1. Perjodohan

13.8K 436 140
                                    

"Aku gak mau Bund. Kenapa harus Pak Revan sih?!" Tolak Clarysa tegas.

Sebuah perjodohan konyol yang dilakukan antara kedua orang tua Clarysa Sekar Pradipta dengan Revan Kevin Eyando yang notabenenya adalah guru matematikanya sendiri membuat Clarysa marah tidak terima.

"Ayah, Pak Revan itu udah dewasa. Aku masih kecil. Nanti kalo kita beda pendapat terus berantem gimana? Aku gak mau!"

"Sa, Revan itu yang terbaik buat kamu. Lagian kamu kalo sama Revan bakal terjamin. Dia pinter, mapan, pekerjaan oke. Kurang apalagi?" Arya menasehati putrinya.

Clarysa menangis sambil menunduk. "Clarysa belum mau nikah."

Clarysa mengusap air matanya kasar, lalu pergi begitu saja meninggalkan ruang tamu menuju ke kamarnya. Arya dan Violin saling pandang lalu kembali memandang kearah tamunya dengan tidak enak hati.

"Maafin sifat, Clarysa. Dia emang gitu. Jadi, ini yakin tetep di lanjut jodohinnya?" Ucap Arya berakhir pertanyaan.

Eyan menggangguk mantap. "Jadi dong. Mungkin Clarysa-nya perlu waktu. Gapapa, kita tunggu."

Raena menatap putra tunggalnya yang sendari tadi hanya diam. Revan memang sudah tau jika dia hendak dijodohkan, tapi masalahnya Raena dan Eyan tidak memberi tahu siapa gadis yang beruntung tersebut.

Eyan menghela. "Gimana sama kamu, Van? Kamu setuju?"

Revan terlihat kebingungan. "Harus banget Clarysa-ma-maksudnya itu... Clarysa murid Revan sendiri. Kaya, a-apaa gapapa buat Clarysa? Dia masih cukup kecil buat jadi istri. Umurnya masih terlalu muda."

"Tapi kalo buat kamu? Kamu nerima Clarysa, kan, Van?" Tanya Raena gemas.

Revan menggaruk tengkuknya. Pria muda itu masih terlihat kebingungan.

"Gini aja. Gimana kalo kalian pendekatan dulu. Paling enggak kalian cukup saling kenal lah," Ucap Arya yang langsung disambut antusius dari yang lainnya.

"Iya. Itu boleh banget." Sahut Violin antusius sama seperti yang lainnya.

Arya tersenyum. "Jadi gini. Van, kamu coba kekamar Clarysa. Tenangin dia. Bisa?"

Revan menggangguk ragu la pun mengikuti arahan yang diberikan oleh Violin menuju kamar Clarysa.

Tokk... tokk... tokk...

Revan mengetuk pintu kamar Clarysa. "Clarysa... Saya masuk, ya?"

Tidak ada sahutan dari dalam. Hanya ada suara isakan pelan dari dalam. Revan pun mendorong pintu itu pelan hingga menghasilkan suara decitan.

Clarysa menangis memunggungi Revan Gadis itu menangis sesenggukan membuat Revan menatap punggung itu iba.

"Clarysa, saya tau ini berat buat kamu. Begitu juga dengan saya."

Revan duduk disamping Claryas, membuat gadis itu langsung membuang mukannya agar tidak dilihat oleh Revan.

Hati pria itu ikut merasakan kesedihan yang Clarysa alami saat melihat air mata yang membasahi pipi mulus tersebut Ingatkan kepada Revan, bahwa ia paling tidak bisa melihat seorang perempuan menangis. Walaupun bukan kesalahannya, tapi rasanya ia seperti menyakiti Mamanya jika melihat seorang perempuan menangis.

"Rys, ga ada yang bisa kita lakuin. Semuanya udah jadi rencana Tuhan Mungkin memang kamu jodoh saya, begitupun saya Saya masa depan kamu."

Gadis itu semakin terisak, membuat Revan semakin panik.

"Ga mauu! Hiks!" Ucapnya pelan.

Revan mendengus "Coba cerita sama saya. Kenapa kamu ga mau?"

Clarysa mengusap air matanya. "Pa-pak Revan galak, takut Bapak juga udah tua. Gak mau!"

Revan membulatkan matanya Tua katanya? Tua?! Seketika rasa iba Revan menguap begitu saja mendengar ucapan terakhir Clarysa.

"Ayolah, Rys... Saya ga setua itu juga sampe kamu kaya ga mau banget gitu." Sahutnya kesal.

"Bapak udah tua Umurnya aja udah 27. Apa itu kalo bukan tua? Tuir?" Ucap Clarysa ketus.

Revan menghela nafasnya, berusaha bersabar menghadapi kelakuan gadis disampingnya ini. "Kita cuma tinggal nikah doang."

"Nikah doang?!" Clarysa berdiri sambil menatap Revan nyalang. "Ini bukan tentang masalah nikah doang, Pak Revan! Ini tentang kehidupan saya kedepannya. Suasana baru, sama status yang baru. Saya ga mau asal pilih aja buat pendamping saya! Saya ga mau berjuang ditengah jalan, malah kandas gitu aja. Saya ga mauu!!"

Revan menatap Clarysa. "Saya tau, Rys. Saya tau maksud kamu. Maksud kamu, kamu cuma mau nikah sekali seumur hidup, kan? Saya juga sama. Jadi, kenapa ga kita coba aja Kita dikasih waktu buat PDKT Kita jalanin aja dulu Nanti kalo dirasa cocok, kita mulai serius. Gimana?"

Clarysa terdiam memikirkan semuanya. Gadis itu. membalik badannya memunggungi Revan: "Gak mau! Pak Revan galak!"

Revan mencibir. "Itu disekolah, Rys. Dirumah beda."

"Tidak menjamin."

Revan mengetatkan rahangnya gemas. "Janji, nanti kalo saya galak, saya tidur diluar aja."

Clarysa spontan menatap Revan. "Beneran?"

Revan melirik Clarysa. "Tapi itu ga berlaku disekolah. Sekolah ama rumah, itu beda. Kamu paham maksud saya?"

Clarysa terlihat berfikir. Beberapa menit kemudian, keduanya saling diselimuti keheningan.

Revan berdiri, dengan kedua tanggannya yang masuk kedalam saku celana. la mendekati gadis tersebut.

Revan menjulurkan tangannya kanannya. "Setuju? Kita pendekatan dulu buat saling kenal?"

Clarysa menatap tangan itu ragu la melihat Revan dengan tangan itu secara bergantian. "Pak Revan janji dirumah ga galakin saya?"

Revan menggangguk.

"Bapak mau bimbing saya?"

Revan tersenyum lalu kembali menggangguk dengan mantap.

Clarysa ikut tersenyum. Tangannya terulur menjabat tangan pria tersebut. Tanpa disangka, Revan membawa tangan itu pada bibirnya, lalu mengecup punggung tangan gadis tersebut. Membuat muka Clarysa langsung memerah, semerah cerry.


"Saya pastikan kamu jadi istri dan ibu dari anak-anak saya kelak."

✨✨✨

Kamis, 16 September 2021

Salam istrinya Mew Suppasit😚

MY ANNOYING HUSBAND [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang