Rin berjalan menuju kantin dengan beberapa temannya. Waktu istirahat baru dimulai, membuat Rin akan melakukan rutinitasnya dikantin.
"Besok pembagian rapor, bukan? Apa orang tua kalian akan datang?." tanya seorang teman Rin.
" tentu saja. " jawab teman Rin yang lainnya.
" Rin, ibumu akan datang,kan?"
Rin menoleh. Sebenarnya ibunya tidak bisa mengambilkan rapornya besok. Karena ibunya akan sibuk menyiapkan toko rotinya. Dan akhir-akhir ini pelanggannya terlihat meningkat.
"ah.. Aku tidak tahu. Aku akan menanyakannya nanti." jawab Rin.
~~~
" ibu, apa ibu bisa datang kesekolahku besok? Untuk pembagian rapor." tanya Rin. Mereka tengah makan malam sambil menonton acara TV.
" ah.. Bagaimana ya? Kau tahu, besok adalah hari sibuk ibu. Akhir-akhir ini pelanggan mulai banyak. Apa kau tidak bisa mengambilnya sendiri?" tanya ibunya.
Biasanya jika ibunya sedang sibuk seperti ini, Naralah yang akan mengambilkan rapor Rin. Dulu itu bukan masalah untuk Rin. Tapi sekarang mereka sudah berpisah dan Rin belum bisa memaafkan Nara sepenuhnya.
" bagaimana jika kau menelepon kakakmu, Nara. Pasti dia mau membantumu." usul ibunya. Itu memang benar. Nara pasti akan dengan senang hati membantu Rin kapanpun. Rin adalah kesayang Nara sejak kecil. Nara selalu mengalah dan memberikan apapun yang Rin inginkan darinya. Banyak hal, seperti baju, sepatu, buku dan lainnya. Rasanya Nara ingin Rin terus ada bersamanya. Tapi sekarang Rin malah memusuhinya.
" mungkin dia tidak akan mengangkat teleponnya." ujar Rin melahap makanannya lagi.
" coba saja dulu."
~~~
Rapor itu tidak bisa diambil tanpa orangtua atau wali. Akhirnya Rin menyerah dan mencoba menelepon Nara.
' nomor yang anda tuju sedang tidak aktif..'. Tidak diangkat. Tidak biasanya. Rin kembali mencoba. Tapi tetap tidak diangkat. Rin sedikit bingung, karena tidak biasanya Nara jauh dari Handphonenya sampai tidak bisa ditelepon. ' apa dia mengganti nomornya? Apa dia ingin memutus kontaknya?' batin Rin.
Iapun membaringkan tubuhnya diranjangnya. Rapor itu tidak terlalu penting untuk Rin. Ia tahu hasil belajarnya tidak akan jauh berubah. Alih-alih menjadi juara kelas, ia lebih memilih mendapat peringkat 10 besar.
" kakak.." bisik Rin. Sejujurnya ia sangat merindukan kakaknya itu. Terlebih dalam hal belajar. Nara biasanya selalu mengajari Rin apapun yang ia tahu. Dan sebagai kakak, ia selalu mengerti apa yang diinginkan Rin.
Dulu, setiap ayah dan ibunya sudah pergi bekerja, Nara selalu bermain dengan Rin. Bermain boneka, mencuci pakaian bersama, menjemur pakaian bersama sambil sesekali bermain kejar-kejaran. Menggambar dibuku gambar sambil berguling-guling dilantai, bermain petak umpet sampai Rin menjatuhkan sebuah vas kesayangan ibunya. Hah.. Kejadian vas itu yang sangat membekas di ingatan Rin. Karena saat itu Naralah yang menjadi korban kemurkaan ibunya. Rin ingin mencoba membela Nara, tapi Nara melarangnya. Ia takut Rin akan terkena hukuman juga.
" kenapa kakak tidak bilang..kalau aku yang memecahkan vas itu?" tanya Rin kecil.
" hei.. Aku bukan kakak yang jahat. Aku tidak mau melihatmu dihukum ibu. Jadi lebih baik aku saja yang dikunci digudang." Nara tertawa." haha.. Lagipula kau kan takut gelap. Kau pasti akan langsung menangis dan memanggilku. Ibu juga tidak akan memperbolehkanku mendekatimu. " lanjut Nara tersenyum manis.
Dari situlah Rin semakin menyayangi Nara. Padalah saat itu Rin tahu Nara juga sangat takut dengan kegelapan. Tapi Nara menghibur Rin seolah itu bukanlah apa-apa untuknya.
" apa aku harus mengunjunginya?.." Rinpun menutup matanya dan tertidur.
---- next part😊
Vote dan komen terbuka💓
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Yandere [Completed✔]
ChickLit" hiks.. sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? " Ia menatap gadis itu dengan tatapan sayu dan senyum yang terlihat mengerikan. " heeh? sudah terhitung 10 kali aku mengatakan ini. Aku.. menginginkanmu. Karena.. Aku.. Mencintaimu. " ucapnya deng...