Keping 37

947 65 1
                                    

Sepai

"Aku sepai (terpecah kecil-kecil dan berserakan kemana-mana)."

***

Aku melangkah gontai menuju kelas. Menaiki anak tangga tanpa jiwa. Seperti mumi yang sedang berjalan. Aku pegangan erat pada pagar balkon lorong kelas lantai ini agar kakiku yang terseok-seok nggak ambruk.

Aku melongok ke bawah, menemukan sosok Refo yang sedung duduk termenung di bawah pohon pucuk merah. Pandangannya begitu kosong, sesekali melihat ke layar HP-nya. Ini seperti Refo malam itu, di mana dia kehilangan ibunya untuk selamanya. Hatiku seakan ikut remuk.

Tapi, inilah yang terbaik.

Kuseret kembali kakiku menuju kelas.

"Eh, itu dia, kan?" Tiba-tiba cewek yang berdiri ambang pintu berceletuk. Dia berbisik ke temannya sambil melirikku.

Aku terus berjalan. Siswa lain yang lewat juga melirikku aneh. Namun, aku terlalu kalut untuk mempedulikan mereka. Di kelas makin parah, semua mata tertuju padaku. Pandangan bingung nan curiga itu mengeroyokku. Naya yang baru datang juga menatapku begitu, seolah aku adalah makhluk hina. Pandangan-pandangan itu terus saja mengeroyokiku, bahkan selama pelajaran pun begitu.

Bel istirahat berbunyi. Aku butuh udara segar dan sedikit hiburan. Kususuri lorong koridor kelas lagi, makin banyak orang yang memberiku pandangan itu. Saling berbisik seakan aku adalah pecandu yang baru keluar dari rehabilitasi. Di koridor kelas paling ujung, aku melihat Gatra. Melihatnya sungguh melegakan, jujur saja, aku merindukan sahabat baikku itu. Aku tersenyum antusias. Namun, Gatra juga aneh. Dia langsung berpaling dan pergi. Padahal aku yakin dia melihatku.

Ada apa ini?

Istirahat ke dua. Mereka seolah nggak bosan memandangiku. Aku kembali ke kelas dengan sebotol jasmine tea dingin. Kuteguk banyak-banyak teh itu, menyegarkan tenggorokanku yang kering. Melepas stres yang menggelayut di kepala untuk sejenak.

"Kin..." Naya sudah ada di depan bangkuku. Menatap dingin ke arahku. "Freya hari ini nggak masuk sekolah."

Aku menunduk lesu. Menyalahkan diri sendiri. "Tolong, jaga Freya untuk gue." Hanya itu yang sanggup kukatakan.

Naya masih diam di depan bangkuku. Tujuannya kemari bukan hanya untuk itu.

"Ada apa?" tanyaku mulai khawatir.

"Lo beneran nggak tau, ya?"

Aku mengernyit, bingung. "Tau apa?"

Naya memberikan handphone-nya padaku. Kuterima dengan ragu.

Jiwaku seperti ambruk seketika. Betapa kagetnya aku saat melihat apa yang terpampang di layar, fotoku dan Refo sedang berciuman di depan gerbang terlihat jelas. Aliran darahku seakan menukik tajam, nafasku naik turun tak karuan.

"Semua orang sudah tau, Kin. Entah siapa yang menyebarkannya. Tapi... semua orang sudah tau."

Deg! Mendadak jantungku seperti tergelincir. Memompa darah dua kali lebih cepat menuju saraf-saraf wajahku, membuat kulit wajahku meremang. Tanganku gemetar hebat menahan ponsel Naya, hingga ia mengambilnya kembali. Lalu, dia meninggalkanku begitu saja. Kutengok seisi kelas, mereka semua memandangku. Kini aku tahu arti pandangan itu.

Jijik dan menghina.

Aku segera bangkit. Pinggulku tak sengaja membentur meja, membuat botol tehku tumpah membasahi lantai. Sungguh aku nggak peduli. Secepatnya kutinggalkan ruangan itu.

Kupercepat langkahku menelusuri lorong kelas yang dipenuhi para siswa. Mereka juga menatapku jijik. Kucari tikungan terdekat, namun di setiap tikungan dipenuhi orang-orang. Aku makin panik. Kugerakkan kakiku menuju toilet. Satu-satunya tempat yang terpikir olehku saat ini.

[BL] Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang