Keping 6

1.5K 98 9
                                    

Dari Inggris Raya hingga Daratan Cina

"Sebenarnya, yang membuat kita kecewa adalah diri kita sendiri. Tersebab harapan kita pada manusia terlalu tinggi."
~Anonymous

***

Mataku menerawang bersama lamunan. Menatap Refo yang sedang bermain basket bersama tiga temannya, mengingatkanku pada sore itu, di mana aku sedang berusaha memasukkan bola ke ring. Tepat di bangku beton ini, di bawah pohon pucuk merah yang teduh ini, Refo menontonku bermain dengan bolanya. Seperti aku saat ini.

Bel pulang sudah lama berdering, sekolah juga mulai sepi. Itulah yang aku mau, menunggu tak ada orang untuk mengembalikan jaket denim milik Refo yang dipinjamkannya kemarin. Tapi di sanalah dia, sibuk bermain bersama teman-temannya, yang satu keriting, yang satunya lagi cungkring, dan sisanya... hmm... lumayang ganteng, ya meski nggak seganteng Refo. Hehehe...

Aku bisa saja mengganggu mereka untuk mengembalikan jaket ini. Tetapi, aku lebih memilih menunggu dan menonton. Refo yang berapi-api dan bercucuran keringat itu pemandangan yang indah, membuatku betah berlama-lama. Apalagi, saat dia melompat memasukan bola ke ring, dia bagaikan sedang 'terbang'. I like it!

Itung-itung cuci mata. Hihihi...

"Kinny! Mau gabung?" seru Refo dari tengah lapangan begitu tahu kehadiranku.

Aku menggeleng, nggak mau. Akan mempermalukan diri sendiri bila aku yang bego olahraga ini bergabung dengan mereka yang jago.

Angin sepoi-sepoi meniup dedaunan di atasku, menjatuhkan beberapa lembar daun kering. Sepertinya malam ini akan hujan. Aku menyalakan wireless earphone-ku, memasangnya ke telinga, dan memutar daftar lagu di handphone-ku agar tidak terlihat sedang 'cuci mata'.

"Woi, sebelah sini!"

"Hyaa!!!"

"Yes!"

"Good job, man!"

Dan, mereka ber-tos ria.

Pada dasarnya aku memang nggak terlalu suka olahraga, lima belas menit kemudian, aku mulai bosan. Jadi aku mengeluarkan hal yang lebih seru untuk di lihat, yaitu buku. Aku kecilkan suara earphone-ku, dan mulai membaca lembar demi lembar. Lama-lama, aku pun tenggelam dalam bukuku.

#^*^#

Tiba-tiba sesuatu yang bergerak sedang mengusik kakiku.

"Refo! Lo ngapain?" Aku tersentak melihat Refo berlutut di hadapanku. Langsung kututup bukuku, dan melongok ke bawah. Ternyata dia sedang mengikat tali sepatuku.

"Lo dari tadi gue panggil-panggil nggak nyahutin. Kebiasaan emang lo," tukas Refo sembari membuat simpul.

Aku menarik nafas gugup.

Tak kusadari, sekolah benar-benar sepi, teman-teman Refo sudah hilang entah ke mana. Hari sudah sore, dan langit mengirim mendungnya. Aku lagi-lagi lupa waktu dan sekitar, terlalu fokus dalam bacaanku.

"Oh iya, ini jaket lo," kataku sambil menyerahkan tote bag berisi denimnya. "Makasih, ya."

Refo berdiri, menerimanya dan tersenyum. Kulihat sepatuku, simpul yang dibuatnya sangat rapi. Apa dia seorang seniman, sama seperti Freya? Ah, aku berlebihan. Itu cuma simpul sepatu. Tapi, mengapa hatiku sesenang ini?

"Lagi dengerin apa sih, sampe nggak nyahut gitu gue panggil?" tanyanya sembari Refo menghembaskan tubuhnya ke sebelahku. Kemudian dia mengambil sebelah earphone-ku, dan memasangnya ke telinganya.

[BL] Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang