Nara bangun melihat cahaya terang tersingkap dari jendela. Ren mendekati Nara.
" hari ini aku harus keluar. Jika kau ingin sesuatu, telepon saja aku, mengerti? " Ren terlihat agak buru-buru. Penampilannya juga sudah rapi. Nara hampir tidak percaya saat Ren bilang ingin keluar. Ya ia tahu, pasti ia akan dikunci didalam rumah ini lagi. Tapi setidaknya ia bisa melanjutkan pencarian jalan keluarnya. Ini rencara percobaan yang cukup cepat sejauh ini. Ada satu hal lagi yang harus ia cari tahu dari rumah ini.
" k-kau akan keluar?. Oh..baiklah. tapi dimana handphoneku?" tanya Nara bangkit dan bersandar dikepala ranjang masih memperhatikan Ren yang mondar-mandir.
" ada didalam laci itu. " ucap Ren mengambil kunci mobil didalam lemarinya. Nara menoleh kelaci nakas disampingnya. Ia membukannya dan melihat handphonenya yang tergeletak disana.
" apa...kau..masih akan mengunciku?" tanya Nara hati-hati takut Ren akan mencurigainya. Ren yang mendengar itupun menoleh dan berjalan mendekati Nara. Ia membungkuk menatap Nara yang mulai menundukkan wajahnya,tidak ingin menatap Ren.
" hm.. Sayang sekali aku belum bisa percaya padamu. Kau bilang ingin beradaptasi dengan rumahku, tapi tidak ada yang bisa menjamin kau tidak akan kabur,kan? Tapi aku akan tetap memegang janjimu, bahwa kau tidak akan pergi. Jadi aku masih akan menguncimu. Tenang saja, aku tidak akan lama.." tutur Ren mengacak rambut Nara lembut.
Sebenarnya Nara tidak peduli dengan jawaban yang diberikan Ren. Karena ia hanya menanyakan itu untuk basa-basi. Hah.. Sejak kapan Nara mulai memiliki ide jahat seperti itu?. Ren pun berlalu. Tapi ia berhenti saat sampai diambang pintu.
" oh ya, jangan lupa sarapan. Aku sudah membuatkan pancake dan jus untukmu. Semoga kau suka. Baiklah.. Aku pergi dulu." ucap Ren dan berlalu. Nara menunggu suara pintu dibuka dan kembali ditutup dengan suara kunci rumah yang khas. Iapun mendengar bunyi deru mobil melaju menjauh dari pendengarannya. Itu menandakan Ren sudah pergi.
Iapun bangkit dan meraih handphonenya. Karena handphonenya sudah kembali, ia akan menelepon ibunya. Tapi ia dibuat terkejut, karena semua nomor kontak yang ia simpan menghilang. Ia hanya melihat satu nomor yang bernama Ren. Ya, hanya itu. Sepertinya Ren mengganti nomor SIM hanphone Nara.
" Baiklah. Setidaknya aku masih ingat nomor telepon ibu. Setidaknya ibu akan mencarikan bantuan untukku." ujar Nara. Iapun menekan nomor telepon ibunya dan mulai menelepon. Lama sekali. Tidak ada jawaban. Ia kembali mencoba lagi. Tapi tetap tidak diangkat.
" kenapa tidak diangkat? Kemana ibu pergi?. Rin juga pasti sudah pergi sekolah. " ia juga ragu apa Rin mau mendengarkan dan membantunya. Ini buruk, karena Nara tidak ingat nomor kontak lain yang bisa ia hubungi. Ia ingat Gin pernah memberikan nomor teleponnya pada Nara waktu itu. Tapi Nara tidak menghafal nomor itu karena ia tahu, ia tidak akan sering menelepon Gin. Baiklah rencana handphonenya gagal. Ia akan mencoba rencana lainnya.
Nara keluar dan berjalan menuju dapur. Disana memang sudah terhidang beberapa lapis pancake dengan lelehan sirup maple. Ia meletakkan handphonenya disamping piring Pancake dan mulai berkeliling lagi untuk memastikan sesuatu. CCTV.
Tidak ada CCTV dimanapun, tapi bagaimana Ren bisa melihat Nara kemarin?.
" ya sudahlah. Lagipula dia sudah pergi. Setidaknya jika memang ada CCTV, dia akan butuh waktu untuk melihatnya setelah dia kembali. " Narapun melanjutkan kegiatannya mencari jalan keluar. Ia menaiki lantai dua dan memeriksa beberapa kamar yang ada disana termasuk kamarnya. Ada satu kamar yang tidak bisa dibuka. Sepertinya kamar itu dikunci.
Terlintas dipikirannya untuk mendobrak pintu itu. Tapi apa ia bisa dengan tubuh kurusnya?. ' baiklah. Apapun akan kucoba untuk keluar dari tempat ini.' batin Nara. Ia mulai mendobrak. Sangat keras, tapi ia terus mencoba sampai lengannya memerah. Ia hampir menyerah karena rasa sakit yang menyerang lengannya. Tapi melihat pintu itu semakin goyah, ia membulatkan tekatnya untuk terus mendobrak. Sampai akhirnya pintu itu terbuka.
" Akh.. Sakit.." Nara mendesis perih. Tapi tak apa. Yang penting pintu itu sudah terbuka. Iapun mengamati isi ruangan itu. Ini lebih seperi gudang. Banyak barang-barang yang ditutup dengan kain putih. Meja dan kursi berdebu, dengan jaring laba-laba yang tebal. Sudah berapa lama ruangan ini tidak dibuka? Hah.. Bukan itu yang harus Nara selidiki. Iapun berjalan mendekati gorden dan menyibaknya.
Hah!
Ini adalah balkon. Pintu balkon hanya dikunci biasa. Nara dengan mudah membukannya. Ia langsung berjalan ke pembatas balkon. Ia mencoba melihat kebawah. Ini adalah halaman samping rumah. Tidak ada apapun yang menanti dibawah. Hanya tanah keras dan rerumputan. Mungkin Nara akan memikirkan cara untuk turun sekarang.
Oh ya, ia pernah melihat seseorang yang terperangkap di lantai atas didalam gedung yang terbakar dan turun dengan mengikatkan kain selimut sampai menjadi tali panjang, dan turun dengan itu. Itu ide bagus. Tapi itu akan sangat mencolok jika Ren mengetahuinya. Lagipula apa Ren punya banyak selimut?.
" aah.. Aku ingat Ren pernah mengikatku dikursi dengan tali tambang tebal saat dia menculikku. Itu mungkin bisa kugunakan untuk turun dan kembali melemparkannya keatas balkon ini agar tidak terlihat. Jadi kalau-kalau dia menangkapku lagi, aku bisa melarikan diri lagi dan dia tetap tidak tahu bagaimana aku bisa kabur." ucap Nara optimis. Tentu saja disaat begini ia harus optimis dengan rencananya. Sekarang ia hanya perlu mencari tali itu.
Tiba-tiba perasaannya tidak enak. Ia mendengar deru mobil mendekat dari kejauhan. Kemungkinan besar itu adalah Ren. Narapun bergegas masuk dan menutup kembali pintu balkon dan menguncinya seperti semula. Ia juga menutup gorden dan berlari keluar kamar itu. Untuk saja pintu kamar itu tidak terlihat rusak, iapun menutup pintu itu seperti semula. Persis seperti sebelum ia buka. Iapun turun dan kembali kedapur. Sebelum ia duduk dikursi meja makan, ia melihat lengannya. Masih ada bekas merah akibat dobrakkan tadi. Ia segera kembali kekamar Ren, mengambil kardigan birunya dan memakainya. Baiklah.. Iapun duduk dimeja makan dan mulai menyantap pancake enak itu yang sudah dingin. Tiba-tiba ia menatap hanphonenya. ' bagaimana jika nanti dia mengecek panggilan diteleponku? Ah.. Aku harus segera menghapus riwayat panggilanku.' batin Nara.
Pintu terbuka. Ren masuk membawa banyak bag. Ia tersenyum melihat Nara memakan sarapannya dengan lahap. Narapun memaksakan bibirnya untuk tersenyum menyambut Ren.
" aku senang kau mulai nyaman dengan keadaan ini. " Ren meletakkan semua bag itu diatas sofa dan mendekati Nara.
" hm.. Apa itu? " tanya Nara mengarah kekumpulan bag itu.
" itu semua untukmu."
" apa itu tidak terlalu banyak? " tanya Nara lagi.
" apa itu terlalu banyak?. Ah.. Tidak ada yang terlalu banyak untuk orang yang kucintai. Itu bahkan belum seberapa. Kau tahu, aku akan memberikan semuanya untukmu." Ren memeluk Nara dari belakang.
' tangannya kotor. Apa yang tadi dia lakukan?' batin Ren melihat tangan Nara yang terlihat kotor padahal tadi pagi Nara belum menyentuh apapun seingatnya. Hm.. Ia tidak perlu menanyakan itu pada Nara.
" baiklah aku akan mengganti bajuku." ujar Ren berlalu kekamarnya. Nara lega karena tidak ada tanda-tanda Ren mencurigainya.
----next part😊
Vote dan komen terbuka💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Yandere [Completed✔]
ChickLit" hiks.. sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? " Ia menatap gadis itu dengan tatapan sayu dan senyum yang terlihat mengerikan. " heeh? sudah terhitung 10 kali aku mengatakan ini. Aku.. menginginkanmu. Karena.. Aku.. Mencintaimu. " ucapnya deng...