Selamatkan..aku..

659 59 23
                                    

    Rasa sakitnya mulai terasa. Nara bangun dengan rasa sakit dilehernya. Tenggorokannya juga sakit. Ia haus.

   Dengan tubuh diikat disebuah kursi dan mulutnya ditutup dengan solasi hitam. Ia mencoba mengingat kembali apa yang sudah terjadi kemarin malam. Ia mencoba kabur, Ren menemukannya dengan mudah, kemudian ia dicekik sampai pingsan dirumah kosong itu. Ini mengerikan..

Ckrek..

   Tiba-tiba pintu terbuka dengan suara deritannya. Menampakkan seseorang dengan pisau ditangannya. Orang itu masuk dan membuka sarung pisaunya dengan gestur yang mengerikan.

   Ren..

   " kau sudah bangun dari tidur pulasmu?. Wahh.. Aku saja tidak bisa menutup mataku barang sekejap karena memikirkanmu. Hahaha.." Ren semakin mendekat. Degup jantung Nara memburu. Dengan pisau yang mengkilap itu, sepertinya sudah dipersiapkan untuk melakukan sesuatu.

   " aku sangat mengagumimu, Nara. Kau adalah gadis pertama yang berhasil membuatku hilang akal. Berapa lama waktu yang kau gunakan untuk merencanakan pelarianmu?. Oh.. Mungkin karena itulah kau selalu menjauhiku." Ren sampai dihadapan Nara dan membuka solasi dimulut Nara dengan kasar.

   "hee..? Lihat. Lehermu lebam. Apa aku terlalu kuat mencekikmu?. Apa lehermu sakit?." tanya Ren menarik dagu Nara dan memperhatikan lebam berwarna kehijauan itu.

   " leherku--" Nara terdiam. Suaranya. Ya suaranya menghilang. Mungkin ini efek bangun tidur. Iapun mencoba berbicara lagi. Tapi tetap suaranya tidak keluar. Ia juga mencoba untuk berteriak. Tetap tidak bisa. Ini..mimpi buruk lainnya.

   " hee..? Mana suaramu?. Ahaha.. Apa kau sudah bisu?. Wahh.. Bagaimana ini?.." ujar Ren diselingi dengan tawa puas. Membuatnya jadi bisu bukanlah tujuan Ren untuk mencekik Nara pada awalnya. Tapi sepertinya cekikkannya terlalu kuat sampai merusak pita suara Nara. Jangan salahkan Ren. Kenapa leher Nara terlalu rapuh. Hihi..

   " hm.. Baiklah. Setidaknya jika aku melakukan sesuatu padamu, tidak akan ada yang akan mendengarmu. Pertama, karena suaramu menghilang dan kedua, karena sekarang kita ada ditengah hutan. Jadi kalau suaramu sudah kembali, kau bebas ingin berteriak. " tutur Ren mengusap air mata takut Nara. Ya. Ren membawa Nara ke salah satu vila terpencilnya.

   Ia melepas rahang Nara dan seketika menamparnya keras. Suara tamparan itu menggelegar diruangan itu. Rasa panas mulai menjalar dipipi Nara, membuat airmatanya kembali menggenang. 

   " kau tahu, aku sudah sangat bersabar untuk bersikap baik dan lembut padamu. Dan kukira kau sudah mengerti kalau aku sangat menginginkanmu. Sejauh ini yang kulihat hanya kebohongan. Apa yang pantas kau dapatkan untuk itu?." Ren kembali menampar pipi Nara. Terus. Terus. Lagi dan lagi. Sampai cairan merah kental itu lolos dari bibir Nara. Nara ingin sekali berteriak. Tapi ia tidak bisa.

   Ren mencengkram rahang Nara kuat dan menatapnya tajam. Ren sepertinya sudah tidak peduli dengan keadaan Nara saat ini.

   " kenapa kau pergi?. Kukira kita akan bersenang-senang bersama. Aku sudah sangat menantikan hari itu. Bukankah kau sudah berjanji untuk tidak akan kabur?. Kau ingkar?!" kini Ren mulai mengukir pisau tajam itu dipipi Nara perlahan. Sakit!. Sangat sakit. Tapi Nara tidak bisa bergerak sama sekali. Pipi pucat itu kini mengalirkan darah segar.

   " apa sakit?. Ini hanya goresan kecil. Tidak mungkin sesakit itu,kan?. Sejak awal ternyata kau memang lebih ingin menjadi bonekaku daripada kekasihku,ya?." Ren menurunkan pisaunya ke lengan Nara yang terikat. Iapun kembali menggoreskan pisaunya dilengan Nara dengan lembut. Selembut apapun itu, yang namanya luka hanya akan terasa sangat sakit.

   " apa kau membenciku sekarang?" tanya Ren menatap mata Nara sayu. Sebuah senyum terbentuk melihat wajah polos itu sudah berdarah akibat ulahnya. Ia.. Suka itu.

Cowok Yandere [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang