Nara keluar dari kamar mandi dengan handuk dikepalanya. Ia menggosok kembali rambutnya yang masih setengah basah. Ia sudah memakai piyama hitam dan duduk ditepi ranjang. Ini sudah malam tapi Ren masih sibuk dilantai bawah.
Ren sudah memperbolehkannya untuk turun sekarang. Karena keadaannya sekarang sudah jauh lebih baik. Itu juga berkat perawatan langsung dari Ren setiap harinya. Ia selalu memastikan perkembangan pemulihan Nara setiap hari dan menyuntikkan antibiotik yang dokter itu berikan padanya.
Nara benar-benar merasa dirawat oleh dokter. Dokter sekaligus Mafia. Mengerikan sekali. Jika tidak menurut, mungkin akan mendapat timah panas. Jika menurut akan mendapat jarum suntik. Ah.. Tidak semengerikan itu. Jauh dari kenyataannya, Ren tetap menjaganya dengan baik.
Iapun keluar dan turun kelantai bawah. Disana ia menemukan Ren yang sudah selesai memasak dan sedang menyiapkan meja makan. Kalau begini, Nara terlihat seperti gadis pemalas yang membiarkan orang lain yang menyiapkan makanannya. Tapi mau bagaimana lagi, Ren tidak pernah mengizinkannya untuk membantu. Bahkan dengan piring kotor itu. Seperti biasa Nara hanya berada disamping Ren yang sedang mencuci semua piring itu. Ia selalu merasa tidak enak meninggalkan semuanya dan membiarkan Ren melakukannya sendiri.
" kau sudah selesai?. Baiklah ayo duduk." ajak Ren yang sudah duduk dikursi.
Nara mendekat kearah Ren yang sudah membuka tangannya untuk menyambut tubuh Nara dan duduk dipangkuannya. Tidak pernah berubah. Ren tidak pernah bosan menyuapi Nara.
" apa harimu menyenangkan?" tanya Ren setelah Nara duduk dipangkuannya. Tangannya meraih sesendok sup dan mulai menyuapi Nara.
" hm..ya. tapi terkadang aku masih merasa mengantuk. Mungkin karena obat itu." jawab Nara menerima suapan Ren.
" hihi.. Tentu saja kau akan mengantuk. Dosis obat itu cukup tinggi dan dia memang dibuat untuk membuatmu istirahat. Kenapa kau tidak istirahat saja?." Ren menyendok spaghettinya dan memakannya.
" aku sudah terlalu lama tidur. Aku tidak mau tidur lagi.." jawab Nara pelan. Ren menoleh mendengar ucapan Nara yang membuatnya sedikit kaget.
" maafkan aku.."
Ren kembali menyuapi bubur itu. Hanya kalimat itu yang bisa ia ucapkan. Benar juga. Sudah berapa kali ia membuat gadis ini tertidur. Mungkin caranya terlalu jahat. Menembaknya juga termasuk dalam hal yang membuatnya tertidur.
" tolong jangan melumpuhkanku lagi.. Aku tidak ingin kau semakin kesulitan." ucap Nara beralih memeluk Ren.
Ren terdiam merasakan isakkan kecil sampai keindra pendengarannya. Kesulitan?. Apa dia berfikir Ren akan kesulitan untuk membawanya kembali?. Kesulitan dalam merawatnya?. Kesulitan dalam menjaganya?.
Ya. Nara merasakan keanehan pada tubuh dan wajah Ren akhir-akhir ini. Wajahnya terlihat lebih lelah dari biasanya. Tubuhnya juga terlihat lelah walaupun ia tidak menunjukkannya. Dan saat ia memeluk tubuh Ren seperti ini, ada sedikit keanehan. Entah kenapa ia merasa tubuh Ren seperti sedikit kurus.
Sepertinya Ren sangat kelelahan. Mata Nara tidak bisa berbohong. Setiap kali Ren sudah tertidur dipelukkannya, ia selalu memerhatikan wajah Ren. Wajah itu tidak bisa berbohong. Kantung matanya yang menggelap menandakan rasa lelah.
Kalau terus seperti ini, Ren akan...
" hei.. Aku baik-baik saja. Kau terlalu berlebihan. Kalau aku kesulitan, untuk apa aku membawamu bersamaku dan merawatmu?. Lebih baik aku menghabiskan waktuku untuk membunuh. Tapi sungguh, kau tidak pernah membuatku kesulitan. Karena itulah aku menginginkanmu.." jawab Ren membalas pelukkan Nara dan menepuk punggungnya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Yandere [Completed✔]
Literatura Kobieca" hiks.. sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? " Ia menatap gadis itu dengan tatapan sayu dan senyum yang terlihat mengerikan. " heeh? sudah terhitung 10 kali aku mengatakan ini. Aku.. menginginkanmu. Karena.. Aku.. Mencintaimu. " ucapnya deng...