Lelah
"Tidak ada seseorang pun yang lelah mencintai. Tapi, beberapa orang pasti merasa lelah karena terus bersabar, berpura-pura, dan terluka."
***
Malam membayang, gemintang bermunculan, dan musik caffe mengalun indah membawa suasana romantis bagi pasangan muda-mudi di sini yang penuh canda tawa. Di malam minggu ini udara lebih dingin dari sebelumnya. Freya bersikeras ingin memperkenalkanku pada teman OSIS-nya yang pernah kami bicarakan saat mengerjakan PR fisika pagi itu, cewek itu cantik dengan rambut bergelombang sebahu dan pakaian casual warna pastel.
Di meja kami sudah terhidang mie hitam, pizza nanas mini, kentang goreng, dan minuman berbeda warna di gelas kami berempat. Aku dan Refo duduk bersebelahan, sementara Freya dan cewek yang bernama Naya itu di seberang meja. Aku duduk tepat di depan jendela hingga udara malam yang masuk tepat mengenai diriku. Asal tahu aja, aku benci dingin.
"Mie-nya enak, kan?" tanya Freya basa-basi, menatapku dan Naya bergantian.
Aku tersenyum singkat dan mengangguk.
"Enak, Fre," jawab Naya dengan nada kalemnya.
Jujur saja, aku nggak nyaman, dan Freya tahu itu. Aku nggak pernah suka dicomblangin. Tapi Freya terus memaksaku datang, katanya setidaknya untuk menambah teman, dan untuk membuka kepribadianku yang tertutup pada orang baru. Sebenarnya aku nggak apa-apa diperkenalkan pada orang baru, aku juga butuh circle pertemanan yang luas seperti Freya dan Refo. Tapi, aku tidak pernah setuju dengan konsep perjodohan.
Kemarin Freya sambil merengek-rengek ngomong gini, "Kin, please, ikut ya? Dia orangnya baik, kok. Itung-itung nambah temen." Lalu ditambah Refo yang ngomporin, "Ayolah, Kin! Pasti seru, kok. Lagian, lo itu butuh mutualan. Ayolah! Lo nggak kangen apa main sama kita-kita?!" Aku nggak punya alasan yang bagus buat nolak, dan mereka juga benar, aku butuh lingkaran pertemanan yang lebih luas. Tapi, tampaknya aku terlalu memaksakan diri. Literally! Aku rada kecewa dengan Refo. Aku berharap dia mampu mengerti diriku, tidak banyak hanya sedikit saja, mengerti kalau diriku nggak suka dengan begituan.
Malam ini adalah malam yang berat seperti sebelum-sebelumnya. Terpaksa harus memakan mi hitam pekat ini yang terasa hambar di lidahku, dan menyadarkan diri kalau dia memang bukan untukku. Biasanya sebelum terlelap aku membayangkan, akan menyenangkan bila jadinya Refo memang untukku. Bergandengan tangan, tertawa, dan main basket hingga senja bersamanya. Tapi, takdir berkata lain.
Apa yang bisa kuperbuat untuk melawan takdir? Nggak ada.
"Naya ini anak IPA 5, sekelas sama Gatra. Dia juga anggota OSIS paling aktif di sekolah," Freya memperkenalkannya padaku, benar-benar berharap kalau aku dan cewek ini bisa dekat. "Dia juga pandai bernyanyi, dia juga sangat jago main piano, dia itu..." Freya nggak ada habisnya memuji-muji Naya, sedang berusaha membuatku terkesan.
Aku dengan kikuk mendengarkannya, mengangguk-angguk, kemudian tersenyum tipis.
Sebenarnya aku sudah tahu siapa Naya ini, dia sering kali berseliweran dengan ketua OSIS kami, dia juga dekat dengan Freya, beberapa kali makan bersama di kantin. Tak peduli seberapa banyak Freya memuji Naya, aku sama sekali nggak tertarik. Di hatiku sudah ada orang lain.
Dan, orang lain itu adalah pacarmu, Fre.
Ngomong-ngomong soal Refo, aku rasa dia sedang kelaparan. Dari tadi dia sibuk menyumpit mi berminyak dan berlumur tinta cumi itu dengan nikmat untuk dimasukkan ke mulutnya. Aku melihat Refo seolah dia benar-benar menghargai makanan, dia sangat menikmati di setiap suapan. Walaupun dia makan dengan lahap dan cenderung rakus, tapi mulutnya sama sekali nggak belepotan. Aku suka cara makannya itu. Menggemaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Stay With Me
RomanceNamaku Kin Xue Ardiansyah. Si Chindo genius yang kata orang wajahku ini imut. Dan, aku benci sebuatan itu, aku ini ganteng. Aku ingin menceritakan sebuah kisah yang kuharap bisa membuka sudut pandangmu terhadap homoseksual. Aku ingin menghibur dan m...