Gin kembali mencoba menghubungi Takuma. Panggilan ketiga barulah Takuma mengangkat telepon.
" hm..? Ada apa?." Takuma terdengar menguap dari seberang sana. Seperti biasa, ia pasti sedang tidur.
" bisakah kau kemari?. Kami butuh bantuanmu." ujar Gin.
" bantuan apa?. Aku sedang tidak ingin keluar hari ini. Apa penting?." tanya Takuma lagi. Gin berdecak kesal. Hal yang paling sulit adalah membuat Takuma keluar dari sarang nyamannya. Dia sudah seperti beruang hibernasi.
" Nara menghilang. Datanglah kerumahku. Disini sudah ada Rin, Denji dan kame juga. Kalau kau menganggap hal ini tidak penting, maka lanjutkan saja tidurmu." Gin langsung memutuskan sambungan. Dan ya, Takuma menutup matanya lagi.
'Tunggu, Nara menghilang?. Nara?. Oh.. Nara masame. Tunggu..DIA MENGHILANG?!' Takuma langsung terbangun dan bangkit. Ia segera bersiap dan langsung melajukan mobilnya kerumah Gin.
Kenapa Takuma seperti itu?. Ya dulu dia pernah menyukai Nara. Jujur saja banyak sekali yang menyukai Nara saat SMA. Beberapa ada yang berani menyatakan perasaannya. Tidak untuk Takuma. Nara...menolaknya..
Iapun sampai dirumah Gin. Mereka sudah berkumpul disofa ruang tengah rumah Gin. Iapun menjatuhkan dirinya disamping Denji.
" kenapa? Ada apa dengan Nara?. "
" kau datang juga. Kukira kau akan melanjutkan tidurmu." ucap Denji.
" Nara menghilang. Dan sepertinya dia sudah diculik cukup lama.Apa kau melihat ada yang mencurigakan saat terakhir kali kau bertemu dengannya?." tanya Gin yang duduk disamping Rin.
" hm.. Terakhir kali aku membeli bunga disana, dia masih baik-baik saja. Aku tidak terlalu memperhatikan karena itu berjalan seperti biasa. Tidak ada yang mencurigakan saat itu." tutur Takuma.
" hm.. Kami menemukan buket bunga kering didalam rumahnya dan saputangan putih ini. Sepertinya dia sudah diikuti dan diculik dirumahnya saat pulang bekerja. " Denji meletakkan saputangan putih itu diatas meja.
" kenapa tidak melaporkannya kepolisi?. Bagaimana jika dia kenapa-napa?." Takuma mengeluarkan handphonenya.
" sebaiknya jangan dulu. Menurut informasi dari tokonya bekerja, dia telah mengambil cuti. Dan yang memintanya mungkin saja adalah penculiknya. Berarti dia menculik Nara bukan untuk disandra. Karena Rin belum menerima telepon apapun." Gin mengurut pelipisnya.
" apa sudah coba menelponnya?."
" sudah.. Tapi tidak pernah diangkat. Biasanya dia selalu mencoba menghubungi setiap bulannya. Tidak biasanya dia tidak mengangkat telepon." ujar Rin.
" mungkin penculiknya sudah menukar nomornya atau membuang handphonenya. " ucap Denji memutar-mutar handphonenya.
" terakhir kali aku melihatnya berhenti disebuah rumah tua. Kalian tahu,kan, rumah yang memiliki taman bunga dipekarangannya yang searah dengan rumah Nara. Kulihat dia sering berhenti disana dan melihat bunga-bunga didepan rumah itu." ujar Kame mengingat-ingat. Seketika semuanya menatap kame dengan wajah terkejut.
Itu tidak mustahil, bukan?. Tapi mereka tidak tahu siapa yang menghuni rumah itu. Rumah itu sudah cukup lama kosong Setelah pemilik rumah menjual rumah itu. Apa mereka harus kesana?.
" itu tidak menutup kemungkinan. Sepertinya kita harus memastikan rumah itu." Ujar Gin. Denji mengangguk begitupun Rin.
"Baiklah. Besok kita akan kesana. "
Setelah pertemuan mereka, Ginpun mengantar Rin kembali pulang.
~~~
Keesokan harinya mereka sudah berkumpul dirumah Gin dan langsung pergi menuju rumah itu. Rumah itu tampak kosong.
" bagaimana kita bisa tahu siapa pemilik rumah ini?. Pasti tidak ada siapa-siapa disini." ucap Rin.
