Malas

422 42 1
                                    

   " Aahhk.. Kenapa kau tidak mengangkat telepon dariku?." Asahi kesal.

   " kenapa.. Ada apa..?" tanya Ren masih setengah tidur. Sudah jam 12.34 dan ia masih duduk menunggu Nara.

   " apa kau baik-baik saja?. Bagaimana dengan yang terakhir itu?."

   " hm.. Aku baik.. Semuanya sudah selesai. Aku sedang dirumah sakit." jawab Ren.

   " rumah sakit?. Ada apa?." tanya Asahi bingung.

   " aku menembak bonekaku. Sekarang dia koma.." ucapnya malas. Asahi tidak bisa tidak terkejut. Nada bicara bosnya ini seperti dia baru saja menjatuhkan gelas dengan tidak sengaja. Sangat santai. Hei.. Dia menembak kekasihnya sendiri!!

   " kau sudah gila?"

   " aku memang sudah gila." jawab Ren cepat. Memang gila.

   " huft.. Baiklah. Lalu bagaimana dengan tawanan ini?. Kau sudah memutuskannya?."

   " ahh..mereka. besok aku kesana." Ren menegakkan tubuhnya dan mengusap wajahnya yang masih mengantuk.

   " besok? Tapi mereka-"

   Ren memutuskan sambungan. Mendengar Asahi mulai berinisiatif membuatnya tidak semangat. Ren akan memikirkannya nanti. Sebelum itu, ia harus bersiap dulu.

   Iapun menatap alat detak jantung itu. Sepertinya masih normal. Dan sepertinya tadi seorang perawat datang dan kembali memeriksa keadaan Nara. Ia juga mendengar Perawat itu mengatakan sesuatu padanya tentang keadaan Nara, tapi Ren tidak menanggapinya dan tetap menutup mata. Bukanya ia tidak ingin tahu dengan perkembangan Nara, ia hanya sudah mengetahuinya jauh sebelum perawat itu tiba. 

   Iapun bangkit, menatap Nara yang masih tertidur pulas. Ia akan pulang dulu dan bersiap. Setelah memastikan, iapun berjalan keluar. Setelah sampai diresepsionis, iapun berpesan untuk tidak memperbolehkan siapapun masuk kekamar Nara. Setelah mereka setuju, barulah Ren pergi. Beberapa orang sedikit terkejut melihat penampilan Ren yang terdapat banyak bercak darah disweater dan tangannya.

   Ia sampai divilanya. Masuk dan melangkah kekamarnya. Sebelum bersiap untuk mandi, ia mematung dicermin besar yang ada dikamarnya terlebih dahulu. Ya, itu hanya kebiasaan kecilnya. Menatap dirinya dicermin terlebih dahulu. Memang berantakan. Iapun melepaskan Sweaternya, menampakkan tubuhnya  yang cukup berotot dengan otot tangan yang terlihat ideal.

   Ren suka menggunakan sweater karena itu membuatnya terlihat seperti orang normal biasa. Tidak ada yang menyadari bahwa tubuhnya sudah sangat bagus. Wajah muda dan tubuh dewasanya. Ya siapa yang menyangka.

   Ia melihat bercak darah juga tembus keperutnya dan meninggalkan bekas merah. Ya, ia harus mandi. Iapun masuk kekamar mandi.

   Setelah mandi dan bersiap, iapun melangkah kedapur. Ia meraih gelas dan mengisi penuh dengan air lalu meminum semuanya. Tidak, ia kembali menuangkan air dan meminumnya lagi. Tidak, sekali lagi.
Haha..ia baru sadar kalau ternyata ia sangat kehausan. Pantas saja tenggorokkannya terasa kering sekali. Iapun duduk sebentar menatap lurus kekolam renang didepannya.

   Sunyi sekali. Seperti inilah Ren hidup selama ini. Siapa yang akan tahan. Sunyinya bisa membuat siapapun tertekan. Hanya diam, suara kesunyian yang memekakkan. Ren terlihat sudah terbiasa. Terkadang ia tidak bisa menyembunyikan kekesalannya. Tapi setelah terbiasa dengan kesunyian ini, ia juga menjadi benci keramaian. Telinganya yang terbiasa kosong menjadi terganggu dengan suara bising kerumunan.

   Baiklah mungkin suara tembakan yang menggelegar adalah hal yang tidak menyenangkan. Tapi setelah melakukannya sendiri, Ren juga tidak keberatan. Itu justru memuaskan.

Cowok Yandere [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang