" hah.. Asahi.. Besok aku tidak ingin keluar." ujar Ren dari earphonenya. Asahi yang mendengar itu ikut menghela nafas. Kenapa akhir-akhir ini Ren seperti malas melakukan pekerjaan rutinnya?. Tidak biasanya Ren tidak semangat mendengar nominal yang ia sebutkan.
" kau kenapa?. Apa kau sakit?. Tapi penyakit apa yang berani menghinggapi tubuhmu?." Asahi hampir tergelak dengan ucapannya sendiri.
" kau masih menganggapku manusia,kan?. Aku hanya sedang lelah. Kau tahu, membunuh terus menerus itu juga tidak baik untuk mentalku. Apa kau tidak kasihan?." tanya Ren dengan suara malasnya. Dia berkata seperti itu seolah Asahilah yang memaksanya melakukan pekerjaan kotor ini. Sudah jelas Renlah yang meminta Asahi untuk mengendalikan pekerjaannya. Dan selama ini ia selalu menurut.
Dan mental?. Entahlah apa Ren masih punya itu.
" baiklah.. Aku juga tidak bisa memaksa bosku untuk terus bekerja sedangkan aku tetap duduk manis disini menunggu hasilnya. Aku juga sudah lelah karena seminggu ini terus mengurusi klien-klien yang menyebalkan. Jadi, mari berlibur..!" ujar Asahi ikut bersorak diseberang telepon.
" hei.. Kau hampir membuatku tuli." ujar Ren yang mulai membidik. Ini adalah buruan terakhir hari ini. Dan ia akan menyelesaikannya secepat mungkin. Kali ini ia lebih memilih menembak buruannya dari jarak yang cukup jauh. Ya, ia cukup malas untuk bermain-main.
DORR!
Pria bertuxedo hitam itupun jatuh begitu saja saat akan masuk kedalam mobil. Hm..hanya seorang bandar obat terlarang. Makanan Ren sehari-hari jika disimpulkan.
" sudah?."
" sudah.."
Renpun pergi begitu saja meninggalkan kerumunan yang mulai ramai untuk melihat mayat seseorang yang terlihat mati tanpa sebab itu.
" lihat-lihat, dadanya berlubang. Hah.. Pasti pekerjaan sniper." ucap salah seorang tamu pesta disana. Itu tepat ditelinga Ren saat ia melewati orang itu.
Jika dilihat dari sudut pandang orang awam, nama sniper akan terdengar jahat dan keji. Membunuh orang dengan wujud yang tidak terlihat. Bisa membaur dengan natural. Memiliki skil diatas rata-rata penembak pada umumnya yang digunakan untuk membunuh. Banyak orang menyalah artikan profesi sniper. Dianggap membunuh orang tanpa sebab dan menjadi teror.
Ren diantara keduanya. Ia berpihak pada polisi intel. Tapi juga bisa mendapat permintaan dari individu dalam kasus permusuhan alami.
" Asahi. Matikan teleponnya." ujar Ren.
" kenapa?."
" kenapa? Karena aku akan pulang. Kau ingin terus mendengar suaraku sampai pulang?" tanya Ren lagi. Tidak. Sebenarnya ia tidak ingin Asahi mendengar bisik-bisik itu. Terakhir kali Asahi mendengar itu, ia berniat untuk mengakhiri pekerjaannya karena merasa sniper itu pekerjaan yang buruk dan menyesal sudah membantu menyusun rencana juga.
" oh.. Baiklah.." jawab Asahi dan memutuskan sambungan. Renpun kembali menginjak pedal gas dan segera pulang. Ahh.. Sekarang ekspresi wajah Nara saat ia pulang mulai bermain dipikirannya. Ya. Ekspresi menunggu pintu dibuka.
~~~
Ckrek..
Pintupun terbuka. Ren dan senyumnya sudah siap menyambut Nara. Tapi ia tidak melihat Nara didepan pintu. Hm?
" aku pulang.." ucap Ren. Iapun masuk dan meletakkan barang-barangnya diatas sofa ruang tamu. Mungkin Nara sedang tidur dikamarnya.
" baiklah. Biarkan saja dia tidur dulu. Aku akan bersih-bersih ." ucap Ren dan masuk kekamarnya. Setelah selesai mandi dan bersiap, iapun turun dan berjalan menuju kamar Nara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Yandere [Completed✔]
Genç Kız Edebiyatı" hiks.. sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? " Ia menatap gadis itu dengan tatapan sayu dan senyum yang terlihat mengerikan. " heeh? sudah terhitung 10 kali aku mengatakan ini. Aku.. menginginkanmu. Karena.. Aku.. Mencintaimu. " ucapnya deng...