" kita coba dulu. Jika memang tidak ada, kita akan mencari kontaknya dengan orang sekitar sini. " ujar Gin mendekat dan mulai mengetuk pintu rumah itu. Tidak ada jawaban. Iapun mengetuk beberapa kali lagi, tapi tetap tidak ada siapa-siapa.
" hm.. Baiklah. Kita--"
Tiba-tiba sebuah mobil hitam datang dan berhenti didepan mereka. Pengemudinya keluar dan menatap mereka yang sudah berdiri didepan pintu.
" maaf.. Apa kau pemilik rumah ini?." tanya Gin. Pria itu mengangguk. Wahh.. Ini adalah bantuan.
" oh.. Apa kau pernah melihat seorang gadis yang sering berhenti disini untuk melihat bunga-bunga disini?. " tanya Kame.
" seorang gadis?. Hm.. Aku memang pernah melihat gadis muda yang berhenti disini waktu itu. Tapi hanya waktu itu. Setelah itu aku tidak pernah melihatnya lagi. Memangnya ada apa?." tanya pria itu berbalik.
" ya. Gadis itu. Ah.. Dia menghilang. Kami harus menemukannya. Apa kau pernah melihat dia pergi atau dibawa seseorang?." Ucap Gin menggaruk tengkuknya.
" tidak.. Lagipula ini masalah serius. Kenapa kalian tidak melaporkannya pada polisi?. Kalau terjadi sesuatu padanya, bagaimana?." ucap pria bermasker dan topi hitam itu. Itu benar. Takuma juga berfikir seperti itu.
" hm.. Baiklah. Sepertinya jalan satu-satunya adalah polisi. Kami akan memberikan bukti-buktinya pada polisi secepatnya. Baiklah. Terimakasih bantuannya. Kami akan pergi." ucap Gin lagi. Merekapun berpamitan dan pergi.
Tapi entah kenapa perasaan mereka terasa aneh. Gin tidak tahu kenapa ia merasa ada yang salah. Tidak tahu apa itu. Pria itu...
" apa kalian merasa ada yang aneh?. Atau itu hanya perasaanku saja?." ujar Denji.
" kenapa?." tanya Rin.
" kita mendapat ciri-ciri orang yang meminta izin cuti untuk Nara menggunakan pakaian serba hitam,bukan?. Apa kalian tidak curiga dengan pria tadi?." tanya Denji. Gin baru akan buka suara saat ia kembali memikirkan hal itu.
" jika dia orangnya, seharusnya dia tidak mengusulkan kita untuk melapor polisi. Kenapa dia seolah menuntun kita untuk menangkapnya?. Itu tidak mungkin, bukan?." ujar Gin.
" entah kenapa, aku merasa sangat yakin. sebagai pemilik rumah dia pasti pernah melihat Nara. Tapi aku baru kali ini bertemu dengan pemilik baru rumah itu. Itu juga menyatakan dia jarang tinggal dirumah itu. " tutur kame.
" dia punya alibi yang kuat. Bagaimana jika kita selidiki dia lagi besok. Akan terdengar tidak sopan, tapi kita bisa melihat isi rumahnya dulu. " usul Denji. Rin mengangguk setuju.
" apa dia akan datang lagi besok?. Kurasa tidak bisa. " Jawab kame. Melihat penampilan orang itu tadi, sepertinya ia hanya pulang untuk memastikan keadaan rumahnya saja.
" kita akan pastikan besok. Jika dia datang dan melarang kita masuk, maka dia patut dicurigai. " ujar Gin. Sepertinya semuanya setuju.
~~~
" hah... Mereka akan menyadarinya ya. Kalau begini aku akan bersiap dulu. Hihi.." Ren masuk kerumah tua nya dan duduk disofa. Ia tahu ini akan terjadi. Tapi ia sudah menyiapkan rencana untuk ini. Wahh.. Ini akan menjadi kabar baik untuk Nara.
Ia tidak sabar menyaksikan ekspresi memohon itu. Agar tidak melakukan apa-apa pada teman-temannya nanti. Masuk kesarang kobra? Hadapi racunnya, ya. Hihi..
----next part😊
Vote dan komen terbuka💓Tunggu kelanjutannya ya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Yandere [Completed✔]
ChickLit" hiks.. sebenarnya apa yang kau inginkan dariku? " Ia menatap gadis itu dengan tatapan sayu dan senyum yang terlihat mengerikan. " heeh? sudah terhitung 10 kali aku mengatakan ini. Aku.. menginginkanmu. Karena.. Aku.. Mencintaimu. " ucapnya deng...