa Ren demam? Tangannya beralih merasakan leher Ren. Benar, memang panas.

   " kau.. Kau panas. Kau..demam. kenapa kau tidak bilang."

   " aku hanya lelah. Ini sudah biasa. Jangan hiraukan tubuhku. Aku ingin tidur dipelukkanmu malam ini." ucap Ren beringsut turun dan memeluk tubuh Nara. Apa dia memang sudah biasa demam seperti ini? Siapa yang mengurusnya jika dia sakit?. Dia tinggal sendirian dan dia sudah biasa mengalami hal semacam ini. Kasihan sekali Ren.

   Nara ikut memeluk kepala Ren yang ada didadanya. Mengusap puncak kepalanya lembut seperti mengalirkan kehangatan. Ia jadi ingat, dulu Rin pernah sangat manja seperti ini saat dia sedang demam. Setiap Rin demam, Nara akan tidur sambil memeluknya berharap panas tubuh Rin berpindah padanya dan Rin akan segera sembuh. Anehnya itu bekerja.

   " apa kepalamu sakit?" tanya Nara. Ren mengangguk. " apa kau punya obatnya?" tanya Nara lagi. Ren menggeleng.

   " aku seperti ini hampir setiap malam. Aku akan baik-baik saja. Besok kau ingin jalan-jalan, bukan? Tidurlah.." ajak Ren kembali menenggelamkan wajahnya dilekukkan leher Nara. Nara tidak tega melihat kegigihan Ren untuk membawanya keluar. Memang awalnya Renlah yang menawarkan kesempatan itu. Tapi Nara tidak tahu kalau Ren sangat memaksakan keinginannya.

   " tak apa jika besok tidak pergi. Aku tidak ingin demammu semakin parah.." ujar Nara. Nara sedang tidak terhipnotis, bukan?. seharusnya itu adalah kesempatan terbesar untuk melarikan diri. Jika demamnya semakin parah, tentu dia tidak akan bisa mengejar Nara dengan mudah.

   " aku senang kau menghawatirkanku. Tapi aku juga ingin pergi keluar bersamamu. Aku ingin melihatmu senang saat bersamaku. Kau harus bahagia saat bersamaku. Oleh karena itu, aku akan memberikan apapun yang kau inginkan agar kau tetap bersamaku. Mengerti?." tutur Ren.

   Itu terdengar menyedihkan untuk Nara. Pria ini berusaha membuat Nara nyaman dan bahagia saat bersamanya. Tapi Nara malah berusaha untuk kabur dari dekapan pria ini. Ironis sekali nasib Ren. Parasnya yang luar biasa, kekuasaannya atas sebuah organisasi pembunuh bayaran dan profesi tetapnya sebagai seorang sniper kalangan ataspun belum bisa meluluhkan hati para gadis. Justru ia yang membawa paksa para gadis incarannya. Tapi semuanya berakhir dengan kematian. Melihat Nara, sungguh ia sangat berharap Nara sudi untuk menerima semua kenyataan kotor dan dosa yang Ren emban. Mungkin ini adalah gadis terakhir yang Ren ingin dia tahu dan menerima bahwa Ren sangat membutuhkan...Cinta.

   " apa aku... sudah resmi menjadi kekasihmu?" pertanyaan itu lolos begitu saja dari bibir Nara.

   " hihi.. Itu tergantung bagaimana menurutmu. Apa kau menerimaku? " Ren balik bertanya. Jujur ia terkejut dengan pertanyaan yang dilayangkan Nara. Ia tidak butuh persetujuan untuk itu. Tapi jika Nara menanyakannya..

   " tidak.." jawab Nara singkat. Yang berhasil membuat Ren tertegun. Nara tidak menerimanya. Itu bukan masalah untuk Ren, karena selama ini ia sudah melakukannya kebeberapa gadis. Tapi entah kenapa mendengar kata ' tidak ' langsung dari bibir Nara membuatnya sangat sedih.

   " hm.. Baiklah. Aku tahu kau akan bilang begitu. Dimatamu aku pasti hanyalah seorang penculik yang menculikmu dan akan meminta uang tebusan kepada keluargamu. Aku hanya berharap semoga kau merubah pemikiranmu itu. Bahwa aku sungguh mencintaimu." Ren kembali menutup matanya.

   Nara masih tidak mengerti dengan pemikiran Ren. Kenapa Ren memilih jalan yang sulit untuk cintanya. Apa yang Ren sembunyikan darinya. Menculik bukanlah hal yang benar. bukanya cinta, Ren hanya akan mendapat kebencian. Orang tidak akan menerima sikapnya yang egois. Begitupun Nara.

   Bagaimana Nara bisa mencintai kalau sejak awal saja Ren sudah membuat kesan buruk pada Nara. Alih-alih ingin mengenal, justru tamparan pertama yang Nara dapatkan.

   ' aku harus bisa membuat dia nyaman berada didekatku. Dia harus mencintaiku. Bagaimanapun caranya, bahkan jika harus memaksa. ' batin Ren. Mungkin keegoisan sudah mengambil alih seluruh pikirannya. Keinginan untuk diterima sangat membuncah sampai ia rela melakukan hal nekat. Membunuh tidak termasuk  dalam hal nekat yang ia lakukan. Kenapa membunuh terasa mudah untuk Ren?. Karena itu seperti semacam hiburan dan sudah menjadi...rutinitas untuk Ren. Hampir gila?

   Tidur dipelukkan Nara terasa seperti heroin untuk Ren. Sangat menenangkan, memabukkan dan akan membuatnya kecanduan. Ren belum pernah melakukan ini pada gadis-gadis lain yang ia culik. Karena semuanya lebih sering membuat Ren kesal dan murka. Oleh karena itu ia menaruh harapan lebih untuk Nara agar tetap bersamanya. Itupun jika Nara bersedia.

   Ren merasakan hembusan nafas lembut Nara dipuncak kepalanya. Ya, Nara sudah tidur. Iapun mendongakkan wajahnya menatap wajah pulas Nara. Ia tersenyum lembut. Melihat Nara tertidur malah semakin menyenangkan bagi Ren. Ia malah menyentuh pipi, hidung, mata dan bibir Nara bergantian. Bukan bermaksud menganggu, tapi Ren hanya menjauhkan pikirannya untuk tidak menerkam gadis ini. Pikirkan saja sendiri, apa yang biasanya pasangan lakukan disaat seperti ini. Itupun jika kau masih bisa membayangkan apa yang ada diotak Ren saat ini. Hah.. Sudahlah.

   " bagaimana caranya...agar aku tidak terlalu bergantung padamu." bisik Ren menyapu bibir Nara dengan jemarinya. Ia tahu perlahan ia akan sangat membutuhkan Nara. Dan akhir-akhir ini ia tidak bisa membaca pikiran Nara. Entah karena Nara berusaha untuk tidak memikirkan apapun. Nara juga seringkali menghindar saat Ren mulai mendekat.

   " jadilah milikku... Karena suatu saat nanti, hanya kaulah yang akan menolongku.." bisik Ren lagi dan mengecup bibir Nara lembut. Tak terasa airmatanya berlinang. Ia segera menenggelamkan wajahnya kembali kepelukkan Nara dan menutup mata. Mereka tertidur...

---- next part😊
      Vote komen terbuka💓

  

Cowok Yandere [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang