Berubah...

394 41 6
                                    

   Nara masih meringkuk diranjangnya. Sudah tiga hari ini dia tidak bisa tidur. Ia seperti terkena insomnia parah. Dia gelisah, gemetar, dan ling-lung. Kantung matanyapun sudah mulai menggelap. Ia tidak merasa mengantuk sedikitpun.

   Asahi dan yoa terus datang untuk memastikan keadaan Nara. Tapi Nara sendiri menolak untuk keluar dari kamarnya. Bukan apa-apa, ia masih mencoba menerima.

   Tidak ingin makan, hanya air yang mengisi perutnya akhir-akhir ini. Meskipun air itu keluar lagi dari kelopak matanya, setidaknya ia sudah menuruti permintaan Asahi.

   " kumohon makanlah sedikit saja. Kau bisa sakit jika seperti ini." pinta Asahi yang duduk ditepi ranjang Nara. Ia masih menenggelamkan tubuhnya didalam selimut tebal dan berpura-pura tidur.

   " aku tahu kau hanya pura-pura, Nara. Tolong dengarkan aku. Kau tidak bisa terus seperti ini. Bagaimanapun, kita harus bangkit dari ini semua. Kau pasti bisa Nara." ucap Asahi menundukkan kepalanya. Siapa yang sedang ia coba bohongi. Ia sendiri juga merasa terpuruk dengan keadaan ini.

    Nara bergerak dan membuka selimutnya. Ia duduk dan bersandar dikepala ranjang, menatap Asahi yang tertunduk lesu. Semuanya sangat kacau. Asahi sendiri sedang ditekan oleh para anggota tetang siapa yang akan memimpin organisasi. Tanpa Ren, Asahi juga bukan siapa-siapa.

   " kau sendiri? Apa kau sudah makan?. Bagaimana aku bisa makan jika orang yang menyuruhku makan saja tidak makan. Aku akan makan saat perasaanku sudah membaik. Kau tidak perlu mengingatkanku seperti anak kecil."  jawab Nara dingin.

   Asahi menoleh. Entah sejak kapan ia merasa gadis ini agak berubah. Mungkin dia trauma dan masih belum menerima kenyataan. Dia memang terlihat berbeda. Pandangannya, ekspresinya dan nada bicaranya terlihat berubah.

   Terakhir kali ia bertemu dengan gadis ini, ia terlihat manis walaupun dalam keadaan ketakutan. Tapi sekarang cahaya itu sudah menghilang darinya. Gadis ini sudah berubah...

   " aku hanya kawatir dengan keadaanmu. Waktu itu, saat dia sudah terdesak, dia memberiku perintah untuk menjagamu...jika dia tidak kembali. Dan sekarang aku hanya mencoba menjalankan perintah darinya." ucap Asahi pelan.

   Jujur saja, jika diingat lagi, ia sangat menyesal telah membiarkan Ren pergi. Seharusnya ia langsung menghancurkan chip itu dan menyuruh Ren pergi. Dengan begitu setidaknya hanya markas yang akan diserang. Dan dimarkas juga banyak pasukan. Mereka pasti bisa menghadapinya.

   " andai saja aku tidak mempercayai sikap optimisnya untuk melawan. Andai dia tidak membujukku untuk tenang dan melihat saja. Seharusnya aku menyadari itu.." ucap Asahi memalingkan wajahnya.

   " jagalah kesehatanmu terlebih dahulu. Banyak yang mengandalkanmu sekarang." ucap Nara meraih segelas air ditangan Asahi dan meneguknya sampai habis.

   Lagi, Asahi merasa tertohok mendengar ucapan Nara. Pedas sekali...

   " aku tidak ingin menggantikannya.." ujar Asahi menatap Nara tajam. Kenapa ucapan Nara terdengar seperti Asahi ingin mengambil alih kepemimpinan Ren.

   " baiklah.. Maafkan aku. Sepertinya kau tersinggung. Aku tidak bermaksud mengatakan itu. Aku tidak tahu kenapa ucapan yang keluar dari mulutku terdengar pedas. Sekali lagi maafkan aku." ucap Nara kembali masuk kedalam selimut dan menutup seluruh tubuhnya.

   Asahi bangkit. Mungkin Nara masih butuh waktu lagi. Dan sepertinya dia harus ditemani oleh seseorang disini agar ia tidak semakin kesepian. Asahi sendiri tidak bisa terus datang kesini karena ia sendiri masih mengurus banyak urusan. Sepertinya ia akan meminta bantuan Yoa untuk membawa beberapa anak buahnya untuk tinggal disini termasuk Yoa sendiri.

Cowok Yandere [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang