Koma

459 48 0
                                    

   Ren turun dan segera membawa Nara kedalam. Beberapa suster sudah menunggu. Mereka segera menyambut tubuh Nara dan meletakkannya dibrankar.

   Ren sudah menelepon seorang dokter untuk segera menyiapkan ruang operasi. Tepatnya teman lamanya. Ia mengenalnya saat SMA dan dia juga yang menyelamatkannya saat Ren hampir mati dulu. Ya.. Ren pernah hampir mati dalam pekerjaannya sendiri.

   " cepat bawa dia keruang operasi." ucap dokter itu mendekati Ren. Mereka segera masuk keruang operasi dan langsung menyiapkan Nara untuk operasi.

   " apa yang terjadi?." tanyanya.

   " aku..menembaknya.." jawab Ren menggaruk belakang kepalanya. Dokter itu terkejut. Teman lamanya yang berparas anak-anak ini nekat sekali.

   " baiklah. Aku akan masuk." ucap dokter itu dan berlalu masuk. 

   Dimulai dengan mengganti pakaiannya dengan baju operasi. Setelah memasangkan alat pendeteksi detak jantung dan oksigen dihidungnya, merekapun menelungkupkan tubuh Nara dan segera membersihkan darah disekitar lubang peluru itu.

   Ren menunggu didepan ruang operasi. Terus berdiri tepat didepan pintu itu. Melihat lampu berwarna merah itu akan berubah menjadi hijau kembali. Lagi. Ia tidak menyesal sudah menembak Nara. Karena ia melakukan itu dalam keadaan sadar. Tapi ia yakin Nara tidak akan mati semudah itu. Tidak akan semudah itu untuk Ren.

   Berjam-jam berlalu. Ren tidak bergerak sedikitpun dari pintu itu. Gerakkan yang ia lakukan hanyalah berkedip. Ia juga mengabaikan telepon dari Asahi beberapa kali. Sampai akhirnya lampu itu berubah menjadi hijau dan beberapa suster keluar diikuti dengan dokter itu yang masih menggunakan sarung tangan medis yang berlumuran darah.

   " operasinya sudah selesai. Selama operasi, detak jantungnya naik turun. Dan sekarang detak jantungnya kembali menurun." tutur dokter berwajah tampan itu.

  " apa itu buruk?." tanya Ren polos.

   " Oh.. Tentu saja.. Dia mengalami koma sekarang. Dia tidak bisa sadar untuk beberapa waktu ini. Kenapa kau melakukan hal jahat seperti ini?." tanya dokter bernama Niko itu  dengan ekspresi gemas melihat kepolosan Mafia yang satu ini. Padahal dia sendiri pernah ada diposisi ini.

   " Ooo.. Baiklah. Ya.. Aku hanya memberinya pelajaran sedikit, tentang tidak boleh membantahku. Itu saja." jawabnya singkat.

   " pelajaran sedikit?. Dengan menembaknya?!. Apa yang sedang kau pikirkan?. Dia bisa saja mati. Dan apa kau bisa menghidupkannya kembali?. " ujarnya seperti sedang memarahi adiknya sendiri. Tatapan kosong Ren menyadarkan dokter itu. Bahwa orang dihadapannya ini bukanlah orang biasa.

   "  kau mengenalku sejak lama,kan?. Kau juga tahu aku bukan orang normal, bukan?. Apa kau belum mengerti?." tanya Ren menundukkan kepalanya.

   Wajar jika orang awam berfikir apa yang dilakukan Ren itu salah. Tapi sekali tidak normal akan terus menjadi tidak normal. Dan Ren terlahir dengan keadaan itu.

   " maafkan aku.. Baiklah. Dia akan kami pindahkan kekamar perawatan sekarang." ucap dokter itu dan berlalu.

   Merekapun mendorong keluar ranjang besar dengan Nara yang sudah berselimut tebal dan jarum infus ditangannya. Ren mengikuti sampai kekamar VIP yang ia inginkan. Setelah memasang oksigen dan alat pendeteksi detak jantungnya, merekapun keluar. Dokter itu kembali dan sudah berganti pakaian.

   " kau akan menunggunya bangun?." tanyanya sambil memasang stetoskopnya dan mulai memeriksa Nara.

   " tentu saja." ucap Ren. Ia ingin Nara bangun dan hal yang pertama kali dia lihat adalah Ren.

   " hah.. Dia koma. Bukan pingsan. Kau tidak bisa memprediksi kapan dia akan bangun." ucap dokter itu kembali mengalungkan stetoskop itu kelehernya setelah memeriksa detak jantung Nara.

   " aku bisa.." jawab Ren dingin. Baiklah.. Sang dokter kalah lagi. Siapa yang bisa melawan Ren.

   " baiklah. Untuk sekarang keadaannya stabil walaupun detak jantungnya melemah. Kalau terjadi sesuatu, tekan saja tombol itu." ujar dokter itu menunjuk tombol merah yang ada didinding.

   " ya, baiklah. Aku tidak bodoh." jawab Ren mengambil sebuah kursi dan duduk disamping ranjang Nara. Niko menghela nafas pasrah dan pergi.

   Wajah pucat Nara membuat Ren merasa tenang. Ya, setidaknya gadis ini harus istirahat sekarang. Sebelum ia bangun dan kembali menghadapi kelakuan abstrak Ren. Jujur saja Ren tidak sedih mendengar Nara koma. Ya, selagi tidak mati, itu biasa saja.

   Mengira dia akan sangat sedih dan menyesal sudah menembak Nara?. Mungkin itu terjadi pada film-film lain. Tapi tidak untuk Ren. Nara meninggalkannya atau Nara mati. Itulah yang akan membuat Ren sangat menyesal dan menderita.

   Tapi selama gadis ini tetap bersamanya, baik sehat atau sakit sekalipun, itu sudah sangat menyenangkan. Begitu terobsesinya, begitu posesifnya, begitu kesepiannya. Ia..kesepian.

   Tangannya meraih jemari Nara dan kembali memainkan jarinya seperti yang biasa ia lakukan untuk membangunkan gadis itu.

   " kau tidak boleh terlalu lama tidur. Itu tidak baik untukku. Apa kau akan membiarkanku sendirian lagi?." ujarnya dengan suara pelan. Ia mengangkat tangan Nara dan menempelkan telapak tangan Nara kepipinya. Tangan yang dingin. Bertemu dengan pipi yang dingin.

   " aku rindu dengan sentuhan tangan hangatmu dipipiku. Aku rindu pelukanmu. Aku rindu wajah lucumu saat makan. Aku rindu saat kau memintaku berhenti untuk menyuapimu. Aku rindu saat kau selalu menungguku membuka pintu utama... Aku rindu.."

   Semuanya. Ren ingin semuanya. Semua yang ada pada Nara. Berlebihan memang. Tapi Ren tidak main-main dengan ucapannya. Tidak semua hal bisa dibeli dengan uang. Cinta?.

   Semua yang dipaksakan itu memang tidak baik. Lihat apa yang terjadi pada Ren, ia selalu merasa haus akan cinta, perhatian dan kesetiaan. Tapi tidak ada yang bisa menerima perlakuannya itu. Kembali lagi, dia tidak normal.

   " kalau saja kau bisa membuka mata dan melihat sekelilingmu dari sudut pandangku, kau akan mengerti kenapa aku sangat membutuhkanmu. Sayangnya kau terlahir dengan bahagia dan menyenangkan. Sudut pandang gelapkupun akan tetap tidak wajar untukmu.." ujarnya menatap kosong keluar jendela.

   " baiklah. Selamat pagi. " ucap Ren membaringkan kepalanya disamping tangan Nara dan menutup Mata. Sudah pukul 05.08 dini hari. Dan sejak ia pulang dan tidak menemukan Nara sampai sekarang ia berhasil menemukannya, ia belum tidur.

   Hari yang melelahkan untuk keduanya. Pelarian yang gagal. Pencarian yang berhasil. Semua keputusan akan berbeda untuk hari esok. Apakah Ren akan benar-benar memberi pelajaran kepada semua teman-teman Nara. Atau dia akan membebaskan mereka semua seperti yang diinginkan Nara. Jujur saja itu bukan Ren kalau tidak membunuh.

   Baiklah. Semuanya harus istirahat dulu. Pasti lelah setelah berlari dan mengejar. Keputusannya nanti saja. Diampuni atau tidak semuanya ada di tangan Ren. Itupun jika dia masih peduli.

   Tak terasa sebulir airmata jatuh. Lagi dan lagi. Ren tidak menangis. Ia hanya mengeluarkan airmata lelah. Lelah sekali. Menyesakkan. Sangat ingin istirahat. Akhir-akhir ini dia juga mulai jarang makan. Ia terlalu sibuk mencoba menghabiskan waktu untuk mengurus Nara sampai melupakan tubuhnya sendiri. Walaupun Nara tidak meminta semua perhatian itu, ia hanya sangat bahagia saat Nara selalu bersamanya.

   Dan sekarang akan menjadi lebih parah. Ren akan semakin protektif menghadapi Nara. Kalau perlu sampai Nara tidak bisa merasakan kebebasan lagi..

-----next part❤
      Vote dan komen terbuka

 

  

   

Cowok Yandere [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang