Ren kembali memasuki kamar rawat itu dengan membawa sebuket bunga mawar berwarna merah. Sangat indah. Terlihat mewah dan elegan.
Ini sudah sebulan berlalu. Nara belum juga membuka mata. Itu tidak masalah untuk Ren. Nara pantas mendapatkannya. Tapi setiap hari menjadi semakin menyenangkan untuk Ren sekarang. Kenapa?. Tidak. Hanya semakin menyenangkan saja.
Semakin dekat dan semakin dekat. Ren tahu Nara sedang mengulur waktu untuk bangun. Rasanya ia sangat ingin segera membangunkan ratu kecilnya itu dan memeluknya erat.
Kita tidak bisa memprediksi kapan orang yang mengalami koma akan bangun kembali. Dan kita juga tidak bisa membangunkan orang itu. Karena mereka hanya mampu sadar dengan cara mereka sendiri. Jika mereka ingin bangun, mereka akan bangun. Jika mereka ingin mati, mereka akan mati.
Ren mengerti itu. Sangat mengerti. Tapi bagaimana jika ia mencoba dulu. Mungkin jika tidak bisa, berarti ia memang tidak mendapatkan bakat itu. Tapi jika bisa..?
Ren menatap perawat yang sedang merapikan baju Nara. Perawat itu mengganti pakaian Nara hampir setiap hari. Kini ia kembali menyelimuti tubuh Nara setelah memastikan keadaannya tetap stabil.
" selamat ya.. Tuan." ucap perawat itu pada Ren yang sudah bersiap untuk duduk disamping Nara.
" hm.." jawab Ren dingin. Seharusnya ini menjadi privasinya. Hah..sudahlah.
Setelah mengatakan itu, perawat itupun keluar. Jujur saja semuanya sangat terkejut. Dengan kenyataan yang membahagiakan sekaligus menyeramkan itu. Asahi juga hampir menangis ditelinga Ren saat Ren mengusulkan hal itu. Sepertinya Asahi sedang bermimpi buruk.
Sebelum duduk, Ren membuka tirai gorden berwarna transparan itu. Seketika cahaya masuk menerangi ruangan polos itu. Barulah setelah ia duduk, tangannya meraih jemari Nara dan membawanya kepipinya. Ya seperti biasa.
" Hei.."
DEG!
Nara membuka mata. Membuka matanya. Ia terbangun dengan sebuah panggilan. Panggilan yang bergema dikepalanya. Siapa?. Ia mulai mengedipkan matanya untuk menjernihkan penglihatannya.
Ren tersenyum. Dia bahkan tidak terkejut melihat Nara tiba-tiba sadar. Berarti caranya berhasil.
Ren memanggil dari alam bawah sadarnya dan ternyata terhubung dengan Nara.
Nara merasakan jemarinya menghangat. Seperti digenggam lembut. Sebuah permukaan lembut. Pipi.
" Ajaib sekali ya.."
Nara perlahan menoleh. Orang itu, masih sama. Tidak ada yang berubah dari senyum itu. Ren.
" tidurnya sudah selesai,kan?. Sekarang ayo bangun." ucap Ren masih mengenggam jemari Nara dipipinya.
Nara ingin bangkit, tapi tubuhnya terasa sangat kaku dan sakit. Ren malah tergelak melihat Nara yang berusaha untuk bangun.
" sudahlah. Jangan buru-buru. Kita akan segera pulang." ucapnya.
Nara merasa ada yang aneh. Seperti ada sesuatu yang terjadi. Ren terlihat normal. Tapi apa yang membuatnya terlihat berbeda?. Seperti ada yang mengganjal..
CINCIN..
Nara membeku melihat sebuah cincin melingkar dijari manis tangan kirinya yang sedang digenggam oleh Ren. Tunggu, sejak kapan ia menggunakan cincin?. Ia semakin terkejut melihat jari manis Ren juga menggunakan cincin. Dan itu...cincin yang sama..
Ren tersenyum melihat ekspresi Nara yang terlihat kaget. Sepasang mata itu tidak bisa menyembunyikan ketakutan yang tergambar jelas. Ternyata memang mimpi buruk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Yandere [Completed✔]
Literatura Feminina" hiks.. sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? " Ia menatap gadis itu dengan tatapan sayu dan senyum yang terlihat mengerikan. " heeh? sudah terhitung 10 kali aku mengatakan ini. Aku.. menginginkanmu. Karena.. Aku.. Mencintaimu. " ucapnya deng...