Keping 3

1.8K 107 2
                                    

Lebih Dekat

"Life is a wonderfull."

***

"Heh, Siamang! Bayar uang kas!"

"Yaelah! Pantat gue aja belum nemplok di kursi, nih! Ntar dulu kek!"

Gatra yang baru datang langsung ditagih uang kas oleh Anita. Ini sudah biasa, Anita yang lebih galak dari preman pasar, dan Gatra yang nggak pernah mau ngalah selalu saja ribut kalau bareng, apalagi ditagih uang macam mak tiri begini. Begitulah Anita, bendahara kelas yang suka nagih uang kas tanpa peduli situasi dan kondisi. Wali kelas kami memang tepat memilih Anita yang galak dan berbadan besar sebagai bendahara.

"Emang berapa sih utang gue?" seloroh Gatra setelah dia duduk.

"Sepuluh ribu!"" jawab Anita sambil melihat buku yang di bawanya.

"Banyak amat, dah! Korupsi ya lo? Dasar Kingkong!" Gatra nyolot.

"Eh, lo udah nggak bayar berapa minggu, Monyet?!" Anita nggak mau kalah.

Senyumku makin lebar melihat mereka berdebat seperti ini. Hiburan kecil. Walau sering ribut begini, mereka berteman baik kok.

"Udah, udah, sesama primata nggak boleh berkelahi. Yang Akur!" Freya yang sedari tadi duduk anteng ikut menimpali candaan mereka. "Nih, Nit. Uang kas gue." Lalu dia menyerahkan selembar uang ke Anita.

"Nah, gini dong! Kayak Freya. Selalu tepat waktu dan nggak nunggu ditagih!" sindir Anita ke Gatra. Membuatku dan Freya menahan tawa.

"Ya udah, nih!" Gatra dengan berat hati melempar uang lima ribuan ke atas meja. Wajahnya langsung mengkerut.

"Yee... bayar setengah aja belagu lo!" seloroh Anita sambil berlalu membawa uang Gatra.

"Eh, tunggu! Kok Kin nggak lo tagih? Rasis lo, boy!" cegat Gatra heran karena aku nggak dipeduliin sama si Anita.

"Dih! Kin udah lunas sampai bulan depan, boy!"

Gatra tercengang, lalu mendengus kesal. Aku tertawa keras.

"Kalian cocok..." celetukku sambil menepuk bahu Gatra yang membuatnya makin kesal saja.

Inilah yang aku suka dari sobatku yang satu ini. Gatra orangnya easy going, nggak baper-an. Dia itu receh dan tulus. Pokoknya Gatra itu teman yang asik deh.

Pandanganku peralih ke Freya yang terus menunduk. "Kenapa lo, Fre?" Gatra juga ikut meliriknya.

Freya berbalik, menghadap meja kami. Lalu memberikan secarik kertas padaku. Aku pun mengambilnya dan melihat apa yang tertulis di sana. Gatra yang tadinya kesal malah ikut kepo.

"Selamat pagi, Cantik!" Aku membacanya keras-keras.

"Ciah, surat cinta! Klise banget dah!" seloroh Gatra diakhiri tawa garingnya.

Freya tersenyum manis, agak merona, sambil membenamkan beberapa helai rambut ke balik telinganya. Kebiasaan lamanya saat tersipu.

"Dari siapa, Fre?" tanyaku penasaran.

Freya hanya diam, malah menatapku lekat-lekat. Lalu mengacungkan sebotol Yakult. Satu nama langsung terlintas dalam otakku.

Refo.

✉ ✉ ✉

Aku menelusuri lorong koridor kelas yang mulai sepi, hanya ada satu dua orang yang tak tau sedang melakukan apa. Mungkin sedang mengerjakan tugas kelompok, sama sepertiku dan Gatra tadi. Sekarang tugas kami sudah selesai, jadi aku mau pulang, tapi Gatra masih harus hadir di rapat Pramuka.

[BL] Stay With MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang