Keping 2

2K 112 4
                                    

Para Pembuat Onar

"Jangan pernah takut aneh dalam mengungkapkan pendapat, karena setiap pendapat yang kini diterima pernah dianggap aneh."
~Bertand Russell

***

Aku hitung setiap langkahku menuju kelas, sembari berpikir keras kenapa hari ini aku sial banget. Dosa apa aku semalam?

Perasaan aku nggak ngapa-ngapain, selain nyolong cokelat impor milik Mama di kulkas. Apa Mama nggak ikhlas, ya? Tapi itu kan buat camilanku belajar sampai tengah malam biar nggak ngantuk? Lagian aku juga anaknya, kan? Atau jangan-jangan karena aku buka situs 'terlarang' sebelum tidur semalam? Ah, sudahlah. Anggap saja ini memang hari sialku.

Aku terus berjalan sambil membawa sebotol Yakult pemberian dari Refo tadi. Bukan buat aku, tapi buat Freya. Dia nitip. Nitip dengan ancaman.

Dia mendekatkan wajahnya cuman mau berbisik padaku. Dia tau kalau aku sekelas sama cewek tercantik di sekolah. Siapa lagi kalau bukan Freya. Jadi dia mau nitipin sesuatu ke Freya. Mungkin dia mau ngantri jadi pacar Freya juga.

Ah, kenapa aku berdebar tadi, ya? Kenapa aku ke-pede-an? Sialan emang si Refo. Lagian kenapa dia harus berbisik, sih?

Sebenarnya aku sering dititip-titipin kayak gini, tapi aku selalu nolak. Tapi aku nggak bisa nolak kali ini, dia mengancamku ngumumin kalau aku sedang nggak pakai celana dalam. Resek banget kan tuh anak? Ya... walau aku tau dia nggak bakal sungguh-sungguh melakukannya. Tapi aku nggak mau mengambil resiko.

Awalnya kukira cokelat atau bunga yang dia titipin, eh nggak taunya cuman Yakult. Mana cuman satu lagi, dan aku nggak dikasih! Dasar pelit! Nggak modal! Cowok lain aja pernah ada yang nitipin sepatu. Nggak tahu malu!

Aku sampai di kelas tepat saat bel masuk berbunyi.

"Dari mana lo?" tanya Gatra begitu aku duduk di bangku.

"Kantin," jawabku singkat.

"Tadi nggak mau!"

"Hehe... laper gue."

"Huuu... dasar! Eh, Yakultnya buat gue, ya? Haus gue," selorohnya sambil merampas Yakult di tanganku, membukanya, lalu meminumnya dengan sekali tegukan.

"Bukan buat lo, bege!" Aku langsung merebutnya kembali. Tapi isinya sudah habis tak tersisa. Nggak sopan!

"Kurang ajar lo! Ini kan titipan buat Freya."

Dia malah nyengir kuda.

"Hah, buat gue?" sahut Freya yang duduk di depan kami. "Apaan emang?" Dia menimbrung.

"Yakult. Tapi udah dihabisin nih sama Toge Gosong!" jawabku sambil menunjuk muka Gatra yang nggak merasa berdosa.

"Ciah! Pahit dong gue!" Malah nyengir kuda.

Gatra sukses ditimpuk buku oleh Freya, "Kebiasaan lo! Nggak usah buat onar napa sih? Hah?"

"Maap," timpal Gatra, tapi dengan ekspresi tanpa penyesalan. "Tapi, tumben lo mau disuruh-suruh? Siapa emang yang nitipin?" Kini dia menatapku.

"Eee..." Aku bingung jawabnya. Masa iya, aku bilang kalau Refo mengancamku mau ngumumin bahwa aku sedang nggak pakai celana dalam? Buka aib sendiri dong aku. "Oh, Refo... nggak tau dari kelas mana." Lebih baik langsung jawab pertanyaan terakhir. Cari aman.

"Oh dia..."

"Loh, lo tau?" tanyaku terkejut. "Lo juga tau, Fre?" Aku balik memandang Freya.

"Lo nggak tau?" Sepertinya cuman aku yang asing sama si Refo ini. "Dia itu yang udah nyelametin tim basket sekolah kita. Kemarin kan SMA kita tanding lawan SMK 25, kita kalah telak. Eh, tiba-tiba aja Refo ini datang dan membalikan kedudukan. Makanya kalau gue ajak liat kegiatan sekolah itu ikut, Kin. Biar nggak ketinggalan gosip!" kata Freya dengan mimik judesnya.

[BL] Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang