Keping 24

950 76 2
                                    

Siapa Dia? Aku Tak Mengenalnya

"Saat pasir tempatmu berpijak pergi ditelan ombak, akulah lautan yang memeluk pantaimu erat."
~Dewi Lestari

***

Suara sirine makin bising, para remaja lari kocar-kacir meninggalkan balok kayu dan batu mereka, serta debu yang mengepul. Aku masih setia di tempatku, menoleh kesana kemari mencari Refo yang hilang di keramaian. Dari kejauhan aku melihat cowok bertato dengan muka garang yang kutahu dia teman segeng motor dengan Refo, dia juga lari tunggang-langgang. Aku nggak akan pernah lupa muka seramnya itu.

"Minggir...!!!" teriaknya yang berlari kencang ke arahku.

Aku yang bingung hanya bisa membatu. Hingga... Buukk! Dia memukulku hingga aku terpelanting dan mendarat dengan keras di aspal.

"Gua bilang minggir, bego!!" teriaknya sambil berlari kencang melaluiku.

Aku meringis kesakitan saat tubuhku menggores kerasnya aspal. Di tengah situasi yang kacau itu, aku berusaha bangkit lagi. Lalu tiba-tiba seseorang menarik tanganku. "Ayo!!" Orang itu menyeretku menjauh. Semua terjadi begitu cepat.

Mobil patroli sudah tiba, polisi berhamburan keluar mengejar semua pemuda di jalan ini. Aku yang berusaha menyamakan langkah dengan orang yang menarikku baru menyadari kalau dia adalah Refo. Dia membawaku ke motornya yang terparkir di pinggir jalan. Beberapa pemuda tertangkap, berusaha memberontak, tapi sia-sia.

"Ayo, naik! Cepet!!!" Refo yang panik sudah ada di atas motornya yang menyala.

Segera aku lompat ke jok, tapi sebelum aku benar-benar menyamankan posisiku, dia langsung menggas motornya. Reflek, aku mendadak memeluknya agar tidak terpelanting. Aku akui, Refo sangat ahli bermotor, walau mengebut Refo sukses membelah jalanan yang kacau balau ini. Lalu berbelok ke gang kecil hingga menembus jalan protokol. Kami sukses kabur.

Aroma lavender masih setia menjadi pilihannya. Aku yang masih memeluknya erat, menghirup dalam-dalam aroma yang amat kurindukan itu. Sungguh menenangkan. Angin semilir menerpa wajahku yang masih nggak percaya aku bisa menemukan sosoknya kembali. Ini bagaikan mimpi.

Motor berhenti tepat di depan rumahnya yang baru saja aku kunjungi. Refo tak banyak bicara. Dia memarkirkan motornya di beranda, lalu masuk ke rumah dan aku mengekor. Rumah itu lebih sepi dari sebelumnya, bukan hanya orang-orangnya yang nggak ada tapi juga beberapa pajangan yang hilang. Dinding yang sebelumnya dipenuhi foto keluarga kini menyisakan dua, foto Refo semasa kecil, dan orang tuanya yang berlibur ke pantai, serta jam dinding. Aku berdiri merasa hampa saat memasuki rumah ini. Dan juga, Refo yang cuek banget nggak kayak biasanya. Begitu dingin dan pendiam.

"Duduk," perintahnya datar.

Aku menurutinya duduk di sofa kayu dengan bantalan merah itu, melepas tas sekolahku dan menaruhnya di sisiku. Refo menghilang di balik bifet besar yang memisahkan ruang tamu dengan ruang di belakang. Aku kembali memandang sekeliling, rumah ini benar-benar terasa berbeda. Ngomong-ngomong, di mana Ayah tirinya Refo dan adik balitanya. Sepi banget, cuma debu yang berani berterbangan.

Refo kembali dengan membawa ember kecil berisi air, dan handuk kecil menyampir di bahunya. Dia duduk tepat di sebelahku. Membuatku salah tingkah, seolah sedang bertemu orang terkasih untuk pertama kali. Jantungku berdebar. Dia meneteskan cairan antiseptik ke air, lalu mengaduknya, mencelupkan handuk di bahunya ke ember. Setelah itu dia menatapku.

Dia tetap diam, dan perlahan mengusapkan handuk itu ke pipiku. Aku meringis merasakan perih, aku pasti terluka saat jatuh tadi. Begitu sunyi, hanya jam dinding yang seirama dengan jantungku yang terdengar. Deg deg deg. Aroma lavender itu menusuk penciumanku lagi. Alis tepal, bibir penuh merah, dan kulit kecoklatan itu kutatap lamat-lamat. Begitu kurindukan. Ingin aku menyentuhnya, mengelusnya dan bercerita banyak hal, tapi diamnya yang dingin membuatku rada takut. Sorot mata itu terasa asing.

[BL] Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang